Dangerous Boy

Dangerous Boy

Chapter 1

Tampak seorang gadis berambut sepunggung mengenakan seragam kebanggaannya dengan name tag Kinan Artharin, menatap gerbang sekolah berwarna hitam yang menjulang tinggi di depannya. Sekolah swasta elit yang sudah menjadi tempatnya menggali ilmu selama dua tahun lebih.

Seragam dengan atasan rompi kotak-kotak berwarna cream tampak serasi dengan rok berwarna coklat, sangat indah.

Sekolah yang indah, seragam yang indah. Semuanya tampak indah kecuali kisahnya di sekolah ini. Kata orang, masa-masa remaja yang indah akan dimulai dari SMA namun bukannya yang indah malah masa suram lah yang ia lalui di sekolah ini.

Kakinya berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ruang kelasnya dengan dua tangannya memegang buku pelajaran yang tebalnya seperti kamus.

"MATA EMPAT!"

Kinan menghela napas tanpa menghentikan langkahnya, mendengar panggilan Mata empat sudah tidak terasa asing lagi baginya, hanya karena memakai kaca mata, anak-anak di sekolah memanggilnya seperti itu. Lebih tepatnya mengejek dirinya.

"Selain buta lo juga tuli?" gadis dengan dandan yang bisa dibilang berlebihan itu berjalan mendekati Kinan dengan kedua temannya.

"Woi berhenti! nggak dengar Sella manggil lo?" Icha si body gitar spanyol, mencegat jalan Kinan seraya mendorong dengan jari telunjuknya.

Dorongan yang tidak kuat namun mampu membuat Kinan mundur beberapa langkah.

"Biasalah Cha, selain buta dia juga mulai tuli sekarang," Kinan mengepalkan tangannya mendengar cacian Meta.

Inilah salah satu alasan Kinan mengapa kisahnya di sekolah ini tidak ada indahnya sama sekali. Karena ketiga gadis bodoh di depannya yang hanya tau mengandalkan kekuasaan orang tuanya, selalu menindas dan membuat anak-anak lain ikut mengucilkan Kinan.

Tanpa sepatah kata Kinan melanjutkan langkahnya, Ia tidak ingin memulai pagi cerahnya dengan melihat wajah mereka. Namun sepertinya ketiga gadis berhati busuk itu, tidak ingin melepaskan dirinya begitu saja. Terbukti dengan Sella yang menyenggol bahunya.

"Kalau jalan pake mata! ups... mata lo mana bisa ngeliat," ejek Sella.

"Aku nggak buta!"

"Lo bisa marah? nggak bisu lagi?" ujar Meta dengan wajah kaget yang dibuat-buat.

"Waduh, gue jadi takut banget," dengan tampang mengejek, Icha menatap Kinan dengan tatapan meremehkan.

"Guys guys, coba liat deh, si cupu ternyata bisa marah," teriak Sella yang menarik perhatian para siswa yang memasuki gerbang sekolah.

Sungguh Kinan begitu membenci menjadi pusat perhatian.

Bisik-bisik yang disertai umpatan mulai terdengar panas di telinganya. Ia tertawa dalam hati, sungguh begitu lemahnya dirinya yang diam saja saat ditindas.

Meta maju lalu mengendus-endus pakaiannya seperti anjing, ahh tidak. Bukan seperti tapi memang benar dia adalah anjing, "iyuww bau banget, lo mandi nggak sih ke sekolah?"

Suara tawa mengejek terdengar lagi, Kinan yakin mereka menertawakan dirinya.

"Guys, kalau ada orang yang belum mandi harus kita apain nih?" tanya Sella, entah rencana buruk apa lagi yang akan direncanakan gadis berhati busuk itu.

"Siram aja nggak sih?"

"Siram! siram! siram!"

"Sel siram pakai ini ajalah," seorang gadis yang tidak Kinan ketahui siapa namanya datang membawa seember air yang terlihat kotor dan sedikit berbusa.

"Itu apaan?"

"Air bekas pel toilet."

Kinan melotot, entah dari mana gadis itu mendapat air bekas pel toilet itu, yang pasti Kinan tidak ingin bajunya sampai basah.

Ia telah bersusah payah mencuci bajunya sehingga bersih setelah kemarin mereka melemparkannya lumpur. Dan sekarang mereka ingin menyiram dirinya dengan bekas air pel toilet? Itu tidak akan terjadi!

