SEDARAH PUSARA LEMBAH HITAM
Gadis cantik yang berambut panjang dia adalah Yuka. Parasnya begitu cantik kulitnya sangat putih, dia tampak seperti remaja yang kesepian. Yuka terlahir dari keluarga yang sangat miskin, kehidupannya penuh dengan kesulitan. Yuka hanya tinggal bersama neneknya di sebuah desa tepat di belakang kerajaan Suji, keseharian Yuka adalah membantu neneknya yang berjualan lobak di pasar tradisional.
Yuka tidak memiliki teman bahkan dia pun malu untuk bergaul dengan teman seusianya, tidak terpikir oleh Yuka untuk bersenang-senang seperti layaknya anak seusianya. Yuka hanya ingin membantu neneknya agar mereka bisa tetap bertahan hidup.
"Yuka, kamu sedang apa hari ini? Apakah kamu ingin ikut nenek pergi ke pasar tradisional? Lobak-lobak ini terlalu banyak, sehingga membuat nenek begitu kesulitan untuk membawanya ke pasar. Apakah kamu tidak keberatan jika nenek meminta bantuanmu untuk menemani nenek berjualan di pasar?" Ujar nenek Yuka saat ini.
"Iya nenek, tentu saja Yuka akan membantu nenek. Tidak mungkin juga Yuka membiarkan nenek pergi ke pasar tradisional sendiri. Bergegaslah nek, nanti Yuka menyusul. Yuka membereskan lobak-lobak yang tersisa di rumah terlebih dahulu, nek." Ucap Yuka kepada neneknya.
Akhirnya mereka-pun segera bergegas pergi ke pasar tradisional, dengan penuh harap Yuka bersama neneknya berjualan lobak di pasar. Walaupun cuaca terlihat mendung sekali.
"Tidak usah khawatir, nenek. Yuka'kan sudah besar, seharusnya Yuka menjaga nenek. Di dunia ini yang Yuka miliki hanyalah nenek. Yuka ingin sekali bertemu ibu, disaat orang-orang bisa berjalan-jalan bersama orang tuanya Yuka hanya bisa merenung. Yuka tidak mengenali wajah ayah dan ibu. Hanya nenek yang Yuka miliki, maka sebab itu jangan biarkan Yuka menjadi cucu yang durhaka membiarkan nenek bekerja seorang diri. Yuka sayang kepada nenek, biarkan Yuka menjaga nenek dan membantu nenek untuk mencari nafkah." Ucap Yuka dengan suara yang begitu Lirih.
Nenek-pun segera menghampiri Yuka, tangannya yang sudah keriput di usia lanjut membelai rambut Yuka saat ini. Yuka pun tersenyum karena dia merasakan kasih sayang yang begitu besar dari seorang nenek, dari kejauhan terlihat ada satu sosok pria yang menghampiri Yuka saat ini. Sepertinya dia bukan warga desa, terlihat dari pakaiannya yang gagah.
Pria itu mengenakan pakaian kerajaan, terlihat gagah seperti seorang pangeran. Pasar ini terlalu ramai jika harus disambangi oleh seorang pangeran. Aku-pun tersadar sesaat, pria itu bertanya kepadaku.
"Permisi, Apakah lobak lobak itu dijual?" Tanya pria muda yang saat ini berhadapan denganku.
"Oh, tentu saja tuan. Kami berjualan lobak lobak-lobak yang begitu segar. Kami baru saja tiba dipasar ini, silakan berbelanja tuan." Ucap Yuka kepada pria yang memakai pakaian kerajaan yang tepat berdiri di hadapannya saat ini. Pria itu pun segera memerintahkan kepada pemuda lainnya untuk memborong semua lobak yang dijual olehku. Aku sangat bahagia dagangan hari ini habis terjual. Jika lobak-lobak ini sudah habis, maka aku dengan nenek bisa segera pulang.
"Nona, aku beli semua lobaknya." Ucap pria itu dengan mengeluarkan tangannya seraya memberikan uang yang ada di dalam genggamannya.
"Terima kasih, tuan. Tuan, tunggu ...!" Ucap Yuka saat ini menghentikan langkah pria itu.
"Uangnya terlalu banyak. Ini kembalian Anda?" Sambung ucapku memanggil pria yang memborong lobak nenekku tadi.
"Sudahlah, itu rezeki untukmu. Terima kasih banyak, sampai jumpa kembali." Ucap pria itu sembari berlalu pergi menggunakan kuda berwarna putih.
