"Apa?!" Adam langsung melotot tak percaya setelah mendengar ucapan sang keponakan.
"Kamu serius? Kamu enggak lagi ngerjain Om, 'kan?"
"Rora serius, Om. Kalau Om masih enggak percaya, Om bisa cek sendiri di kamarnya Kak Grace." Aurora bahkan sudah memberi tahu jika kamar Grace sempat terkunci dari dalam. Saat sudah didobrak, justru tidak ada siapa-siapa di sana.
Adam langsung berteriak memanggil istri tercintanya, ia menceritakan apa yang baru saja Aurora katakan.
Mata Risa pun membulat seperti hendak keluar dari tempatnya. "Kamu ini gimana, sih, Rora?! Bagaimana bisa Grace enggak ada di kamarnya? Kamu udah bener-benar cek, belum?"
Aurora mengangguk. "Udah, Tan."
Kedua orang tua Grace langsung pergi ke kamar sang putri, diikuti oleh Aurora dari belakang. Setelah memeriksa kamar Grace, mereka akhirnya percaya bahwa Grace benar-benar tidak ada di sana.
"Ini gimana, Mas? Kalau Grace enggak ada, terus pernikahannya gimana? Pernikahannya udah tinggal beberapa jam lagi, loh. Bayangin aja kalau Keenan tau Grace enggak ada. Bagaimana kalau Keenan marah sama kita, Pa?" ujar Risa dengan wajah panik.
"Mas juga enggak tau, Risa."
"Rora, kamu udah benar-benar periksa semua tempat dan cari Grace?" tanya Risa kepada Aurora yang sejak tadi hanya menunduk.
"Udah, Tan. Rora enggak liat Kak Grace di mana-mana," jawab Aurora cepat.
"Kita akan cari sekali lagi dengan keliling rumah. Kalau masih enggak ketemu, kita akan ke kantor polisi." Risa dan Aurora mengangguk setuju, mereka akan mencari keberadaan Grace. Tentu mereka sangat berharap bisa menemukan perempuan itu.
"Bagaimana kalau ternyata anak kita diculik, Mas?" Risa tiba-tiba bicara yang malah membuat Adam dan Aurora tambah khawatir. Adam mendekati dan berusaha memeluk istrinya agar bisa lebih tenang.
Mereka bertiga mulai berpencar mencari Grace, tetapi tidak dapat menemukan apa pun. Risa dan Adam sejak awal juga sudah berusaha menghubungi Grace. Namun, ponsel perempuan itu pun tidak aktif, tidak bisa dihubungi sama sekali. Hanya suara operator yang terus menyambut mereka.
"Grace kayaknya benar-benar diculik, Mas. Kita harus segera pergi ke kantor polisi. Aku enggak mau sampai Grace kenapa-napa." Tangis Risa pecah, ia tetap adalah seorang Ibu yang sangat menyayangi putrinya. Hilangnya Grace benar-benar membuat wanita paruh baya itu tidak bisa berpikir jernih lagi.
Mereka sudah ada di kamar Grace lagi sambil mencari sesuatu petunjuk tentang keberadaan Grace. Lebih tepatnya Aurora-lah yang diminta untuk membantu menemukan apa pun yang ditinggalkan oleh Grace.
"Kalau itu mau kamu, Risa. Yaudah, sekarang kita langsung ke kantor polisi. Papa juga enggak mau sampai anak kita sampai kenapa-napa."
Bagi orang tua, walaupun anaknya sudah dewasa sekalipun. Namun, tetap saja mereka akan sangat mengkhawatirkan anak mereka. Apalagi Grace adalah anak tunggal.
Saat Adam dan Risa hendak keluar dari kamar, langkah mereka harus terhenti karena teriakan Aurora yang tiba-tiba terdengar.
"Om, Tante! Aku nemuin surat, bisa jadi ini surat dari Kak Grace," ujar Aurora sambil menunjukkan sepucuk surat di tangannya.
Adam langsung menghampiri sang keponakan dan mengambil paksa surat itu dari tangan Aurora.
"Ayo baca, Mas. Apa benar surat itu Grace yang menulisnya?" titah Risa tidak sabar.
Adam mengangguk mengiyakan, lalu mulai membaca surat yang ada di tangannya. Mata pria paruh baya itu bergerak mengikuti alur tulisan sang putri yang tersusun lumayan rapi di atas kertas. Perasaannya pun menjadi campur aduk. Antara marah, khawatir, dan kaget menjadi satu hingga membentuk afeksi bernama ragu.
Kalau surat ini kalian baca, aku minta maaf banget sama kalian semua. Terutama Papa dan Mama tercinta karena aku harus pergi dari rumah. Aku tau keputusan yang aku ambil ini pasti akan sangat mengagetkan kalian berdua.
Aku harus pergi, Ma, Pa. Setelah beberapa waktu aku pikir ulang tentang pernikahan ini, rasanya aku belum siap menikah dengan siapa pun. Lagian Mas Keenan bukan pria yang aku cintai. Apalagi setelah menikah, aku harus menjadi ibu dari anak-anaknya Mas Keenan. Aku enggak bisa, Ma, Pa. Aku belum sanggup menjalani semua itu. Aku masih mau bebas menjadi wanita karir dan meraih semua mimpi aku yang belum terwujud.
