...××××××××××××××××××××××××××××××××...
Para Murid telah tiba di lokasi yang Aizha kirim. Tak lama, sebuah pesan kembali masuk di handphone mereka masing-masing. "Bukalah setiap ruang di lorong itu, di sana akan ada ember berisi air kotor, sayur dan buah busuk. Lakukan apapun yang ingin kalian mau ke mereka, dengan barang yang telah aku siapkan. Jangan khawatir, dengan para Guru, oke? Mereka tidak akan menegur kalian. Buktinya, mereka diam aja kan. Saat kalian berlarian ke sini? Selamat bermain...!"
Para Murid berseru heboh, saat menerima pesan itu. Mereka semakin percaya, jika si Pengirim Pesan, bukanlah orang biasa. Mereka langsung pergi mencari benda-benda tersebut, secara bersama-sama.
Salah seorang Siswa, telah menemukan barang-barang yang disebutkan oleh Aizha. Beberapa dari mereka pun mengambilnya dan membawa ke halaman belakang. Nampak, di halaman belakang Sekolah, Rena, Vina dan Dian masih menghajar habis-habisan Siswi malang itu. Mereka seperti dirasuki Setan Gila.
"Woi! Berhenti lo!" bentak seorang Siswa, membuat ketiga orang gadis itu tersentak kaget.
Rena, Vina dan Dian, semakin terkejut melihat sekumpulan Murid yang datang, dengan ember dan buah serta sayur busuk. Salah seorang Siswa mengkode Murid lain, untuk membawa Siswi malang itu pergi. Setelah itu, para Murid langsung melempari Rena, Vina dan Dian, dengan air kotor, sayur dan buah busuk itu.
"Kyaaaa! Apa-apaan kalian ini hah?!" maki Dian, sambil melindungi wajahnya dari air kotor yang mengguyur tubuhnya.
"Gila! Kalian lupa hah, siapa kami?!" tanya Vina, kesal. Dia pun memalingkan wajah dan badan, untuk menghindar.
"Brengsek! Berhenti kagak lo pada?! Gue---" maki Vina, terpotong.
"Gue apa hah?! Lo kalau mau marah, sama si Pengirim Pesan noh! Dia yang minta kami begini!" potong seorang Siswi.
"Kalian juga tuh yang brengsek, gila dan sialan! Kagak ada atitudenya sama sekali!"
"Bisanya, cuman nginjakin orang lemah, pakai bawa kekuasaan yang nggak masuk akal lagi!"
"Kita tuh diam, bukan karena takut geblek. Kita cuman nggak mau aja, nambah-nambah masalah dan berurusan sama Guru."
"Para Guru sekarang pada mingkem di ruangan mereka tuh. Si Pengirim Pesan, udah naklukin Guru."
"Berkat si Pengirim Pesan, kita semua dapat kasih lo bertiga pelajaran, karena udah ganggu keamanan Sekolah ini! Lo bertiga nggak akan bisa lagi berkutip!"
Para sekumpulan Murid, langsung mengiyakannya, "Iyaaa, bener tuh!"
"Kalian pikir, dia sehebat itu?! Bagaimana, jika dia tak sehebat yang kalian pikirin hah?!" sarkas Dina, menantang.
"Nggak papa, toh kita dari dulu juga, cuman butuh satu orang untuk maju. Ini adalah keinginan kita yang akhirnya dikabulkan oleh Tuhan. Kalau, memang si Pengirim Pesan itu lemah. Kita bakalan ada buat dia, ya nggak?!" ujar Siswi lain dan disetujui oleh para Murid.
"Kagak usah banyakan cecok, langsung gas aja!" seru salah seorang Siswa dan langsung menyirami Rena, Vina serta Dian, dengan air kotor. Tak lama, Buah dan sayur busuk pun menyusul.
<\=>
{ Untuk Kalian yang tidak berada di halaman belakang pohon. Aku akan berikan hal menakjubkan yang lain. Tapi, hanyalah anak 17+ yang menerima pesan ini dan dapat mengunjunginya. Datanglah ke Perpustakaan dan persiapkan mata serta mental kalian!}
Pesan dari Aizha kembali muncul. Beberapa Murid langsung pergi mengunjungi. Namun, beberapa Murid nampak kebingungan, karena tidak mendapatkan pesan yang dikirim Aizha.
Terlihat di Perpustakaan, dua orang Guru tengah berusaha membuka pintu yang terkunci. Saat keduanya berhasil masuk, terdengar teriakan syahdu seorang wanita. Jantung para Guru, mulai berdegup kencang dan perasaan tak nyaman, menghantui keduanya.
"Astaga!" salah seorang Guru, terkejut dengan apa yang dia lihat.
Dua Guru menatap, dengan ekspresi marah dan juga kecewa. Bisa-bisanya, kedua Murid mereka yang berbakat, melakukan hal hina di tempat berimul seperti ini. Salah seorang Guru pun membentak Jeno dan Bianka, untuk menghentikan aktivitas hina itu.
Bianka terkejut dan spontan bersembunyi di belakang Jeno. Keduanya telanjang, tanpa sehelai kain. Jeno, dengan sigap mengambilkan seragam mereka dan memakainya segera.
