Bagian 5

...🍁Disclaimer🍁...

...Dilarang mengcopy / menulis ulang cerita ini dalam bentuk apapun. Cerita ini asli dari imajinasi Author. Baik dari segi nama, tempat dan alur cerita semua dari hasil pengembangan imajinasi Author sendiri. Harap-harap diperhatikan dengan baik. Mencuri hak orang lain tidak akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik....

...•••...

Anna yang sudah memasuki teras gedung sekolah menoleh kebelakang ketika ia mendengar seseorang menyerukan namanya.

Dari arah parkiran muncul tiga orang gadis berwajah cantik melambaikan tangan kompak mengulas senyum lebar padanya.

Tadi itu suara milik Kinara lah yang baru saja terdengar. Anna kembali menghela napas menatap ketiga temannya yang tampak ngos-ngosan berjalan cepat kearahnya.

"Demi apa Anna, gue ngga lagi mimpi kan—lo balik ke sekolah An. Ya ampun senang bangat. Gue kira lo bakalan pindah sekolah setelah lama menghilang," gerutu Ria.

Gadis itu menangkup kedua pipi Anna hingga pipi gadis itu menggembung dan bibirnya mayun beberapa senti.

"Sakit Ri, sakit, pipi gue sakit digituin," keluh Anna membuat Ria sadar dan terkekeh pelan.

"Ah iya, gue lupa. Maaf, maaf. Saking rindunya gue sama lo jadi kebablasan deh. Heheheh.."

Perempuan yang berdiri di sebelah kanan di hadapannya, dia adalah Yesi Yudistia. Gadis yang memiliki tinggi badan sama dengannya. Berambut hitam lurus sepundak, bermata bulat serta ada tahi lalat tiga biji di pipinya.

Kemudian ada Ria Anjelina, perempuan pecicilan yang bodynya seperti gitar spanyol. Semua orang menyukainya. Rambut yang dicat pirang gelap itu membuatnya mirip bule-bule luar negeri dan ya dia memiliki bibir yang sexyable.

Dia salah satu teman Anna yang memiliki banyak kenalan cowok dan mantannya juga ada dimana-dimana. She's a player, but disegani juga oleh beberapa orang.

Dan yang terakhir ada Kinara. Gadis bertubuh tinggi menjulang, pipi chubby, dan rambut bergelombang sebatas punggung. Selalu memesona dan anggunly. Kinara itu sangat jauh berbeda dengan Yesi juga Ria-- dia itu perempuan moodyan.

"Gue pikir entah siapa tadi ternyata lo An. Kemana ajah sih enam bulan ini? Kita sempat-sempatnya datang ke rumah lo, tapi elonya gak ada," ucap Ria.

"Lo gak pindah rumah?" sambung Kinara dan Anna membalas dengan gelengan kepala.

"Mau pindah rumah kemana coba? Mungkin lo bertiga datang pas gue gak ada di rumah."

"Ah iya ya.. Yaudah deh yang penting lo udah balik sekolah lagi gue udah senang bangat. Yok, barengan ke kelas. Gue rindu mau ngobrol banyak sama lo."

Ria menggandeng lengannya menuju gedung kelas mereka. Kepergian mereka menuju lantai tiga gedung sekolah sayap kiri membuat beberapa orang yang sempati menatap kedatangan Anna bertanya-tanya dan menjadikan gadis itu sebagai topik hot untuk dibincangkan hari ini.

"Gue rasa sekolah kita bentar lagi bakalan heboh kayak dulu. Apalagi tuh si Anna udah balik ajah setelah setengah tahun gak masuk sekolah."

"Dikira sekolah ini sekolah bokapnya seenaknya ajah keluar masuk..."

"Biarin ajah lagi dia masuk sekolah. Kita bertiga bisa lihat dia ribut lagi sama Ghea, kakak kelas yang sok bangat itu. Gosipnya dulu Kak Anna pernah bully si Ghea waktu mereka kelas sepuluh."

