Gadis cantik yang berambut panjang dia adalah Yuka. Parasnya begitu cantik kulitnya sangat putih, dia tampak seperti remaja yang kesepian. Yuka terlahir dari keluarga yang sangat miskin, kehidupannya penuh dengan kesulitan. Yuka hanya tinggal bersama neneknya di sebuah desa tepat di belakang kerajaan Suji, keseharian Yuka adalah membantu neneknya yang berjualan lobak di pasar tradisional.
Yuka tidak memiliki teman bahkan dia pun malu untuk bergaul dengan teman seusianya, tidak terpikir oleh Yuka untuk bersenang-senang seperti layaknya anak seusianya. Yuka hanya ingin membantu neneknya agar mereka bisa tetap bertahan hidup.
"Yuka, kamu sedang apa hari ini? Apakah kamu ingin ikut nenek pergi ke pasar tradisional? Lobak-lobak ini terlalu banyak, sehingga membuat nenek begitu kesulitan untuk membawanya ke pasar. Apakah kamu tidak keberatan jika nenek meminta bantuanmu untuk menemani nenek berjualan di pasar?" Ujar nenek Yuka saat ini.
"Iya nenek, tentu saja Yuka akan membantu nenek. Tidak mungkin juga Yuka membiarkan nenek pergi ke pasar tradisional sendiri. Bergegaslah nek, nanti Yuka menyusul. Yuka membereskan lobak-lobak yang tersisa di rumah terlebih dahulu, nek." Ucap Yuka kepada neneknya.
Akhirnya mereka-pun segera bergegas pergi ke pasar tradisional, dengan penuh harap Yuka bersama neneknya berjualan lobak di pasar. Walaupun cuaca terlihat mendung sekali.
"Tidak usah khawatir, nenek. Yuka'kan sudah besar, seharusnya Yuka menjaga nenek. Di dunia ini yang Yuka miliki hanyalah nenek. Yuka ingin sekali bertemu ibu, disaat orang-orang bisa berjalan-jalan bersama orang tuanya Yuka hanya bisa merenung. Yuka tidak mengenali wajah ayah dan ibu. Hanya nenek yang Yuka miliki, maka sebab itu jangan biarkan Yuka menjadi cucu yang durhaka membiarkan nenek bekerja seorang diri. Yuka sayang kepada nenek, biarkan Yuka menjaga nenek dan membantu nenek untuk mencari nafkah." Ucap Yuka dengan suara yang begitu Lirih.
Nenek-pun segera menghampiri Yuka, tangannya yang sudah keriput di usia lanjut membelai rambut Yuka saat ini. Yuka pun tersenyum karena dia merasakan kasih sayang yang begitu besar dari seorang nenek, dari kejauhan terlihat ada satu sosok pria yang menghampiri Yuka saat ini. Sepertinya dia bukan warga desa, terlihat dari pakaiannya yang gagah.
Pria itu mengenakan pakaian kerajaan, terlihat gagah seperti seorang pangeran. Pasar ini terlalu ramai jika harus disambangi oleh seorang pangeran. Aku-pun tersadar sesaat, pria itu bertanya kepadaku.
"Permisi, Apakah lobak lobak itu dijual?" Tanya pria muda yang saat ini berhadapan denganku.
"Oh, tentu saja tuan. Kami berjualan lobak lobak-lobak yang begitu segar. Kami baru saja tiba dipasar ini, silakan berbelanja tuan." Ucap Yuka kepada pria yang memakai pakaian kerajaan yang tepat berdiri di hadapannya saat ini. Pria itu pun segera memerintahkan kepada pemuda lainnya untuk memborong semua lobak yang dijual olehku. Aku sangat bahagia dagangan hari ini habis terjual. Jika lobak-lobak ini sudah habis, maka aku dengan nenek bisa segera pulang.
"Nona, aku beli semua lobaknya." Ucap pria itu dengan mengeluarkan tangannya seraya memberikan uang yang ada di dalam genggamannya.
"Terima kasih, tuan. Tuan, tunggu ...!" Ucap Yuka saat ini menghentikan langkah pria itu.
"Uangnya terlalu banyak. Ini kembalian Anda?" Sambung ucapku memanggil pria yang memborong lobak nenekku tadi.
"Sudahlah, itu rezeki untukmu. Terima kasih banyak, sampai jumpa kembali." Ucap pria itu sembari berlalu pergi menggunakan kuda berwarna putih.