Para Murid nampak terkejut, melihat Jeno dan Bianka yang kepergok kasmaran. Salah seorang Guru berusaha, untuk mengusir Anak-anak dan menutupi kamera handphone Murid, yang sedang merekam. Guru satunya lagi, membawa Bianka dan Jeno pergi dari ruang Perpustakaan.
Para Murid, secara serentak menghina Jeno dan Bianka. Keduanya sangat malu, hingga menundukkan kepala, tanpa berkutip sekalipun. Sorak demi sorak, dilontarkan sampai Jeno dan Bianka dibawa ke ruang Kepala Sekolah. Kini para Murid, tengah memperbincangkan kajadian Jeno dan Bianka di Perpustakaan serta Rena, Vina, Dian di halaman belakang Sekolah.
"Lihat nih, tadi gue sempet foto Jeno sama Bianka berduaan main gelap!"
"Rena, Vina sama Dian, lagi-lagi nyiksa Murid, tanpa ampun. Mereka maksa Adek Kelas, buat makan ulet dong. Habis itu, dipukul habis-habisan!"
"Dari ujung kaki sampai rambut Rena, Vina, Dian. Penuh sayur dan buah busuk. Seragam mereka juga basah kuyup, karena air kotor yang kita siram bareng-bareng. Meskipun, si Pengirim Pesan udah nyiapin banyak banget persedian. Gue tetep aja, kurang puas. Rasanya, pingin minta dia kirim lagi!"
"Kalian tau nggak? Waktu gue masuk, ada aroma aneh di ruang Perpustakaan. Menurut gue ya, si Pengirim Pesan sengaja naruh tuh aroma ruangan, buat mancing Jeno sama Bianka, lakuin hal itu,"
"Kayaknya, di Perpustakaan ada lilin aroma yang rasanya tuh... Kek hanyut aja gitu. Suasananya juga aneh,"
Aizha tersenyum kecil di balik dinding, mendengar pembicaraan bahagia dan bingung para Murid. Tak lama, beberapa mobil mewah masuk ke dalam kelas. Para Murid terkejut, melihat para orang tua yang datang, dengan ekspresi datar, aura dingin dan tegas.
{Kami akan berusaha membuat para Wali, untuk menerima persetujuan pengunduran diri Anak mereka. Jadi tolong, buat Anak-anak untuk tidak menyebarkan hal ini ke luar Sekolah} pesan Wakil Kepala Sekolah.
{Baiklah, tapi setelah saya melihat langsung mereka berlima benar-benar keluar dari Sekolah ini} jawab Aizha.
{Bagaimana, jika Anak-anak telah menyebarkannya duluan?}
{Itu urusan saya! Urus saja, urusanmu!}
Aizha mematikan handphonenya dan memasukkan ke dalam kantong. Dia pergi ke sekumpulan Murid, yang menunggu di area ruang Kepala Sekolah. Semua menunggu, pertunjukkan yang akan segera muncul.
Jarum jam terus berputar. Para Murid masih setia menunggu, hingga akhirnya yang ditunggu pun keluar. Nampak ada Ibu paruh baya yang pingsan, menangis dan menutupi wajahnya. Namun, ada juga sepasang orang tua yang marah besar, hingga sang Anak, menangis tersedu-sedu dan terus saja meminta maaf. Terlihat sebuah tamparan melayang ke wajah Jeno, membuat Aizha merasa sedikit iba.
Aizha memilih untuk pergi, karena kepalanya juga mulai terasa pusing dan sakit. Sebuah darah pun keluar dari hidungnya, tanpa henti. Aizha mulai khawatir dan panik, karena darahnya berceceran di lantai.
"Astaga!" Bunga, dengan sigap menangkap tubuh Aizha.
Aizha terkejut, melihat kehadiran Bunga. Dia adalah Siswi, berwajah cantik dan anggun, seperti yang diimpikan Aizha dahulu. Namun, dia sama bodoh dan polosnya dengan Aizha.
"Kita harus ke Rumah Sakit, sekarang! Aku bakalan minta bantuan Gur---"
"Jangan!" potong Aizha, sambil melambaikan tangan. Dia sudah sangat lelah sekarang. "Tolong bawa aku ke UKS aja. Ada yang harus, aku selesaikan soalnya."
"Apa? Tapi..."
"Jika, kau tak berniat membantu. Lebih baik, kau pergi saja! Aku akan ke UKS sendiri," sarkas Aizha dan hendak melepaskan tangannya dari bahu Bunga.
"Maaf, aku akan tetap bantu kamu ke UKS. Jangan marah, ya," ucap Bunga, dengan lemah lembut dan senyum malaikatnya.
Aizha terdiam, melihat senyum itu. Bagaimana bisa, orang bodoh dan polos sepertinya, memiliki wajah secantik ini? Aizha pun, tanpa sadar menganggukkan kepala.