"Seriusan lo?"

"Iya gue seriusan. Gue dengar ini dari alumni sekolah kita yang baru tahun lalu lulus. Gila sih mereka, gue penasaran sama Kak Anna hadapin si cewek prikk itu..."

"Kabarnya juga Kak Anna itu pernah pacaran sama most wanted sekolah ini. Gue lupa nama cowok itu siapa. Pokoknya cowoknya ganteng deh."

"Udah gak penting juga bahas itu. Kita tungguin ajah Ghea ribut sama Kak Anna. Gue penasaran tau..."

Bukan tanpa alasan kedua gadis itu diperbincangkan. Ghea si ratu onar dan Anna perempuan yang tidak ingin bermasalah kerap dijadikan bahan gosipan karena keduanya tak pernah akur. Ada saja yang membuat keduanya ribut dan berakhir di ruang Bimbingan konseling.

...🍁🍁🍁...

Kini Anna, Kinara dan kedua temannya berjalan di koridor kelas. Mereka berjalan sambil tertawa ngakak. Mereka duduk di kelas yang sama yaitu kelas XI IPA 1 dan kelas mereka berada di lantai dua.

Lantai paling dasar dihuni para guru, anak kelas sepuluh, serta ruangan yang bersangkutan dengan kesiswaan. Sementara lantai tiga itu lantai kelas anak duabelas--senior mereka.

"Kalau gak salah tadi gue lihat Ghea ngomong sama lo. Dia bilang apa?" kata Ria.

"Gak penting-penting amat. Dia kayak gak nyangka ajah gue balik sekolah lagi. Untung ada kakak kelas yang nolongin balas omongan dia. Siapa tadi ya itu namanya, ah gue lupa."

"Kakak kelas? Pasti itu Kak Tania. Hari Senin kan dia piket di gerbang. Memang orangnya baik sih, sesuailah sama muka cantiknya," kata Kinara membenarkan.

"Ah, ya ampun.. oh my gosh gue lupa guys," seru Ria menepuk jidatnya pelan.

Anna dan Kinara yang berjalan di sampingnya pun menoleh. Sedang Yesi malah acuh tak acuh karena tingkah Ria yang kadang tidak terduga.

"Lupa apaan? Ngerjain tugas lagi? Ini kamis kok gak ada tugas dari guru manapun," tutur Kinara mengingatkan.

"Bukan itu goblok," kata Ria dan spontan Kinara menjitak kepalanya kuat membuat Ria berdecak kasar.

"Sakit, njir!"

"Lo duluan gak sopan," ketus Kinara jengkel.

"Ngomong-ngomong, kalian udah dapat kabar kalau hari ini kak Sean datang? Dia masuk hari ini karena program pertukaran pelajarnya sudah selesai," ucap Ria begitu antusias mengatakannya.

"Sean? Sean siapa?" tanya Anna. Seingatnya tidak ada yang bernama Sean di sekolah ini.

"Belum tau ya lo kalau cowok bernama Sean itu ketua OSIS kita tahun ini."

"Kak Arga dua bulan lalu mengalami kecelakaan, jadi digantiin Kak Sean. Pemilihan dia jadi ketos demokratis kok bahkan kepsek sangat setuju kalau dia jadi ketos tahun ini."

"Lo sih perginya terlalu lama sampai kabar ketua OSIS kita ganti pun lo gak tau," ucap Kinara.

"Iya deh. Jadi gimana? Lo bertiga mau lihat Sean dulu atau kita ke kelas sekarang?" ucap Anna.

"Ke kelas ajah deh An. Entar deh Ria pas jam istirahat lo lihat Kak Sean. Dia ngga bakalan kemana-mana kok. Kebiasaan bangat gak bisa liat cogan. Malu dikit napa, gebetan lo banyak di sekolah ini," cecar Kinara menyindirnya terang-terangan.

