Terjerat Pesona Duda Beranak Tiga
"BANGUN!" teriak seorang wanita paruh baya dengan kencang untuk membangunkan seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya.
Akibat gadis itu tidak kunjung bangun, wanita itu merengut kesal. Namun, ia tidak kehabisan akal. Ia mengambil segelas air yang terletak di atas nakas lalu menyiramkannya di atas tubuh gadis tersebut hingga membuat kelopak mata yang sedari tadi tertutup rapat langsung terbuka secara paksa.
"Tante, ada apa? Kenapa aku disiram?" tanya gadis itu sambil menyeka air yang membasahi wajahnya.
Wanita paruh baya itu menatap gadis yang tidak lain adalah keponakannya dengan tatapan marah. "Ada apa?! Kamu enggak tahu sekarang udah jam berapa, ha? Ini udah siang, Rora! Kenapa kamu enggak bangun? Mungkin kalau kamu enggak Tante bangunin, kamu bakal terus tidur aja!"
Gadis yang dipanggil Rora itu segera bangkit dari kasurnya, ia tidak ingin sang tante semakin marah padanya. "Maafin, Rora, Tante."
"Udahlah, enggak usah minta maaf! Lebih baik kamu sekarang mandi terus bersihin rumah! Gara-gara harus bangunin kamu, Tante sama Om bisa terlambat pergi ke acara teman Om, tahu!" ujar wanita paruh baya tersebut, kemudian berlalu dari kamar sang keponakan.
Gadis yang dipanggil Rora itu memiliki nama panjang Aurora Clarance Adelia. Gadis manis berusia 18 tahun yang selalu berusaha menjadi sosok periang. Rora hanyalah panggilan dari pihak keluarga untuknya, sedangkan teman-temannya akan tetap memanggilnya berdasarkan nama asli, Aurora.
Meskipun bernama Aurora, tetapi nasib gadis itu tidak seperti kisah princess Aurora yang ada di dunia disney. Kehidupannya bahkan lebih mirip Cinderella yang harus menjadi pembantu di rumahnya sendiri, yang membedakan hanyalah ia tidak memiliki ibu tiri ataupun saudara tiri.
Namun, Aurora memiliki Om dan Tante yang sangat kejam. Empat tahun lalu, kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tunggal yang merenggut nyawa mereka, meninggalkan dirinya sendiri di dunia yang penuh tipu daya. Keluarga yang Auroa punya hanya tinggal keluarga Adam. Adam sendiri adalah Kakak kandung dari Riani yang merupakan Ibu Aurora.
Mau tidak mau, Aurora harus tinggal bersama keluarga Omnya. Namun, setelah tinggal bersama sikap Om dan Tantenya berbanding terbalik dengan sebelum orang tuanya tiada. Dahulu Adam dan Risa terlihat begitu menyayangi Aurora— keponakannya, itu juga salah satu alasan yang membuat Aurora mau tinggal bersama.
Setelah tingggal bersama, Adam dan Risa berubah menjadi Om dan Tante yang sangat kejam pada Aurora. Bahkan dengan teganya menjadikan Aurora pembantu, padahal sejak kecil Aurora hidup bagai princess yang tidak pernah mengerjakan segala pekerjaan rumah.
Aurora tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut, ia pun takut di usir dari rumahnya sendiri. Bukan hanya dijadikan pembantu, Aurora pun terpaksa mengikhlaskan kamar kesayangannya kepada sang sepupu. Sedangkan Aurora harus pindah ke kamar pembantu, sungguh kejam bukan Om dan Tante Aurora?
Setelah mandi, Aurora melakukan semua pekerjaan rumah. Rumah besar dan mewah hanya Aurora sendirilah yang membersihkannya, padahal dahulu banyak sekali pembantu yang dipekerjakan oleh Riani dan Damar untuk mengurus rumah mereka. Semua pembantu itu langsung diberhentikan oleh Adam secara sepihak, dengan dalih tidak sanggup membayar utang kedua orang tua Aurora yang banyak.
Bahkan Adam mengatakan rumah besar ini bisa saja dijual untuk membayar utang-utang, tetapi ia memilih menempatinya dan membayar dengan cicilan. Jadi, Adam semakin merasa rumah peninggalan sang kakak adalah miliknya. Jika Aurora mau tetap tinggal harus mau mengikuti semua perintahnya.
Saat itu pun usia Aurora barulah empat belas tahun, memang apa yang bisa diperbuat gadis seusia itu selain menuruti semua keinginan om dan tantenya?
Belum selesai beres-beres, Aurora sudah mulai merasa sangat kelelahan. Mau tidak mau, ia memutuskan untuk beristirahat sebentar, pun ia juga ingin makan sesuatu terlebih dahulu karena sudah lapar.
