Pagi buta Aurora sudah dibangunkan oleh sang tante, padahal gadis itu baru tidur beberapa jam saja karena sibuk membantu membereskan rumah yang akan digunakan sebagai tempat pernikahan Grace dengan Keenan.
Acara pernikahan sendiri akan dibuat sesederhana mungkin, karena Keenan merasa tidak perlu membuat acara mewah untuk pernikahan keduanya. Apalagi memang pernikahan kompromi semata, ia memang adalah kekasih Grace. Namun, bukan berarti pria itu cinta dengan Grace. Walau Keenan tahu betul Grace wanita yang sangat baik, bahkan begitu tulus menyayangi ketiga anak-anaknya. Cinta Keenan sampai saat ini masih untuk mendiang istrinya tercinta.
Grace sendiri pasrah dengan segala keputusan Keenan yang akan menjadi suaminya, berbeda dengan kedua orang tua Grace yang menentangnya. Biar bagaimana pun Grace adalah putri semata wayang Adam dan Risa, ini pun pernikahan Grace yang pertama. Jelas mereka ingin mengadakan pesta pernikahan yang mewah dan meriah, tetapi bukan Keenan namanya jika tidak bisa membuat Adam dan Risa menyetujui keinginannya.
Keenan sendiri sengaja memberikan seserahan serta mahar yang fantastis untuk Grace sebagai pengganti pesta pernikahan yang mewah. Jadi, bukan karena Keenan tidak sanggup membuatkan pesta pernikahan yang mewah, tetapi dirinya memang tidak menginginkan saja sebab ia tidak ingin disoroti oleh para awak media dan rekan kerjanya
"Kamu mandi siap-siap, habis itu kamu bantu Grace siap-siap," titah Risa tak terbantahkan.
"Iya, Tante." Risa segera pergi dari kamar pembantu yang Aurora tempati.
Sesuai dengan perintah sang tante, Aurora buru-buru bersiap. Waktunya memang tidak lama, karena harus membantu kakak sepupunya juga.
Pernikahan memang akan terjadi pada pagi hari, jadi semua harus siap saat pagi. Setelah siap, Aurora hendak pergi ke kamar Grace. Namun, tiba-tiba perutnya sakit, jadi harus buru-buru ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya.
"Akhirnya perut aku udah rada enakan," kata Aurora sambil mengelus perutnya.
"Rora!" Teriakan menggema terdengar di telinga kecil milik Aurora, siapa lagi yang suka berteriak selain Tante kesayangan Aurora yaitu Risa. Aurora segera berlari menghampiri sang tante, sebelum tantenya akan marah-marah padanya.
Hari ini memang hari bahagia, tetapi bukan berarti ia bisa dengan mudah lolos dari kemarahan Risa. Wanita paruh baya itu memang suka sekali marah-marah apalagi kepada Aurora, sekalipun Aurora tidak memiliki salah apa-apa.
"Iya, Tante. Ada apa?" tanya Aurora ketika sudah berada di depan sang tante.
"Kamu udah bangunin Grace, belum?" Aurora terdiam, ia tahu dirinya lupa membangunkan kakak sepupunya. Padahal jika Grace sudah bangun pasti akan lebih mudah, tetapi Aurora yakin sekali bahwa kakak sepupunya itu belum bangun karena tak biasa bangun sepagi ini jika tidak ia yang membangunkannya.
"Pasti belum, 'kan?"
Akhirnya Aurora mengangguk, ia pasrah sekali karena akan mendapat kemarahan Risa.
"Gimana sih kamu itu? Dari tadi ngapain aja? Liat tuh MUA sama tim khusus dari butik yang bawain gaun pernikahannya aja udah dateng loh, masa calon mempelainya malah belum bangun?!" omel Risa tak peduli ada beberapa perempuan yang memerhatikannya, mereka adalah tim MUA dan tim dari butik yang sengaja datang untuk Grace.
"Maaf, Tante. Niatnya Rora baru mau bangunin Kak Grace sekarang."
"Kamu ini bisanya cuma minta maaf doang! Sekarang kamu antar tim khusus dari butik dan MUA ini ke kamar Grace," titah Risa dengan kasar.
Aurora langsung menurutinya, ia bersama para perempuan itu berjalan menuju kamar Grace. Sampai di depan kamar Grace, Aurora begitu terkejut saat mengetahui kamar Kakak sepupunya dikunci padahal tidak pernah sebelumnya. Aurora begitu hapal dengan sifat kakak sepupunya itu.