"Terima kasih banyak, Tuan. Berkatmu aku bisa segera pulang bersama nenekku saat ini." Sahutku kepada pria yang baru saja berlalu pergi di hadapanku.
Yuka dan juga nenek segera pulang. Kami tidak ingin terjebak oleh hujan, syukurlah kami tepat di rumah saat hujan mulai turun. Hari ini aku-pun dapat beristirahat dengan tenang karena semua lobak yang dijual oleh nenek telah habis dengan sekejap mata. Setidaknya dapat membantu perekonomian keluargaku hari ini.
"Nenek, apakah kamu mengenal pria tadi?" Tanyaku kepada nenek saat ini.
"Nenek sama sekali tidak mengenal pria itu, sepertinya pria itu berasal dari Kerajaan Suji. Kerajaan itu terletak tepat di belakang rumah kita, Yuka." Ucap nenek sembari berlalu pergi untuk mempersiapkan makan malam.
Dari kejauhan terlihat Akira sedang berlari, sepertinya Akira terjebak oleh hujan. Entah mengapa, Akira sama sekali tidak ingin berteman denganku. Padahal rumah kami tepat bersebelahan, mungkin karena keadaanku yang begitu miskin. Sehingga semua orang sama sekali tidak ingin bergaul dengan kami. Aku dan nenek berbicara hanya perlunya, seperti manusia yang sangat menjijikkan yang di jauhi banyak orang. Aku mencoba menyapa Akira saat ini, sepertinya ini waktu yang tepat untuk bertegur safa.
"Akira, hujan terlalu lebat. Sebaiknya kamu berteduh di rumahku." Teriak aku menyapa Akira saat ini.
"Hah, aku tidak perlu bantuanmu. Jadi jangan sekali-kali kamu berusaha ingin membantuku, Yuka. Mana bisa seorang Yuka yang sangat miskin, membantu Akira yang sangat cantik. Lebih baik aku terkena hujan dari pada aku harus menerima bantuanmu." Ucap Akira sembari berlari.
Dia sepertinya mengabaikan ajakanku saat ini, akan tetapi aku tidak peduli. Aku berusaha membantunya tetapi dia menolak keras bantuanku, yang terpenting di hatiku saat ini adalah aku tidak memiliki hati buruk kepada siapa pun.
"Aku hanya ingin membantu Akira dan tidak mengharapkan apa-pun. Jika Akira menolaknya itu urusan Akira yang terpenting aku tahu apa yang harus aku lakukan saat orang lain kesusahan. Sebisa dan semampuku aku hanya ingin berbuat baik kepada semua orang." Celoteh ucapku sembari aku merenung.
Entah berapa lama aku melamuni nasibku, sontak aku terkejut saat nenek memanggilku saat ini.
"Yuka, segeralah masuk." Ucap nenek saat ini.
Aku-pun tersadar dari lamunan panjang, hujan yang deras melambangkan suasana hatiku yang sedang bersedih. Selama hidupku aku belum pernah bisa merasakan memiliki teman. Aku segera bangkit dari lamunanku dan aku segera menghampiri nenek.
"Apa yang kamu renungi, Yuka? Lebih baik kamu segera makan dan bergegas untuk mandi." Perintah nenek kepadaku saat ini.
"Baiklah nek, aku segera makan dan membersihkan diri." Sahut Yuka kepada nenek.
Dengan suasana hati yang masih terasa kecewa, aku-pun segera makan malam bersama nenek. Kusembunyikan rasa sakit hati di dalam hatiku, aku tidak ingin nenek mengkhawatirkan ku.
"Nek, aku mandi dahulu yah?" Ucapku pada nenek.
"Mandilah, lalu segera istirahat." Sahut nenek kepadaku.
Aku segera mengambil handuk yang tergantung di dinding dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Syurrr gejubar
Bunyi suara air saat aku mandi, dengan kasarnya mengayung air saat ini.
"Yuka, bisakah kamu mandi dengan tertib?" Suara nenek berteriak dari balik pintu. Aku pun terkekeh saat nenek selalu mengingatkan ku jika aku terlalu kasar dalam melakukan sesuatu.
"Hehehe, iya nek." Sahutku kepada nenek saat ini, dengan tersenyum seolah aku malu.