"Wah kayaknya si cupu bakal bersih kalau disiram pake ini, ya nggak guys?"

"Yoi," jawab Icha dan Meta.

"Meta, angkat terus siram ke dia," Meta mulai mengangkat ember tersebut dengan dibantu Icha.

Kinan tidak boleh diam saja. Semakin ia diam akan semakin mereka berbuat seenaknya. Saat Meta dan Icha sudah mengambil ancang-ancang, Kinan segera menarik Sella ke depannya dan...

Byurr

Seluruh mata yang melihat langsung melotot, Meta dan Icha turut melotot karena terkejut.

Gadis itu menyeringai melihat Sella yang sudah basah kuyup, terlihat bibir Sella yang bergetar menandakan sedang kesal. Masa bodoh, Kinan tidak peduli.

"Aku diam bukan berarti nggak bisa balas perbuatan kalian," bisik gadis itu lalu melangkah pergi dari sana. Sekali-kali mereka harus diberi pelajaran.

***

Siang ini SMA Garuda digemparkan dengan kabar bahwa sekolah mereka dikepung oleh anak SMA Kencana.

Para jagoan SMA Garuda berbondong-bondong melangkah ke depan pagar meladeni si biang onar.

Tidak jauh dari tempat kejadian, tepatnya di teras lantai dua ada Kinan. Gadis berambut lurus sepunggung itu menatap pertarungan sengit di depan sana dengan tatapan malas. Ia merasa bosan, kejadian seperti ini sering terjadi di dalam lingkungan sekolah.

Apa lagi sekolah ia tempati adalah SMA Garuda. Sebuah sekolah yang terkenal karena isinya yang dipenuhi anak berandalan. Ingin rasanya Kinan mengubah image sekolahnya menjadi sekolah swasta berprestasi bukan sekolah swasta sarang anak berandalan.

Kinan memandang satu persatu wajah para jagoan di sekolahnya yang sedang bertarung dengan sengit namun tatapannya tak sengaja melakukan eye contact dengan salah satu pemilik tatapan dingin sekaligus tajam.

Seakan semesta merestui waktu terasa berjalan lambat ketika kedua remaja yang tak saling mengenal itu bertukar pandang. Kini fokus Langit sepenuhnya jatuh ke arah Kinan. Mata coklat dengan tatapan sayu itu manarik seluruh intensi Langit.

"Awas!!" teriak Kinan refleks saat salah seorang anak SMA Kencana ingin menyerang Langit dari arah samping.

Teriakan Kinan membuat Langit menoleh namun gerakan orang itu lebih cepat. Langit jatuh tersungkur ketika tendangan dari seseorang yang Langit tidak ketahui namanya mengenai dadanya.

Orang itu kembali ingin menginjak tubuh Langit, namun dengan cepat Langit balas menendang hingga orang tersebut mundur beberapa langkah.

"Pecundang!"

Orang tersebut menggeram, ia ingin membalas tendangan Langit tadi dengan sebuah pukulan. Langit menyeringai sebelum menghindar dan mendaratkan sebuah tendangan dari arah bawah ke aset berharga bagi seluruh kaum adam. You know lah.

"Auwwhh!" ringis Septian.

"Namanya dia siapa sih?" tanya Jordan.

"Yanto mungkin," jawab Dilan ngasal.

"Turut berduka cita kalau besok dia jadi Yanti," ujar Jordan asal ceplas-ceplos.

Suara sirine polisi membuat pertarungan sengit itu berakhir. Anak SMA Kencana lari kalang gabut dan pontang-panting. Sementara Langit dan anak-anak lainnya masuk kembali dalam sekolah.

Langit mengedarkan pandangannya mencari sosok Kinan yang entah sudah hilang kemana.

"Nyari siapa, Lang?" tanya Dilan, sontak membuat yang lainnya ikut menoleh ke arah Langit.

"Nggak ada," jawabnya acuh.

"Halah, bilang aja lo nyari si cewek yang tadi kan?" tanya lagi Dilan yang mengekori Langit dari belakang namun tidak ada respon dari Langit maupun Septian dan Jordan, keduanya hanya melenggang pergi mengikuti langkah Langit.

"Sialan! gue malah ditinggal!"

Tbc...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!