In Another Life Secret

In Another Life Secret

Accident (Prolog)

...🍁Disclaimer🍁...

...Dilarang mengcopy / menulis ulang cerita ini dalam bentuk apapun. Cerita ini asli dari imajinasi Author. Baik dari segi nama, tempat dan alur cerita semua dari hasil pengembangan imajinasi Author sendiri. Harap-harap diperhatikan dengan baik. Mencuri hak orang lain tidak akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik....

...•••...

"Kamu meminta kesempatan kedua? Apa kamu tidak apa-apa? Mereka menyakitimu, Anna. Mereka bahkan tidak menganggapmu ada. Apa kau sanggup menghadapi masalah yang sama?"

"Ya. Tidak apa-apa jika harus menghadapi masalah berulang kali. Aku tau ini melelahkan tapi biar aku coba sekali lagi. Jika aku tidak sanggup, datang dan bawa aku pergi."

...🍁🍁🍁...

Jakarta, Maret 2012

Sebuah rumah megah di salah satu kota besar di Jakarta. Ditempati sepasang suami istri bersama putri mereka selama tujuh tahun terakhir. Rumah berlantai dua yang didominasi warna hitam dan putih. Di tengah halamannya juga terdapat air mancur dan banyak pepohonan yang tumbuh membuat rumah itu terlihat sangat asri.

Suara desiran angin terdengar sayup dari luar. Sekeliling rumah ditanamani pohon-pohon palem, bonsai dan berbagai pohon lainnya sampai ke halaman belakang rumah. Di sisi bagian depan rumah, tampak pot-pot tertanam bunga yang indah berbaris di sebelah gajebo dekat kolam ikan berukuran kecil. Sekeliling rumah dipagari dengan tembok dua meteran.

Kehidupan bahagia satu keluarga itu tak lepas dari perjalanan bahtera rumah tangga mereka sejak mengenal, menikah, dan memiliki dua orang anak. Anak laki-laki mereka tinggal di luar negeri bersama pamannya dan satu lagi anak perempuan yang begitu manis kini sudah berusia tujuh tahun.

Anak perempuan itu saat ini sedang berada di dalam sebuah kamar di lantai dua. Dia bersama seorang wanita berusia empat puluhan yang sibuk mengepang rambut lebat hitam panjangnya. Namanya Anna Natalia Senja, sering disapa Anna oleh keluarga besarnya.

Anna kecil tengah berdiri di depan sebuah cermin besar berbentuk oval. Tangan mungilnya sibuk menyisir rambut boneka barbie di atas meja riasnya sembari ia bercakap-cakap dengan sang pengasuh.

"Sudah selesai, Nona Anna. Rambut non sudah Bibi rapikan. Non sangat cantik seperti princess Disney," ucap wanita itu sambil terkekeh pelan.

"Ehehe... terima kasih banyak Bibi. Sekarang Anna mau keluar lihat ayah dulu."

"Baik, Non." Anna pun turun dari kursi dan keluar dari kamar. Ia berdiri di ujung tangga sambil menatap keberadaan ayahnya di ruang keluarga seorang diri dan sibuk dengan pekerjaannya.

"Ayah..." panggilnya dari lantai atas sambil menuruni puluhan anak tangga menghampiri keberadaan ayahnya yang ternyata tengah disibukkan dengan kerja kantornya.

Mata bulatnya bisa melihat sang ayah sedang berkutat dengan laptop di pangkuannya serta setumpuk berkas yang berserakan di atas meja.

"Ayah? Kenapa ayah tidak menjawab panggilan Anna, sih?" rengeknya menarik kaos hitam sang ayah membuat laptop di atas paha pria itu bergoyang.

"Ayah sedang sibuk, Sayang. Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanya Ryan pada putrinya tanpa melirik sedikitpun.

Ryan Williams. Pengusaha sukses yang terkenal di kota Jakarta berkat perusahaan propertinya yang bergerak di bidang perhotelan, resort, mall bahkan apartemen yang tersebar di beberapa wilayah di kota lain.