Kerajaan Suji adalah kerajaan yang begitu makmur serta memiliki kaisar yang begitu baik dan juga sangat memikirkan rakyatnya. Akan tetapi sifat dari Permaisuri Yiza bertolak belakang dengan Kaisar Suji, Permaisuri Yiza sangat begitu angkuh dan juga selalu membedakan kasta sosial. Hal ini menurun kepada putri kaisar yang pertama yang bernama Putri Suzuka, sifat Permaisuri Yiza dan Putri Suzuka begitu sama persis. Sehingga hal ini selalu menimbulkan konflik di antara anggota kerajaan. Putra raja yang terakhir bernama Kenzi, Kenzi adalah sosok yang baik. Pangeran Kenzi selain tampan dia juga dermawan, seringkali Kenzi berbaur dengan rakyat kerajaan. Kenzi sama sekali tidak ingin diketahui identitasnya saat dia berbaur, setiap hari dia berkeliling bersosialisasi untuk melihat keadaan rakyat di sekitar kerajaan Suji.
"Kenzi, dari mana kamu seharian? Mengapa kamu sangat lusuh dan menggunakan pakaian seperti itu?" Ucap kakak perempuan Kenzi yang bernama Suzuka.
"Kak, kemana aku pergi. Itu bukan urusanmu, tolong jangan banyak bertanya! Aku hanya ingin melihat keadaan rakyat kerajaan Suji. Apakah itu hal yang salah? Sudah sepantasnya aku melihat dan mencari tahu tentang kemakmuran rakyat dari kerajaan. Mengapa kakak selalu mempertanyakan hal ini kepadaku? Apakah kamu tidak memiliki kesibukan sendiri kak?" Ujar Kenzi kepada Suzuka saat ini.
"Ah, sudahlah.. Lebih baik aku tidak berbicara denganmu. Sebagai putra kaisar seharusnya kamu bisa menempatkan dirimu, untuk apa kamu harus pergi blusukan mengotori tubuh masuk ke pasar tradisional?" Seru Suzuka saat ini dengan wajah yang sinis kepada Kenzi.
Kenzi pun hanya terdiam, tidak ada satu patah kata yang dia ucapkan kepada kakaknya. Dia tidak ingin menjadikan pembicaraan ini menjadi perdebatan. Akhirnya Kenzi mengalah, Kenzi masuk ke dalam kamarnya bersama pengawal setianya yang bernama Jae Jun.
"Maaf Pangeran Kenzi, apakah terjadi perdebatan antara anda dengan Putri Suzuka? Sepertinya kalian sedang berdebat." Tanya dari ajudan pribadi Kenzi saat ini.
"Sudahlah, itu bukan urusanmu. Sepertinya hal ini sering terjadi, lebih baik tidak usah kamu hiraukan. Seluruh Kerajaan pun tahu atas sifat Kakakku seperti itu." Ujar Kenzi Seraya tidak ingin membahas perdebatan dengan Suzuka.
"Jae Jun, Apakah kamu ingat wanita yang berada di pasar tradisional tadi? Dia sangat cantik sekali, dimana'kah dia tinggal?" Tanya dari Kenzi kepada ajudan pribadinya yaitu Jae Jun.
"Sepertinya Pangeran Kenzi tertarik kepada wanita tadi. Apakah perlu saya mencari tahu asal-usul dari wanita tersebut?" Sahut Jae Jun dengan senyuman seraya dia memberi kode kepada Pangeran Kenzi.
"Baguslah Jika kamu mengerti, tolong cari tahu di mana tempat tinggal gadis cantik itu. Aku ingin sekali mengenalnya, dari sekian banyak wanita yang aku temui hanya dia yang membuat aku tertarik." Ucap dari Pangeran Kenzi kepada Jae jun saat ini. Akhirnya Jae Jun pun membungkuk seraya dia bersedia untuk segera mencari tahu asal-usul keberadaan gadis yang diincar oleh Pangeran Kenzi.
"Baiklah, Pangeran Kenzi. Aku izin pergi untuk mencari tahu gadis itu." Ucap dari Jae Jun lalu dia meninggalkan Pangeran Kenzi seorang diri di dalam kamar.
Setelah Jae jun pergi, Pangeran Kenzi hanya tersenyum. Dia membayangkan keindahan dari paras wanita yang di temuinya tadi pagi. Seolah membuat Pangeran Kenzi begitu berbunga-bunga, sepertinya Pangeran Kenzi benar-benar tergila-gila kepada gadis penjual lobak yang berada di pasar tradisional.
POV. Pangeran Kenzi
Wanita itu sungguh membuat aku terpana, parasnya yang cantik membuatku semankin ingin mengenal-nya. Walaupun kakak melarangku untuk bersosialisasi akan tetapi aku akan terus mendampingi rakyat-rakyatku.