Aizha dan Bunga pergi ke arah UKS, meninggalkan kerumunan Murid yang sedang menyoraki Rena, Vina, Dian, Jeno serta Bianka. Para Guru juga, nampak diam saja. Mereka diam, karena pesan Aizha. Tak ada satupun yang berniat melawan Aizha, karena mereka mmebutuhkan pekerjaan ini.
Aizha pun berbaring di atas kasur, dibantu oleh Bunga. Setelah, Bunga membantu Aizha membersihkan darahnya. Dia pergi keluar UKS, untuk mengambilkan teh hangat dan makanan Aizha.
...[Apa kau baik-baik saja?]...
...[Setiap item yang kamu pakai, akan menguras banyak tenaga dan membuat tubuhmu pun, mengeluarkan banyak darah]...
Aizha mendesah, dengan hidungnya yang tersumbat tisu. "Apa artinya, aku bisa mati nanti?"
...[Aku harap tidak]...
...[Makan dan istirahatlah sebentar, untuk mengaktifkan kembali item cerdasnya. Saat ini, item cerdas akan non aktif, karena tubuhmu tak dapat menerimanya]...
"Tapi, aku harus segera mencegah Anak-anak, untuk tidak menyebarkannya. Aku juga perlu item itu, untuk menghapus setiap vidio yang diam-diam, akan mereka kirim."
...[Kau tidak perlu melakukannya lagi. Pesan yang kau atur, telah hilang beserta vidio yang mereka rekam]...
"Bagaimana bisa?"
[Itulah gunanya item cerdas. Orang yang memiliki otak cerdas, tidak akan melakukan hal ceroboh dan buang-buang waktu]
Aizha nampak kesal, membaca pesan hologram tersebut. Tak lama, dia teringat akan sesuatu. "Bagaimana dengan rahasia Sekolah ini dan Guru? Filenya?"
...[Semua file sudah kamu kirim ke flesdish, jangan khawatir. Sandinya pun akan kembali teringat, jika kau menggunakan item cerdas]...
Aizha pun menghela napas lega. Dia berterima kasih pada Sistem Alpha yang telah membantunya. Dia juga puas, dengan item yang diberikan. "Baru kali ini, aku dapat melakukan hal diluar nalar. Aku juga menyabotase semua laptop, cctv dan handphone di Sekolah ini, sekali sentuh. Aku tidak menyangka, jari-jari ini dapat mngetik, dengan begitu cepat dan mengendalikan semua telnologi di sini," kagumnya pada item cerdas.
...[Mangkanya, belajarlah yang benar. Ini item, bukan apa-apa untuk orang cerdas dan licik. Banyak orang dapat menembus rahasia pemerintah, hanya dengan bantuan beberapa komputer saja!]...
...[Teknologi canggih yang sangat mahal pun, tak akan dapat menyembunyikan kebusukan seseorang. Karena teknologi ini, hanyalah ciptaan manusia yang pastinya memiliki kelemahan]...
Apa yang dikatakan hologram, disetujui oleh Aizha. Jika, manusia tidak sempurna. Sudah pasti, ciptaanya pun tidak sempurna. Aizha pun, memilih untuk membaringkan tubuhnya dan beristirahat. Namun, seseorang datang dan membuatnya kembali terbangun.
"Ohh, maaf, aku kira nggak ada orang," ucap seorang Siswa yang tak lain bernama Arkana, si Ketua Osis.
Aizha yang terkejut, menganggukkan kepala kecil. Terlihat, Arkana pergi mengambil sebuah plester, untuk tanganya yang berdarah. Aizha yang melihatnya, hanya diam dan langsung memalingkan wajah. Saat Arkana membalikkan badan.
"Istirahatlah lagi, sekali lagi maaf, karena udah ganggu," kata Arkana dan diangguki oleh Aizha.
Arkana pun pergi dan Aizha masih menatap pintu itu. Entah mengapa, ada perasaan aneh di tubuhnya. Dia tak menyangka, dapat berbincang sebentar, dengan si Ketua Osis.
Tak lama, pintu kembali terbuka dan memperlihatkan Bunga, dengan nampan di kedua tangan. Bunga membawakan sup sayur dan teh hangat, untuk Aizha. Dia juga menyuruh Aizha, untuk tidur setelah meminum obat.
"Apa aku boleh, minta bantuan sekali lagi?" tanya Aizha dan Bunga pun menganggukkan kepala, mengiyakan. "Bangunkan aku setengah jam lagi dan jaga baik-baik handphone ini."
Bunga tersenyum lembut dan mengambil handphone Aizha. "Aku akan menjaganya. Tapi, setelah tiga puluh menit nanti, selesaikan urusanmu dengan cepat dan lanjutlah beristirahat oke! Kau sudah bekerja keras!"
Aizha terkejut mendengarnya. "Apa dia tau?" batin Aizha bertanya-tanya, namun matanya tak lagi sangup membuka dan akhirnya terpejam.
...××××××××××××××××××××××××××××××××...
Jaga kesehatan kalian selalu ya🤗
See you💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Anonymous
🤢
2023-07-25
0
Author15🦋
hm maybe bunga pernah pakai sistem alpha kali ya
2023-07-03
0
Author15🦋
😐
2023-07-03
0