"Anna mengganggu ayah bekerja, ya?" Anna menatap mata elang ayahnya.

Gadis itu langsung memasang wajah cemberutnya membuat Ryan langsung menyudahi pekerjaannya dengan helaan napas berat. Pria itu terpaksa meletakkan laptopnya di atas meja dan melirik keberadaan Anna yang duduk di sisi meja.

Ryan meraih pergelangan tangan Anna. "No Sayang. Siapa bilang Ayah terganggu? Ayah sama sekali tidak merasa diganggu oleh siapapun, termasuk anak ayah sendiri. Kemarilah, duduk dekat ayah."

Anna dengan wajah datar tanpa ekspresi mendekat pada ayahnya. "Jadi anak ayah yang cantik ini ingin sesuatu dari ayah makanya kerjaannya setiap hari mengganggu ayah..."

Anna mengegelengkan kepalanya dan memanyunkan bibirnya beberapa senti. "Anna tidak menganggu ayah loh. Anna kan tadi sudah bertanya, ayah jawab tidak menganggu. Ayah ini..." ucap Anna memukul dada Ryan dengan keras. Pria itu langsung tertawa dan mengecup pipi chubby Anna lembut.

"Iya, iya. Ayah minta maaf ya. Jadi sekarang anak ayah menginginkan apa, hmm?"

"Ini ayah..." Anna mengeluarkan iPad dari belakang tubuhnya. Tangan kecilnya bergerak di atas layar benda kotak itu. Sebuah gambar pasar malam.

"Anak ayah mau pergi ke pasar malam?" Anna mengangguk riang mengiyakan dan mata serta bibirnya ikut tersenyum.

"Anna ingin sekali kesana ayah. Ayah juga tidak pernah bawa Anna kesana ... tadi pagi di sekolah, teman sebangku Anna yang namanya Dian cerita kalau di tempat itu banyak permainannya. Dian juga dibelikan hadiah boneka salju oleh ayahnya. Anna juga mau boneka salju..."

"Apa boneka yang ayah berikan itu masih kurang juga, hmm?" Ryan menangkup kedua pipi Anna. Menatap lurus bola mata Anna yang bersinar.

"Mau kemana, Mas?" potong seseorang. Ryan yang sibuk dengan putrinya langsung menegakkan badan. Ia menoleh ketika mendengar suara sang istri.

Sosok wanita anggun mengenakan dress brokat dengan bagian pinggang dress begitu pas melekat ditubuhnya sebatas lutut, dari merk terkenal datang menghampiri, membawa nampan berisi secangkir kopi dan duduk di sebelah Anna.

Dia Naura, Bundanya gadis manis itu dan istri dari Ryan. Wajah Naura masih terlihat awet muda, tidak ada kerutan di wajah wanita itu. Matanya yang bulat persis seperti mata milik Anna.

"Kopinya Mas," kata Naura meletakkan cangkir kopi itu di dekat berkas kerja suaminya.

"Makasih sayang..." Ryan tersenyum sembari satu tangannya mengusap lengan Naura lembut.

"Jadi Anna bilang apa tadi, Mas?"

"Ini Ma, Anna ingin pergi ke pasar malam katanya. Teman sebangkunya tadi pagi cerita padanya kalau disana banyak permainan. Mau dibelikan boneka salju juga."

Setelah mendengar ucapan Ryan, Naura langsung melirik Anna yang sibuk menggeser layar Ipadnya. "Jadi anak bunda ingin pergi ke pasar malam? Mau beli boneka baru juga?"

"Iya Bunda. Kita kesana ya. Anna mau beli boneka salju. Anna juga pengen punya boneka baru. Kalau Anna ngga punya Dian pasti memgejak Anna."

"Iya iya, Sayang. Kalau ayah mengizinkan kita pergi malam ini tapi kalau tidak Bunda tidak bisa. Bunda kan tidak bisa bawa mobil, apalagi ayahmu tidak suka kalau Bunda pergi sendirian. Coba tanyakan ayah boleh tidak kita kesana?"

Anna pun mendongak menatap ayahnya. "Boleh ayah?" tanyanya.