Aurora berjalan gontai ke dapur untuk memasak makanannya sendiri, karena ia tahu sekali pasti Tantenya tidak akan menyisakan makanan sedikit pun.
Gadis cantik itu menghela napas panjang yang terdengar cukup berat tatkala melihat di kulkas ataupun di lemari tempat bahan makanan berada tidak ada apa pun. Kosong, hampa, seperti kehidupannya sekarang.
"Aduh! Lapar banget, tapi enggak ada apa pun yang bisa dimasak. Perut aku juga dari tadi enggak berhenti bunyi, mana ulu hati udah perih." Aurora bermonolog sambil meremas kencang bagian perutnya, berusaha menghilangkan rasa sakit yang menghujam.
Gadis itu langsung tertunduk dengan lesu. Ingin membeli makanan atau bahan makanan pun, ia tak punya uang sama sekali. Adam dan Risa memang tidak pernah memberikan uang secara cuma-cuma. Uang jajan sekolah pun selama tiga tahun di SMA, baru Adam akan berikan pada Aurora jika gadis itu selesai mencuci mobil atau memotong rumput. Uang yang diberikan pun tidaklah banyak, tetapi Aurora selalu mensyukurinya.
Karena rasa lapar yang tak tertahankan, Aurora hanya bisa meminum banyak air agar perutnya tidak terlalu sakit. Walau dengan minum banyak hanya bisa membuat perutnya kembung, bukan kenyang.
Aurora menangis dalam diam, meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan sekali. Ingin makan saja sangat susah, padahal dirinya tinggal di rumah bagus. Namun, tidak ada yang bisa ia makan. Sama sekali tidak ada.
"Kenapa hidup aku kayak gini, sih, Tuhan?! Kenapa aku enggak pernah dikasih kesempatan untuk bahagia?" Gadis itu terus menangis. Ia menyalahkan takdirnya yang menurutnya begitu buruk. Bahkan ia menginginkan segera menyusul kedua orang tuanya, dari pada terus hidup dalam kesengsaraan.
Di sela-sela tangisnya, indra pendengaran Aurora menangkap suara ketukan pintu. Alhasil, ia segera menyeka air mata yang masih berlinang dan menggigit bibir bawahnya agar isak tangis segera sirna.
Akibat suara ketukan pintu semakin keras, Aurora segera bangkit. Ia berjalan dengan gontai menuju pintu utama. Aurora begitu takut seandainya terlalu lama membukakan pintu. Om dan Tantenya pasti marah dan jika mereka marah, dirinya bisa saja mendapat pukulan tanpa ampun.
Adam dan Risa memang sekejam itu kepada Aurora, padahal sebagai Om dan Tante Aurora harusnya memberikan kasih sayang bukan penderitaan yang seperti tiada akhir.
Memang agak lama sampai di depan pintu utama, karena Aurora tidak punya tenaga untuk berjalan cepat. Tenaganya sudah benar-benar habis. Sampai ketika selesai membukakan pintu, Aurora justru sudah tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Ia merosot ke lantai dengan penglihatan yang menghitam. Ya ... Aurora pingsan.
Perempuan cantik yang ada di depan pintu, jelas sangatlah kaget tatakala melihat Aurora tiba-tiba jatuh pingsan tepat di depan matanya.
Gadis itu berjongkok sambil menepuk pelan pipi Aurora. "Bangun, Rora!"
Aurora tak kunjung bangun juga, perempuan yang berusia tujuh tahun lebih tua dari Aurora itu berusaha memapah Aurora sampai di kamarnya. Hingga membuat bagian persendiannya sedikit ngilu ketika sudah berhasil merebahkan tubuh ringkih sang sepupu.
Tidak lupa ia juga menelepon dokter, ia terlihat sangat khawatir dengan keadaan Aurora.
Dokter yang perempuan itu telepon akhirnya datang untuk memeriksa keadaan Aurora yang masih belum sadarkan diri. Dokter mengatakan bahwa asam lambung Aurora naik hingga membuatnya pingsan. Gadis cantik itu sering terlambat makan hingga membuat kondisinya memburuk.
Dokter sudah selesai memeriksa bahkan memberikan obat, lalu berpamitan pulang. Perempuan cantik itu jelas saja berinisiatif mengantarkan dokter sampai di depan pintu sebagai bentuk terima kasih.
Selesai mengantarkan dokter, perempuan itu masuk kembali ke kamar Aurora. Ternyata Aurora sudah sadarkan diri, tetapi ia terlihat begitu pucat.