"Enak ajah lo ngomong gitu. Gini-gini lo juga naksir kan sama gebetan gue. Gak heran sih lo suka nikung teman," balas Ria lebih sinis.

"Gila lo. Ya kalo gue nikung teman sendiri. Urat malu gue belum putus, njir!"

"Berisik bangat ya ampun," kesal Yesi yang sejak tadi diam membisu dan hanya setia menjadi pendengar yang budiman.

"Sehari ajah lo berdua gak bahas cowok ngga bisa? lo berdua gak hidup kali ya gak bahas cowok?"

"Dia duluan Yes," ujar Kinara mulai menyalahkan Ria.

"Udah diam deh. Awas kalau ribut lagi. Ayo Anna kita ke kelas." Yesi menarik tangan Anna menuju kelas mereka yang sudah tidak jauh lagi dari tempat mereka berdiri.

"Lo sih..." senggol Kinara pada lengan Ria membuat Ria juga ikut membalas.

...🍁🍁🍁...

Suara deruman motor yang saling beradu menggema memasuki parkiran sekolah. Beberapa siswa yang berada dipekarangan parkiran itu menatap kedatangan mereka.

Bisik-bisik para kaum perempuan mulai terdengar. Tidak hanya di sana, di gedung kelas lantai dua juga sama. Mereka histeris bahkan terpekik keras melihat kedatangan tiga lelaki top di sekolah ini.

"Eh, liat itu! Kak Sean udah datang!" teriak Ria kesenangan di depan kelas.

Saking senangnya perempuan itu ia malah sesuka hati menarik pergelangan tangan Yesi yang sama sekali tidak merasa tertarik dengan apa yang sedang gadis itu ributkan sekarang.

Tadinya mereka sudah nangkring di kelas, duduk santai dan mengobrol bersama Anna tentang apa yang gadis itu lakukan selama ia tidak ada kabar, tapi karena Ria merengek seperti bocah untuk ditemani melihat cowok idamannya, akhirnya Yesi, Anna dan Kinara dengan malas menemaninya di depan pembatas kelas.

Ria memekik keras ketika melihat tiga motor sport memasuki area sekolah. Tiga motor disana berhenti di parkiran bawah pohon rindang.

Dari lantai kelas mereka, semua tempat di sekolah ini bisa terlihat jelas bahkan Ria bisa mengenal Sean walau hanya dari motor yang ia pakai. Jelas ia kenal karena di mata gadis itu sosok Sean sudah begitu istimewa.

"Gitulah dia Na sejak lo gak sekolah enam bulan lalu. Dia selalu heboh sendiri kalau udah bersangkutan dengan nama Kak Sean. Entah apa yang dia lihat dari cowok itu," ujar Kinara kepada Anna.

"Seminggu setelah lo hilang kabar, Sean datang ke sekolah kita sebagai murid baru dan you know dia jadi incaran para ciwi-ciwi disekolah ini termasuk Ria. Ria gilak karena tuh cowok," timpal Yesi memutar bola matanya saat berpandangan dengan Ria.

"Gak lama Kak Sean disini, dia cepat beradaptasi di sekolah kita. Dia udah narik perhatian lebih dari guru-guru bahkan kepala sekolah. Kayaknya gak perlu gue kasih tau semua, lo bakalan tau sendiri Kak Sean itu gimana orangnya," kata Kinara.

"Anjir! cowok gue makin cakep ajah tuh. Bunda! Ria ngebet nikah nih. Ria udah dapat calonnya," kekeh Ria sampai tertawa cekikikan memandang sosok yang berdiri di samping motornya—area parkiran.

Sementara Anna justru melihat ke arah yang sama dengan wajah datar dan tidak tertarik sama sekali.

"Gila beh! OSIS kita punya almet baru ya, ya ampun mana warnanya maroon lagi. Jadinya Kak Sean kelihatan ganteng pollll!"

"Kalau kak sean yang make sih cocok-cocok ajah gue lihat," ujar Kinara mulai tertarik membahas cowok itu. Kinara mah gitu lain di mulut lain di mata.