"Boleh, tentu saja boleh," jawab Ryan dengan senyum mengembang kearah Anna. "Apapun yang anak Ayah katakan pasti ayah turutin. Kamu kan jagoan ayah." Ryan pun menggendong Anna dan mengangkatnya lebih tinggi membuat Anna tertawa bahagia.

...🍁🍁🍁...

Beberapa jam berlalu, Anna sudah siap dengan dress bunga-bunga selutut pilihan sang pengasuh. Gadis itu berdiri di depan Bibinya.

"Bibi tidak mau ikut Anna ke pasar malam? Kata teman Anna disana banyak makanannya Bi, nanti kita bisa makan enak disana. Ada permainannya juga, Anna nanti akan dibelikan hadiah boneka salju sama ayah."

"Iya Non iya. Kalau banyak dapat boneka, jangan lupa Bibi dikasih satu ya."

"Boleh. Nanti Anna kasih boneka beruang yang besar untuk Bibi," ujarnya sambil tertawa gemas menuruni ranjang tempat tidurnya.

Setelah itu, Bibi tersebut pelan-pelan menuntun langkah Anna menuruni tangga hingga sampai di ruang tamu.

"Ayah, Bunda, cepat! Anna sudah siap nih!"

Di dalam kamar, Ryan dan Naura yang tengah bersiap terus saja tertawa karena putri mereka yang tidak sabaran.

"Aku yakin Mas, Anna pasti cepat bosan disana. Bisa jadi dia minta pulang karena udah ngantuk."

"Tidak apa-apa Ma. Yang penting dia senang dan tidak penasaran seperti apa itu pasar malam. Mas juga senang kalau dia bisa cerita rasa bahagianya pada teman sekelasnya."

"Ini jaketmu, Mas."

Naura memberikan jaket hitam berbulu tebal pada Ryan. Setelah itu, keduanya pun berjalan keluar dari kamar menghampiri putrinya yang sudah duduk manis di sofa besar bersama Bibi Rina.

Naura melilitkan syalnya di leher. Ia sangat rentan dengan udara malam. Tidak lupa minyak angin ia masukkan dalam tasnya.

Melihat ayah dan bundanya datang, Anna langsung turun dari sofa lalu berlari ke arah Ryan--meraih jari telunjuk sang ayah kemudian berjalan beriringan menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah.

"Malam ini biar saya sendiri yang bawa mobilnya Pak Anton. Bapak bisa pulang cepat malam ini karena besok pagi kita berangkat lebih awal ke kantor."

"Baik, Tuan. Tolong hati-hati di jalan."

"Terimakasih."

"Gak papa anak Bunda duduk di belakang?" tanya Naura menoleh pada Anna yang duduk manis di jok belakang.

"Gak papa Bunda. Anna kan tidak penakut. Anna pemberani seperti ayah. Ayah superhero Anna!" Lantangnya suara gadis itu membuat kedua orangtuanya tersenyum sumringah.

Sampai di tengah perjalanan mereka, tiba-tiba saja mobil yang berada dibelakang mereka, berjarak beberapa puluh meter membunyikan klakson begitu kuat dan berulang kali.

Ryan lantas melirik kaca spion. Jauh di belakang mereka dua van hitam sedang kebut-kebutan dan klakson mobil yang terus dibunyikan tidak berhenti juga.

Sempat Ryan memberi mereka jalan untuk lewat, tapi mobil hitam di belakang justru menghiraukannya.

"Sudah malam begini masih saja ugal-ugalan bawa mobilnya. Seperti orang mabuk saja," gumam Ryan setelah melihat van hitam dibelakang mereka.

"Mabuk apa, Mas?" kata Naura melirik.

"Itu mobil di belakang kita sejak tadi asal-asalan saja Mas lihat bawa mobilnya. Sepertinya pria itu sudah mabuk. Bisa-bisa ia mengalami kecelakaan."

Naura menoleh ke belakang dan benar saja dia van hitam sedang kejar-kejaran di jalanan yang tidak lebar ini.