Jantungku berdebar, setiap aku mengingat akan kecantikan gadis itu. Aku tidak sabar ingin mengenal lebih dekat dengan gadis yang bernama, Yuka. Walaupun aku tahu pasti, kakaku tidak akan membiarkan aku berbaur dengan mudah. Ini akan menjadi masalah besar sepertinya, terlebih kakak perempuanku adalah sosok yang sangat angkuh. Dia pasti menghalalkan segala cara agar aku tidak berkomunikasi dengan rakyat jelata.
Aku berjalan ke arah jendela, kulihat suasana sore ini begitu menyegarkan. Aku hirup udara yang begitu sejuk pada sore hari lalu aku kembali terduduk memandangi tanaman yang tertanam di sekitar kerajaan Suji. Tidak terasa beberapa jam berlalu, aku masih tetap duduk melamunkan gadis penjual lobak tadi. Sontak saat ini aku terkejut mendengar ketukan pintu dari arah luar kamarku.
Tok.. tok tok tok.
Bunyi suara pintu diketuk dari balik pintu membuatku terkejut.
"Siapa? Ada perlu apa denganku?" Teriak aku saat ini, seraya aku menyahuti ketukan dari balik pintu ini.
"Ini Ibu, sayang. Bolehkah, ibu masuk?" Tanya Ibuku saat ini.
"Oh Ibu, masuklah." Ucapku menyahuti Ibuku saat ini. Tidak lama pintu kamar pun terbuka lalu ibu menghampiriku.
Kreeekk..
Suara pintu kamar terbuka, saat aku lihat ternyata memang benar ibuku.
"Kenzi, sedang apa kamu? Ibu lihat dari pagi kamu tidak ada di dalam kerajaan. Apakah kamu blusukan masuk ke lingkungan warga sekitar? Kamu sudah tahu 'kan, larangan yang harus kamu patuhi di Kerajaan Suji. Sebagai putra Kaisar Suji, kamu tidak diperboleh'kan berbaur langsung dengan rakyat jelata." Ucap ibuku yang membuat aku terdiam. Saat ini jantungku berdegup kencang, seraya Aku gugup dan panik.
"Ibu.. Mengapa aku tidak boleh berbaur dengan rakyat jelata? Sudah sepantasnya sebagai pangeran aku harus melihat kemakmuran rakyat yang ada di Kerajaan Suji. Ayah tidak pernah melarang hal ini kepadaku tetapi mengapa ibu dan kakak selalu melarangku? Aku tidak akan berhenti untuk mensejahterakan rakyatku. Jadi Ibu tidak usah terlalu berlebihan, biarkan aku menjadi seorang pangeran yang sangat bijaksana seperti ayah." Ucapku dengan nada sedikit tinggi kepada Ibuku saat ini.
"Kenzi, kamu sama seperti ayahmu. Entah bagaimana cara ibu untuk bisa berbicara dengan kalian berdua." Ujar ibu kepadaku.
"Sudahlah Ibu, aku tidak ingin berdebat. Baru saja kak Suzuka berbicara hal yang sama seperti ini. Aku ingin tidur Bu, izinkan aku untuk beristirahat sejenak." Ucapku seraya menolak perintah dari ibu saat ini. Tidak lama kemudian ibu pun berlalu pergi meninggalkanku.
"Huh, dasar anak ini." Gerutu ibu saat ini lalu dia pergi.
"Hufffh, ibu dan kakak sama saja. Aku lelah dengan sifat sombong mereka. Sebaiknya Jae Jun harus aku peringatkan untuk berhati hati dalam penyelidikan mencari tahu gadis penjual lobak tadi pagi." Ucap kecilku di dalam kamar.
Tok..tok tok tok
Tok..tok tok tok
Suara ketukan pintu itu mengejutkan lamunanku berkali - kali.
Matakupun membelalak karena terkejut, aku segera bangkit dari duduk lalu aku membuka pintu.
"Siapa lagi?" Ucap kesalku sembari membuka pintu.
"Ini aku, Jae Jun." Ucap Jae Jun yang saat ini berhadapan denganku.
"Haduh, cepat masuklah." Ucapku menarik tangan Jae jun.
Mataku mengawasi isi kerajaan, lalu kututup pintu kamar rapat-rapat.
"Kamu sudah dapat identitas gadis itu?" Tanyaku pada Jae Jun.
Hari ini aku bersiap untuk pergi ke pasar tradisional bersama Jae jun, seperti biasa aku ingin melihat kemakmuran rakyatku. Tidak sedikit rakyat yang masih kesulitan untuk bertahan hidup.