"Itu yang namanya Sean An, cowok yang naruh almamaternya di pundak. Udah lihat, belum?" kata Yesi menunjuk dengan jari telunjuknya. Anna pun lantas mengangguk.

Kinara dan Ria berdiri dekat dengan pembatas kelas sementara mereka berdua berdiri di belakang kedua gadis yang tak hentinya memuji sosok Sean.

Melihat cowok itu, Anna memicingkan matanya. Cara jalan itu? bahkan bentukan wajah seperti Anna mengenalnya.

"Kok gue kayak kenal ya?" ucap Anna begitu pelan dan itu cukup jelas di telinga Yesi yang melipat tangan di depan dada. Gadis itu menoleh pada Anna.

"Lo kenal Sean? kenal dimana An?" tanya Kinara heboh. Ria yang juga mendengar itu melirik mencari tahu.

"Ah, bukan ternyata. Kayaknya gue salah orang," tuturnya dengan senyuman kecil sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bisa jadi salah orang sih. Lo kan dari dulu memang gitu gak terlalu suka kenal orang," jawab Ria membuat Anna tersadar dan mungkin saja itu benar.

"Motornya itu keluaran baru, bukan?" ucap perempuan yang berdiri tidak jauh dari tempat Anna dan temannya berada.

Ria pun mendelik ketika mendapati bukan cuman mereka yang mengamati keberadaan Sean tetapi tetangga sebelah kelas mereka juga sama.

Dasar! batin Ria.

"Bisa gak sih ketos kita jangan kaya mulu. Susah nih gue dekatinnya."

"Dih ... lo pikir dia bakalan mau sama lo? Gak level tau! Kak Sean pasti milih cewek cantik buat jadi pacarnya."

...🍁🍁🍁...

Cowok berambut hitam bernetra cokelat terang, bertubuh atletis dengan kulit putihnya membuat kaum perempuan serasa ingin menyentuhnya, baru saja ia turun dari atas motor, sorakan kaum hawa sudah memekakkan telinga.

"Eh, lihat itu kak Sean udah datang!"

"Anjir! makin ganteng ajah tuh kak Sean!"

"Lihat deh badannya, bagus bangat kan. Jadi pengen megang..."

"Dih, enak ajah lo main pegang. Sadar diri dong!"

"Dia manusia apa boneka, sih? Ganteng bangat!"

"Kalau Kak Sean penampilannya kayak gitu setiap hari gue mah gak bakalan ada niat buat bolos sekolah lagi," ujar Ria senyum-senyum. Secantik itu Ria juga tipekal perempuan yang mau bolos saat jam pelajaran.

"Kak Satria juga gak kalah cakep dari Kak Sean. Iya kan Ria Sayang? gebetan lo makin hari makin cool ajah gue lihat," goda Kinara pada Ria.

Ria memang selalu digosipkan dengan Satria, tapi perempuan itu lagi-lagi menepis kabar burung itu. "Apaan sih," sahut Ria mendelik.

"Aduh Ria mending lo urusin perasaannya Satria dulu deh sana. Kasian anak orang lo gantungin terus perasaannya."

"Dia yang suka sama gue bukan gue. Gue mah punya standar tinggi."

"Jiahhh, ngomongin standar tinggi. Syukur-syukur Kak Satria suka sama lo biar lo udah punya mantan dimana-mana."

"Iya dong! Gue kan cantik. Siapapun orang yang mau lo tanyain pasti bilang Ria Anjelina itu paling cantik di sekolah ini," kekeh Ria dengan kepercayaan diri yang selalu melekat dalam dirinya.

(panggilan kepada anak kami atas nama Anna Natalia Senja untuk datang ke kantor guru. Terimakasih)

"Baru juga datang udah mampir ajah ke kantor guru. Gak ada masalah, kan?" ujar Kinara melirik Anna.