"Kak Grace?" panggil Aurora sambil berusaha bangun dari tidurnya.
"Udah kamu tiduran aja! Kamu itu lagi sakit gini enggak usah paksain diri deh, Rora. Kan kamu jadinya pingsan kayak tadi," omel perempuan itu.
"Maafin, Rora, ya, Kak Grace," mohon Aurora dengan wajah memelas.
Grace Leoni merupakan putri semata wayang dari pasangan Adam dan Risa. Grance adalah perempuan yang baik. Ia tidak sejahat Papa dan Mamanya, tetapi ia pun tidak bisa berbuat banyak untuk membela sang sepupu yang selalu mendapat perlakuan yang tak pantas dari mereka.
"Udah enggak usah minta maaf segala, kamu enggak salah, Rora. Kakak udah pesenin kamu makanan, sebentar lagi juga makanannya datang. Kamu harus makan yang banyak terus minum obat. Kakak enggak mau sampai kamu sakitnya semakin parah."
"Iya, Kak. Terima kasih, ya, Kak Grace udah perhatian sama aku."
"Sama-sama. Besok-besok kalau kamu laper di rumah, terus enggak ada bahan makanan, kamu bisa loh telepon Kakak. Kakak pasti akan kirimin kamu makanan. Kamu itu enggak boleh telat makan sedikit pun."
"Iya, Kak."
Grace memerhatikan wajah adik sepupunya yang pucat, ia merasa bersalah sekali. Jelas Grace tahu, apa yang terjadi pada sang sepupu tidak luput dari kerjaan kedua orang tuanya. Padahal Grace sudah berulang kali meminta kedua orang tuanya untuk bersikap baik pada Aurora, apalagi Aurora yatim piatu, yang di mana harus dikasihani, bukan justru disiksa tanpa belas kasih.
"By the way, Kak Grace tumben pulang ke rumah?" tanya Aurora penasaran.
Akibat memiliki pekerjaan tetap sebagai seorang model, satu tahun belakang ini Grace memang tinggal di apartemen miliknya. Karena jika ada pekerjaan mendadak, ia tidak perlu terlalu jauh. Apalagi apartemen yang Grace tinggali berada di pusat ibu kota.
Selain tinggal di apartemen, Grace sering juga menginap di rumah kekasihnya. Aurora tahu itu, karena Grace suka bercerita banyak hal padanya. Termasuk persoalan dunia percintaan yang digeluti oleh Grace.
"Kakak sengaja pulang untuk kasih tau Mama sama Papa, kalau Kakak akan menikah seminggu lagi," ujar Grace yang langsung membuat Aurora melotot tak percaya.
"Menikah?"
"Iya, menikah. Kakak ngomong tadi jelas banget deh perasaan. Kenapa kamu bisa enggak dengar sih?!" kesal Grace.
"Kakak serius mau menikah seminggu lagi? Kenapa secepat itu? Perasaan belum ada lamaran di rumah ini untuk Kakak." Aurora yang masih dengan keterkejutannya malah memberikan kakak sepupunya pertanyaan secara beruntun.
"Seriuslah. Enggak usah lamaran enggak apa-apa, Kakak yakin kok Papa dan Mama pasti akan setuju Kakak mau menikah sama siapa pun."
Aurora mengangguk setuju, benar yang dikatakan Grace. Adam dan Risa begitu sayang dengan putri semata wayangnya, jelas langsung menyetujuinya. Lagi pula ia pun yakin, sang Kakak sepupu tidak akan asal memilih calon suami juga.
"Nikah sama pacar Kakak yang duda tiga anak itukah?" tanya Aurora penasaran, walau ia berharap bahwa Grace menjawab tidak.
Namun, Grace justru mengangguk hingga membuat bola mata Aurora seakan hendak keluar dari tempatnya. "Yang bener aja kali, Kak. Kak Grace itu cantik masih muda juga loh, baru dua puluh lima tahun, 'kan? Masa harus dapatnya duda anak tiga? Emang enggak ada yang lain apa?!"
"Ya ... jodohnya udah gitu, mau gimana lagi?"
"Tapi enggak duda juga kali, Kak."
Grace tersenyum manis. "Memangnya kenapa dengan duda, Rora? Toh bukan suami orang juga. Jangan benci-benci sama duda, siapa tau nanti jodoh kamu juga duda."
"AMIT-AMIT!" teriak Aurora dengan sangat kencang, seolah lupa dirinya sedang tidak enak badan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Qorie Izraini
awas ke makan omongan sendiri lu Aurora 😊😊😊
2023-09-07
1
Donat
sabar aurora
2023-07-27
2
Donacute
iyakah, Kak? wkwkw
2023-07-23
4