Papa dan mama enggak perlu khawatir. Aku bisa pastiin, di mana pun aku berada, aku pasti baik-baik aja, aku bisa jaga diri. Aku harap Papa dan Mama percaya sama aku, anak yang sangat kalian sayangi. Jangan cari aku, Pa, Ma, karena aku lagi mau sendiri. Kalau udah waktunya, pasti aku bakal balik.
Sekali lagi, maafin aku, Pa, Ma. Kalian boleh marah sama aku karena aku emang bersalah, tapi tolong jangan salahin siapa pun atas kepergian aku. Ini semua murni keinginan aku sendiri. Semoga kalian tetap bahagia walau enggak bersama aku, ya. Aku sayang banget sama kalian berdua.
Ah ya, satu lagi ... sampaikan permintaan maaf aku sama Mas Keenan. Aku benar-benar minta maaf karena pergi tanpa pamit menjelang pernikahan, aku enggak bisa menikah dengan dia. Bukan karena enggak sayang sama anak-anak, tapi aku merasa belum pantas menjadi ibu mereka. Mungkin dia bisa dapat wanita lain yang bisa menjadi istri dan ibu di waktu yang bersamaan.
Selesai mendengar surat Grace dibacakan, kepala Risa mendadak pusing tak tertahan hingga rasanya ingin pingsan. Bagaimana tidak pusing? Selain karena ia memikirkan sang putri yang ternyata kabur di hari pernikahannya, ia pun bingung bagaimana harus menghadapi Keenan setelah ini, dan juga belum tahu cara untuk menjelaskan semua yang terjadi pada pria itu.
"Grace gimana, sih?! Kalau emang enggak mau menikah dengan Keenan, harusnya sejak awal enggak usah menerima lamarannya. Kalau begini, 'kan, semuanya jadi kacau. Kita mau bilang apa sama Keenan?" Adam menjambak rambutnya frustrasi, ia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran putri kesayangannya. Padahal menerima pinangan Keenan pun tidak ada yang memaksa, tetapi sekarang justru tiba-tiba berubah pikiran dan kabur.
"Itu juga yang Mama pikirin, Pa," balas Risa sengit.
"Papa baru ingat, ini surat benar-benar Grace yang menulis 'kan. Takutnya itu orang lain yang nulis, sedangkan Grace lagi diculik sekarang," kata Adam tiba-tiba.
"Papa kebanyakan nonton sinetron, ah." Risa mengambil paksa surat itu dari tangan suaminya. "Biar Mama periksa tulisannya. Mama tahu banget bagaimana tulisan tangan putri Mama dan bisa membedakannya."
"Gimana, Ma? Beneran tulisan Grace atau bukan? Kalau bukan, kita harus cepet lapor ke kantor polisi karena bisa aja Grace bener-bener diculik. Kalau beneran, kita enggak bisa berbuat apa-apa sekarang." Adam yang penasaran terus saja menyerocos tanpa henti.
"Ini emang tulisan Grace, Pa. Mama tau banget," lirih Risa sambil menatap suaminya, lalu pandangan Risa beralih kepada Aurora. "Rora, kamu nemuin surat ini di mana? Tante sama Om juga di kamar ini 'kan buat cari petunjuk tentang Grace, tapi kita enggak liat apa-apa."
"Tadi aku liat di nakas, Tan," jawabnya cepat. Aurora tidak berbohong, jadi ia tidak takut sama sekali. Risa melihat Aurora dengan menyelidik, ia tidak ingin percaya begitu saja pada keponakannya itu. Apalagi Risa juga tidak pernah suka pada Aurora.
"Ma, kalau sampai Keenan tahu Grace kabur, bisa berbahaya. Bukan cuma Grace, tapi kita juga. Keenan bukan pria sembarangan, Ma. Keenan udah memberikan banyak hal kepada kita. Kalau sampai dia tahu Grace kabur di hari pernikahannya, Keenan bisa murka dan kita juga kena imbasnya," ucap Adam tampak khawatir.
Adam sangat tahu siapa calon menantunya itu, di mana Keenan merupakan seorang salah satu pengusaha yang sangat berpengaruh. Keenan pun terkenal sebagai orang yang sangat kejam di kalangan pengusaha. Pria itu jelas tidak akan berpikir panjang untuk menghancurkan kehidupan orang-orang yang dibenci.
Keenan sangat menginginkan pernikahan ini terjadi. Jika Keenan tahu Grace telah kabur, jelas saja pria itu tidak akan bisa terima dan akan melakukan sesuatu yang tak pernah orang pikirkan sebelumnya.
"Kamu benar, Pa. Terus kita harus bagaimana sekarang?"
Adam tampak berpikir sejenak, sampai akhirnya ia berkata, "Pernikahan harus tetap terjadi, Ma. Bagaimanapun caranya."
"Maksud Papa gimana? Mama sama sekali enggak ngerti."
Akhirnya Risa dan Adam menatap Aurora, lalu Aurora mengernyitkan kening karena bingung saat melihat om dan tantenya tiba-tiba menatap dengan pandangan yang tidak biasa. "Om sama Tante kenapa liatin aku kayak gitu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Siti Asyia Suleman
buset
2023-09-19
2