Pelan-pelan Anna menarik napas. Baru juga kakinya menginjak lantai sekolah ini, suara guru dari kantor sudah mengejutkan dirinya.

"Ada masalah ya, An? Cerita ajah sama kita-kita, gak papa kok kita pasti bantu selagi bisa," ujar Yesi menatapnya dengan iba.

"Kemarin Bu Ayu hubungin gue buat bayar uang sekolah selama dua bulan ajah, walau gue setengah tahun gak masuk. Pihak sekolah tetap minta uang ganti rugi."

"Tunggu bentar," seru Ria menyela sebelum ada yang berbicara diantara mereka. "Dua bulan? Lo bayar uang sekolah? Bukannya bokap lo selalu lunasi uang SPP lo sampai setahun penuh?"

(sekali lagi kami panggilkan anak didik kami atas nama Anna Natalia Senja untuk datang ke kantor guru. Segera. Terimakasih)

"Bacot bangat sih tuh guru. Ngga bisa lihat ya kita lagi ngobrol, sialan!" umpat Kinara mengamuk sendiri.

"Paling itu Bu Wanda. Guru yang paling heboh disekolah kita ini," jawab Ria.

"Gue pergi dulu ya nanti ajah gue jelasin." Anna berjalan dengan langkah cepat di lorong kelasnya menuju lantai satu. Tempat dimana kantor guru berada.

"Masa ia bokapnya dia gak bisa bayar uang sekolah anaknya selama satu semester. Bokap gue ajah bisa tuh," ujar Ria membanggakan diri.

"Jangan samain bokap lo sama bokapnya Anna, Ria. Kita gak tau juga kan alasan Anna kenapa setengah tahun ini menghilang. Bisa jadi ada masalah sama finansial mereka. Lo seenaknya ngomongin Anna," kata Yesi.

"Tau nih! Jangan karena bokap lo sesantai itu bayar uang sekolah lo malah bandingin sama Anna," sindir Kinara.

"Dia hilang ajah kita gak tau apa yang sebenarnya terjadi. Karena setahu gue kalau absen selama itu bakalan pindah sekolah, tapi dia malah balik sekolah lagi."

"Iya gue tau, tapi gue sama sekali gak bandingin apapun kok. Gue cuman bilang doang. Kenapa lo berdua malah menyudutkan gue sih!"

Yesi memutar bola matanya malas. "Masalah kayak gini yang buat hubungan pertemanan kita jadi renggang sama Anna. Ada masalah sedikit selalu lo sangkut pautin sama yang lain. Diantara kita berempat Anna itu satu-satunya yang ngga mau ceritain apapun yang dia alami."

"Kesalahan kita dulu sebenarnya gak mudah dimaafkan Ria. Kita salah besar ninggalin dia, nuduh dia yang bukan-bukan bahkan gak akan anggap dia teman kita lagi. Harusnya dari masalah kemarin kita bisa belajar lagi."

"Kenapa nyalahin gue, sih?" Ria memasang ekspresi wajah tidak enak. "Anna ngejauh dari kita sepenuhnya bukan salah gue juga. Lo yang nuduh dia dulu..."

"Maksud lo? yang kehilangan duit kemarin itu kan Kinara. Kenapa lo jadi nyalahin gue?" tandas Yesi merasa tidak suka disalahkan sepihak.

"Udah deh udah! Masalah ini terjadi gara-gara gue jadi jangan ada yang saling menyalahkan," ucap Kinara melerai.

"Lain kali jaga omongan lo ya.." lanjut Yesi menatap Ria nanar. Ia berbalik badan lalu masuk dalam kelas. Ria yang melihat Yesi masuk kelas langsung menghela napas panjang.

"Ini terakhir kalinya gue ingatin lo Ria. Kalau lo gak siap ribut sama Yesi jangan banyak bacot. Diam-diam gitu Yesi bisa hancurin hidup mewah lo." Ria menghentakkan kakinya di lantai lalu Kinara berjalan memasuki kelas.

- to be continue -

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!