"Terima kasih banyak, Tuan. Berkatmu aku bisa segera pulang bersama nenekku saat ini." Sahutku kepada pria yang baru saja berlalu pergi di hadapanku.
Yuka dan juga nenek segera pulang. Kami tidak ingin terjebak oleh hujan, syukurlah kami tepat di rumah saat hujan mulai turun. Hari ini aku-pun dapat beristirahat dengan tenang karena semua lobak yang dijual oleh nenek telah habis dengan sekejap mata. Setidaknya dapat membantu perekonomian keluargaku hari ini.
"Nenek, apakah kamu mengenal pria tadi?" Tanyaku kepada nenek saat ini.
"Nenek sama sekali tidak mengenal pria itu, sepertinya pria itu berasal dari Kerajaan Suji. Kerajaan itu terletak tepat di belakang rumah kita, Yuka." Ucap nenek sembari berlalu pergi untuk mempersiapkan makan malam.
Dari kejauhan terlihat Akira sedang berlari, sepertinya Akira terjebak oleh hujan. Entah mengapa, Akira sama sekali tidak ingin berteman denganku. Padahal rumah kami tepat bersebelahan, mungkin karena keadaanku yang begitu miskin. Sehingga semua orang sama sekali tidak ingin bergaul dengan kami. Aku dan nenek berbicara hanya perlunya, seperti manusia yang sangat menjijikkan yang di jauhi banyak orang. Aku mencoba menyapa Akira saat ini, sepertinya ini waktu yang tepat untuk bertegur safa.
"Akira, hujan terlalu lebat. Sebaiknya kamu berteduh di rumahku." Teriak aku menyapa Akira saat ini.
"Hah, aku tidak perlu bantuanmu. Jadi jangan sekali-kali kamu berusaha ingin membantuku, Yuka. Mana bisa seorang Yuka yang sangat miskin, membantu Akira yang sangat cantik. Lebih baik aku terkena hujan dari pada aku harus menerima bantuanmu." Ucap Akira sembari berlari.
Dia sepertinya mengabaikan ajakanku saat ini, akan tetapi aku tidak peduli. Aku berusaha membantunya tetapi dia menolak keras bantuanku, yang terpenting di hatiku saat ini adalah aku tidak memiliki hati buruk kepada siapa pun.
"Aku hanya ingin membantu Akira dan tidak mengharapkan apa-pun. Jika Akira menolaknya itu urusan Akira yang terpenting aku tahu apa yang harus aku lakukan saat orang lain kesusahan. Sebisa dan semampuku aku hanya ingin berbuat baik kepada semua orang." Celoteh ucapku sembari aku merenung.
Entah berapa lama aku melamuni nasibku, sontak aku terkejut saat nenek memanggilku saat ini.
"Yuka, segeralah masuk." Ucap nenek saat ini.
Aku-pun tersadar dari lamunan panjang, hujan yang deras melambangkan suasana hatiku yang sedang bersedih. Selama hidupku aku belum pernah bisa merasakan memiliki teman. Aku segera bangkit dari lamunanku dan aku segera menghampiri nenek.
"Apa yang kamu renungi, Yuka? Lebih baik kamu segera makan dan bergegas untuk mandi." Perintah nenek kepadaku saat ini.
"Baiklah nek, aku segera makan dan membersihkan diri." Sahut Yuka kepada nenek.
Dengan suasana hati yang masih terasa kecewa, aku-pun segera makan malam bersama nenek. Kusembunyikan rasa sakit hati di dalam hatiku, aku tidak ingin nenek mengkhawatirkan ku.
"Nek, aku mandi dahulu yah?" Ucapku pada nenek.
"Mandilah, lalu segera istirahat." Sahut nenek kepadaku.
Aku segera mengambil handuk yang tergantung di dinding dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Syurrr gejubar
Bunyi suara air saat aku mandi, dengan kasarnya mengayung air saat ini.
"Yuka, bisakah kamu mandi dengan tertib?" Suara nenek berteriak dari balik pintu. Aku pun terkekeh saat nenek selalu mengingatkan ku jika aku terlalu kasar dalam melakukan sesuatu.
"Hehehe, iya nek." Sahutku kepada nenek saat ini, dengan tersenyum seolah aku malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Fans fantasi timur
Awal cerita yang sangat menarik. Aku sangat suka
2023-07-30
0
Suani key
Akira sombong sekali kepada Yuka.
2023-07-27
0
Zia shu
Perjalanan gadis miskin bernama Yuka.
2023-07-18
0