Aurora mengetuk pintunya berulang kali, serta memanggil nama sang kakak sepupu. Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Aurora mendadak panik, takut terjadi sesuatu yang buruk di dalam sana.
"Mbak enggak salah kamar, 'kan?" tanya salah satu dari orang yang Aurora tuntun ke kamar Grace, Aurora hanya menjawabnya dengan gelengan.
"Atau mungkin Mbak Grace-nya lagi bersiap di kamar lain?" Sebenarnya hal itu bisa saja terjadi, tetapi Aurora tidak yakin dengan hal itu.
Aurora tampak berpikir, ia harus mendapatkan cara untuk membuka pintu kamar Grace. Sebelum semua tamu datang, sedangkan calon pengantin wanitanya sama sekali belum bersiap.
Aurora pamit kepada para perempuan itu untuk mencari kunci cadangan, agar bisa membuka kamar Grace. Memastikan Grace di kamarnya dalam keadaan baik-baik saja atau tidak.
Aurora lupa, ia tak tahu di mana om dan tantenya menyimpan kunci cadangan kamar Grace, ingin bertanya pun tidak mungkin. Aurora bisa melihat Adam dan Risa sibuk memastikan tidak ada kekurangan di pesta pernikahan sederhana putrinya. Memang pestanya sederhana, tetapi mereka inginnya tetap berkesan dan berjalan dengan lancar tanpa kekurangan apa pun.
Aurora pergi ke gudang seorang diri untuk mencari kunci, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa. Padahal waktu terus berjalan, hingga ia mendapatkan ide. Mau tidak mau harus dilakukan, Aurora memanggil beberapa pekerja WO yang berjenis kelamin laki-laki untuk dimintai tolong mendobrak pintu kamar Grace.
Ide yang Aurora jalankan ini sebenarnya penuh risiko, karena jika sampai ada yang rusak ialah yang akan disalahkan. Padahal niatnya baik untuk memastikan keadaan Grace.
Lima orang laki-laki itu berusaha mendobrak pintu kamar Grace dengan sekuat tenaga, hingga terbukalah kamar Grace. Aurora segera masuk, keterkejutannya ternyata masih berlanjut. Kamar kakak sepupunya ternyata kosong.
"Kenapa kamar Kak Grace kosong, sih? Aduh! Terus Kak Grace di mana, dong? Kenapa juga kamarnya segala dikunci kalau enggak ada orang?" Aurora hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati.
Gadis cantik itu langsung mengucapkan terima kasih pada lima laki-laki yang sudah membantunya mendobrak pintu kamar kakak sepupunya.
Kepala Aurora tiba-tiba pening, ia tidak tahu di mana keberadaan sang kakak sepupu. Mungkinkah berada di kamar lain? Dari pada terus bertanya-tanya, Aurora memutuskan memastikannya saja. Ia akan mencari Grace di seluruh penjuru rumah. Tak lupa ia pun meminta para perempuan itu duduk terlebih dahulu di dalam kamar Grace. Karena mereka sejak tadi berdiri di depan pintu kamar.
Aurora sudah berkeliling rumah, tidak ada yang terlewat, tetapi ia belum juga menemukan keberadaan Grace.
"Ya ampun! Kak Grace sebenarnya di mana, sih?" Aurora bertanya pada dirinya sendiri dengan wajah kesal yang tidak dapat disembunyikan.
Mau tidak mau, Aurora harus memberitahu om dan tantenya atas menghilangnya Grace. Ia jelas tak mau disalahkan, padahal memang bukan salahnya juga.
Aurora dengan ragu berjalan menghampiri sang Om. "Om Adam," panggilnya pelan. Sebenarnya Adam sedang sibuk, tetapi ia tetap mendengar panggilan dari keponakannya.
Dengan wajah datarnya, Adam menjawab. "Ada apa?"
"Anu ... Om."
"Anu apa? Yang jelas dong kamu kalau ngomong!" omel Adam.
"Kak Grace enggak ada di kamarnya, Om. Rora udah cari Kak Grace ke mana-mana, bahkan sampai keliling rumah, tapi tetap enggak ada." Setelah mengumpulkan keberanian, Aurora akhirnya berani mengatakan yang sebenarnya pada sang Om.
"Apa?!" Adam langsung melotot tak percaya setelah mendengar ucapan keponakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Siti Asyia Suleman
hduh
2023-09-19
2
Donat
kan agak sus emang si grace
2023-07-27
2
Donat
definisi jadi pembantu di rumah sendiri. semangat rora
2023-07-27
2