"Pangeran Kenzi.. Apakah Anda sudah siap? Kuda putih telah berada di depan pintu gerbang kerajaan." Tanya Jae Jun saat ini kepadaku.
"Baiklah, tunggu aku di depan gerbang. Aku akan bergegas pergi ke sana tetapi sebelumnya aku ingin bertemu dahulu dengan ayahku." Ucap ku kepada Jae Jun lalu aku meninggalkan Jae Jun saat ini.
Untuk kali ini aku ingin berniat berbicara kepada ayah tentang memajukan kemakmuran rakyat Kerajaan Suji, perlahan aku berjalan lalu aku menemui ayah yang sedang duduk di singgasana saat ini.
"Selamat pagi, ayah." Salamku kepada ayah sembari aku membungkuk.
"Selamat pagi, Kenzi. Sepertinya kamu telah bersiap untuk berkeliling bersosialisasi bersama rakyat." Ujar ayah seraya dia mengerti apa yang akan aku lakukan hari ini.
"Benar sekali, ayah. Aku ingin menyusuri desa-desa yang ada di belakang Kerajaan Suji. Sepertinya untuk kemakmuran rakyat harus segera di sejahterakan, kemarin aku berkeliling bersama Jae Jun dengan menunggangi kuda. Ternyata masih banyak rakyat jelata yang sangat sulit untuk mencari sesuap nasi, tujuanku berkeliling desa adalah untuk memeratakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Kerajaan Suji. Apakah ayah tidak keberatan dengan apa yang aku lakukan?" Ucapku kepada ayah saat ini.
"Wahai, Putraku. Kamu mewarisi sifatku, perangaimu begitu kuat sebagai seorang Pangeran Kenzi. Sudah seharusnya sebagai putra mahkota kamu memikirkan keadaan rakyat, bukan hanya tentang kekayaan diri sendiri. Ayah akan selalu mendukungmu, nak. Teruslah menjadi seorang pangeran yang adil dan bijaksana." Ucap ayah saat ini menenangkan ku. Raut wajah ayah begitu memukau, ayah adalah sosok panutanku saat ini.
"Baiklah, ayah. Aku akan segera pergi tetapi sebelumnya aku minta tolong kepada ayah, jangan utarakan hal ini kepada ibu dan kakak karena mereka pasti tidak akan suka dengan misi yang aku lakukan saat ini.
"Hehe hehehe. Tenang saja Kenzi, ayah tahu persis sifat ibu dan kakakmu. Jadi bersegeralah kamu dengan misimu, hati-hati kamu di jalanan." Seru ayah saat ini.
"Sampai jumpa ayah, aku pamit pergi." Sahut ku kepada ayah dengan aku segera meninggalkan ruangan ini.
Saat aku berjalan menuju gerbang, terlihat Jae Jun sudah mempersiapkan lima kuda yang berbaris. Satu kuda putih akan aku tunggangi lalu empat lainnya akan ditunggangi oleh para ajudanku. Aku lebih nyaman menggunakan kuda sendiri, dibandingkan aku harus menaiki kereta. Aku tidak ingin rakyatku sungkan kepadaku, maka dari itu kuda putih ini adalah sebagai kendaraanku.
"Jae Jun, aku sudah siap." Ucapku kepada ajudanku yang bernama Jae Jun.
"Baiklah Pangeran Kenzi, mari kita berangkat." Seru Jae Jun kepada tiga ajudan lainnya.
Seperti biasa kami berkeliling desa untuk melihat keadaan rakyat, tidak segan kami membantu rakyat yang sangat kesusahan. Persediaan makanan dan juga sayur mayur kami bagikan secara merata karena ini adalah tujuan utamaku memeratakan kemakmuran rakyat jelata. Setelah merasa cukup memasuki desa-desa. Tibalah waktunya aku mencari gadis manis itu. Mataku membidik semua orang yang berada di pasar tradisional. Kali ini tertuju pada satu titik, aku melihat sosok gadis yang kemarin aku temui.
"Berhenti.." Ucapku kepada para ajudan, dengan serempak mereka terhenti. Semua ajudan berhenti tepat di belakangku. Aku menuruni kudaku lalu aku menunjuk ke arah gadis yang kemarin kulihat.
"Pangeran Kenzi, gadis itu bernama Yuka. Hampiri lah, jika Pangeran Kenzi ingin mengenalnya lebih jauh." Ucap Jae Jun kepadaku saat ini.