"Mungkin mereka ingin mendahului kita Mas. Kasih jalan saja biar mereka lewat lebih dulu," ujar Naura pada sang suami.

Ryan pun menyalakan lampu sent kanan--mempersilahkan mobil di belakang mendahului mereka. Namun, yang tidak disangka, mobil di belakang justru menabrak bagian belakang mobil dengan keras membuat satu lampu belakang pecah tiba-tiba.

Suara gelak tawa yang begitu keras seketika terdengar dari arah belakang. Ryan berdecih kasar seraya melirik lewat kaca di atas dashboard.

Ia juga mendengar suara gelak tawa itu sampai membuat pria itu dilanda rasa kesal. "Apa yang mereka pikirkan?!" geram Ryan melirik kembali ke spion di atas dashboard.

Kedua kalinya mobil mereka ditabrak dari belakang hingga suara benturan itu sangat keras membuat Anna yang duduk dibelakang melepaskan seltbelnya dan menyentuh pundak Ryan.

"Ayah!! Anna takut..." kata Anna yang duduk di jok belakang. Benturan keras yang membuatnya terhuyung-huyung ke depan kian membuat Anna takut dan panik.

"Tenang Sayang, jangan kahwatir ya. Ayah janji tidak akan membuat kalian sampai terluka."

"Mas mau ngapain? Jangan Mas, jangan lakukan itu. Kalau mereka begal bagaimana?" cecar Naura menggebu saat melihat suaminya hendak menepikan mobil.

"Ada baiknya kita teruskan saja perjalanannya sampai depan pos polisi di depan sana. Kita bisa buat laporan pada pihak kepolisian."

Disaat pandangan Ryan beralih pada sang istri, mobil mereka kembali dihimpit hingga membentur pembatas jalan. Ryan yang sigap langsung memegang kendali stir mobil dan kembali pada jalur.

"MATILAH KALIAN KELUARGA WILLIAMS!"

Gelak tawa dari dalam mobil di belakang mereka saat berhasil mengganggu kenyamanan membuat Ryan merasakan darahnya mendidih. Ini sudah kelewatan.

"Sial! Apa yang mereka inginkan!" umpat Ryan geram melirik mereka berkali-kali dari kaca di atasnya. Dengan amarah yang naik ke atas kepala, Ryan menaikkan kecepatan mobil.

"Mas.. pelan-pelan saja," seru Naura mulai ikut panik saat merasakan laju mobil bertambah cepat.

"Mereka sepertinya ingin berniat jahat Naura. Pegangan!!" Titah Ryan.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Beberapa peluru mulai ditembakkan ke arah mobil. Ekspresi wajah Ryan dengan cepat berubah drastis dengan dahi berkerut. Rahangnya mulai mengejang.

"Ada apa, Mas? Mereka sudah tidak mengejar lagi. Mereka tidak ada di belakang kita! Pelankan Mas, pelankan..."

Naura menyentuh lengan suaminya. Kecepatan mobil melaju di jalanan lurus membuat Naura ketakutan dan gemetaran.

"Sialan. Ini pasti ulah mereka!" ujar Ryan sambil menginjak rem yang sejak tadi tidak berfungsi sama sekali. Rem mobil blong dan Ryan berusaha sebisa mungkin

"Kenapa Mas?" panik Naura.

"Remnya, Ma, remnya tidak berfungsi. Mas udah berusaha menginjak remnya tapi sama sekali tidak bisa. Sepertinya ini ulah mereka..."

"Ayah! Di depan ada tikungan tajam."

Mendengar putrinya berbicara lantang dari belakang, Ryan langsung menoleh dan memicingkan mata menatap jalan di ujung sana. Tikungan tajam tempat kecelakaan sering terjadi. Tanpa perhitungan yang matang, Ryan dengan cepat membanting stir mobil.

Mobil menghantam keras pembatas jalan. Melihat situasi yang cukup mencekam, Naura segera meraih tangan putrinya, menggendong Anna dipelukannya lalu memindahkan Anna ke pangkuan sang suami.

Ia mengeluarkan kepalanya sedikit menatap keadaan mobil. Mobil mereka benar-benar berada di posisi yang tidak baik. Sedikit saja mereka bergerak bisa membuat ketiganya masuk dalam jurang.

Naura menarik napas panjang. Entah sudah tarikan yang keberapa, kakinya melemas dengan situasi seperti ini. Ia melirik Anna dan sang suami. Sedikit saja Naura bergerak, bisa ia pastikan mereka semua akan terjun bebas ke jurang. Air mata Naura mengalir di pipinya.

"Mas..." lirih Naura dengan wajah ketakutan menatap Ryan. Matanya berkaca-kaca menahan tangis yang sudah membendung di pelupuk mata.

"Jangan lakukan hal konyol apapun yang ada dalam pikiranmu, Naura! Aku tidak siap untuk itu."

"Maafkan aku, Mas. Tidak ada jalan lain selain ini," kata Naura ketika mobil bergerak sedikit dan ban depan mobil sebelah kiri sudah berada di tepian pembatas jurang.

"Bunda..." ujar Anna gemetar. Tangan gadis itu terulur kedepan. Naura hanya bisa tersenyum pedih dengan keadaan mereka sekarang.

Tangan Naura terulur ke depan hendak meraih jemari Anna. Pergerakan yang tiba-tiba membuat mobil bergerak secara perlahan.

"Cepat selamatkan Anna, Mas! Kalian harus tetap hidup! Bawa putri kita keluar sekarang! Mobil ini akan jatuh. Bahagiakan Anna dengan wanita yang benar-benar Mas cintai... Apapun itu Anna harus bahagia. Aku mohon...."

Ryan memajukan tubuhnya pelan-pelan. "Apa yang kau katakan, hah?! Tidak. Kita semua pasti selamat! Kemarikan tanganmu. Tidak satu pun yang boleh pergi malam ini, tidak satu pun, Naura."

"Tidak Mas! Jaga putri kita. Kau harus menyayanginya dan bahagiakan dia sampai kapanpun. Ini... pakai terus kalung Bunda ya Sayang," lirih Naura menatap pilu wajah Anna yang sudah tergenang air mata.

"Gak Naura. Jangan lakukan itu!!"

Dengan derai air mata yang sudah membasahi pipinya, Naura dengan cepat memajukan sedikit tubuhnya-melepas seltbel sang suami dan membuka cepat pintu kemudi dekat Ryan dan dengan kuat mendorong tubuh suaminya yang memeluk Anna dalam dekapannya ke luar dari mobil.

"Maafin Bunda, Sayang."

Tidak ada sepatah kata perpisahan yang terucap. Mobil itu jatuh ke dalam jurang disusul ledakan besar yang membuat Ryan dan Anna menjerit histeris.

"Naura!!"

"Bundaaa!" teriak Anna berlari mengejar Bundanya yang sudah terjatuh ke dalam jurang. Asap tebal mengepul dari dasar jurang membuat Anna yang melihat itu dengan mata kepalanya langsung menangis histeris.

"Bunda!! Jangan ambil bunda Anna Tuhan!"

"Jangan mendekat, Anna. Sudah, ikhlaskan Bundamu Sayang..."

"Engga! Anna ngga mau!" teriak Anna memberontak dari dalam dekapan ayahnya.

"Ayo, Ayah! Ayo, tolong Bunda..."

Anna menangis kencang sampai sesenggukan. Ryan kian mengeratkan pelukannya pada Anna, mengelus puncak kepalanya sampai detik berlalu Anna hilang kesadaran. Ia pingsan di pelukan sang Ayah.

-to be continue -

Terpopuler

Comments

nitch

nitch

baru bab awal udah dibuat mewek ajah. semangat thor

2023-07-24

0

Laveumine.

Laveumine.

sorry oot, gabut nungguin author hebat update? Badboy Husband bisa jadi solusi nya. Dilarang baca buat yg uwuphobia karena bisa mengakibatkan baper berkepanjangan. Penasaran? simak kisah Gamma dan Altheya💐

2023-07-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!