Aku pun menoleh ke arah Jae Jun lalu aku tersenyum. Aku turuni kudaku dan aku menghampiri gadis penjual lobak yang bernama, Yuka. Terlihat wajahnya menyiratkan kekhawatiran.
"Hai, Yuka. Apakah kamu berjualan lobak hari ini?" Tanyaku kepada gadis itu saat ini.
"Maaf, tuan. Hari ini aku tidak berjualan lobak. kedatanganku ke sini untuk membeli obat karena nenekku sedang sakit keras." Ucap gadis ini secara mengejutkan.
Aku-pun menawarkan diri untuk membantunya, ku perintahkan semua pengawalku untuk memanggil tabib kerajaan. Dia nampak sungkan kepadaku, karena dia tahu bahwa aku adalah seorang pengeran dari Kerajaan Suji.
"Kamu tidak perlu khawatir, Yuka. Aku akan menolongmu, biarkan mereka mencari tabib, kita pergi ke rumahmu sekarang." Ucapku kepada Yuka saat ini seraya aku menenangkan kegelisahan hatinya.
"Terima kasih banyak, Tuan Kenzi." Ucap Yuka saat ini.
Aku segera menghampiri Jae Jun beserta beberapa ajudanku yang lain.
"Segera kamu panggil tabib kerajaan, bawalah tabib itu ke rumah Yuka. Saat ini Nenek Yuka sedang sakit." Ucapku kepada Jae Jun.
"Baik, Pangeran Kenzi. Nanti aku menyusul membawakan tabib ke rumah, Yuka. Silakan Pangeran Kenzi berangkat terlebih dahulu bersama Yuka." Ucap ajudanku seraya dia mengerti perintahku. Aku pun segera kembali menghampiri Yuka lalu kami menunggangi kuda putih yang kubawa saat ini.
"Yuka, naiklah ke atas kuda. Segera kita pergi ke rumahmu untuk menolong nenekmu yang sedang sakit." Ujarku kepada Yuka saat ini. Akhirnya kami berdua pun pergi menemui nenek Yuka yang sedang terbaring lemas di rumah. Setibanya di depan rumah Yuka, akhirnya aku masuk dan melihat kondisi keadaan nenek. Sepertinya keadaan nenek Yuka tidak baik-baik saja, tubuhnya begitu lemas dan wajahnya begitu pucat.
"Yuka, izinkan aku menemui nenekmu. Aku ingin berbicara denganya." Ucapku kepada Yuka saat ini.
"Silakan, Kenzi. Masuklah aku akan menunggu tabib di luar. Dengan tidak banyak berpikir, aku segera masuk dan menemui nenek Yuka yang sedang terbaring lemah di ranjang.
"Apa yang kamu rasakan? Wajahmu begitu pucat. Apakah kamu masih bisa bertahan?" Tanyaku kepada nenek Yuka saat ini.
Sontak Nenek Yuka pun terkejut melihat kedatanganku karena ternyata dia mengenaliku saat ini.
"Pangeran.. Apakah benar kamu adalah Pangeran Kenzi? Terima kasih banyak karena pangeran telah bersedia mengunjungi gubuk kecilku." Ucap nenek Yuka.
Tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok.
Terdengar bunyi ketukan pintu, sepertinya itu adalah Jae Jun menghampiriku.
"Masuklah, Jae Jun." Seruku kepada Jae Jun.
"Pangeran, tabib sudah datang. Sebaiknya biarkan tabib mengobati nenek. Mari kita tunggu di luar saja, Pangeran." Ucap kepadaku saat ini.
"Baiklah, sebaiknya kita tunggu di luar. Biarkan tabib itu mengobati, nenek." Sahutku kepada Jae Jun.
Dari kejauhan terlihat Suzuka mengikuti tabib, seraya dia tidak senang atas bantuanku kepada Yuka. perlahan dia menghampiri dan keributan-pun tidak bisa di hindari.
Kakaku menampar wajah Yuka dan memperingatkanya agar tidak berhubungan denganku. Disini aku-pun tidak diam saja, aku akan selalu melindungi gadis ini dari segala ancama yang di berikan Suzuka.
Plakkk
Aku membalas tamparan Suzuka, aku perlakuan dia seperti dia memperlakukan buruk Yuka barusan.
"Kenzi, kurang ajar kamu." Ucap Suzuka dengan berlalu pergi meninggalkan kami.
Kejadian ini akan menjadi panjang saat aku berurusan dengan kaka dan ibuku. Aku-pun tidak akan segan melindungi rakyatku terutama gadis yang bernama Yuka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!