The Scard: Return!
Joshua memeriksa lengan Kirania dengan cermat. Patah tulang yang di deritanya beberapa waktu lalu perlahan mulai membaik yang sukses membuat pria itu bernafas lega.
Karena keponakannya merupakan mantan kelinci percobaan Damian, sehingga gadis itu memiliki penyembuhan lebih cepat.
"Harusnya lukamu ini pulih dalam waktu satu bulan. Tapi ini baru tiga minggu. Kau beruntung, ya..."
"Apakah ini akan baik-baik saja?" Kirania memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung.
"Tentu saja. Tapi kau belum boleh berkelahi."
Kirania nyengir kuda menanggapi nasehat Joshua, "Oke, Paman. Tapi tidak janji."
"Ck. Dasar kau ini." Joshua segera merapikan peralatan medisnya. "Kau itu benar-benar keras kepala."
"Kalau kepalaku tidak keras, berarti aku tidak memiliki tengkorak, dong." Kelakar Kirania cepat.
Joshua kehilangan kata-katanya.
Pria tampan itu menatap sang keponakan dengan kesal. Entah mengapa gadis itu suka sekali menjawab perkataannya.
"Benar, kan? Jika Paman tidak memiliki tengkorak, kepala Paman seperti jelly. Kalau memiliki tengkorak, berarti kepala Paman keras."
Joshua mendekati Kirania yang kini memakai kembali cardigan miliknya.
"Ah, terserah kau saja, Kucing liar." Kesal Joshua gemas dan mencubit pipi gadis itu dengan gemas.
"Lwephuas! Swakit Phuaman! Aku bukan kucing!" Seru Kirania kesakitan sambil menepis tangan nakal Joshua dan mengusap pipinya yang memerah kesakitan. Gadis itu mendelik galak pada sang paman yang malah terkekeh-kekeh. Kirania malah terlihat seperti seekor kucing yang menggemaskan di mata pria itu.
"Hahaha.... Kau mirip kucing saat marah, Kiran." Goda Joshua yang membuat Kirania berdecak kesal. "Sekarang kau boleh pulang." Usir pria itu sambil mengacak rambut sang keponakan dengan gemas.
Kirania menendang tulang kering sang paman yang sukses membuat pria itu meringis. Melihat hal itu, Kirania tersenyum puas dan berpamitan pulang.
"Dasar keponakan durhaka!" Rutuk Joshua kesal yang ditanggapi dengan tawa mengejek dari Kirania sebelum tubuh gadis itu menghilang dari balik pintu.
"Sudah selesai?" Tanya Ellios sambil menyimpan smartphone miliknya begitu melihat sang adik keluar dengan raut wajah bahagia. Sepertinya gadis itu telah berhasil membuat sang paman kesal.
"Hmm... Ayo pulang."
Sepanjang perjalanan, Kirania menceritakan hasil pemeriksaan lengannya yang telah pulih dalam waktu tiga minggu yang disambut dengan helaan nafas lega dari pemuda berambut merah itu.
Saat tengah berbelok menuju sebuah gang, beberapa preman menghadang mereka.
"Hei, serahkan semua barang kalian dan ikut kami!"
Kedua kakak adik itu saling tatap sebelum tersenyum bahagia.
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Kota X, kota otonom tanpa hukum. Kota berbahaya yang memiliki enam distrik dan dipimpin oleh dua kubu berbeda sejak berakhirnya kerusuhan beberapa waktu lalu.
Kerusuhan saat pemilihan walikota dan kelompok sindikat perdagangan manusia meninggalkan banyak kerusakan. Beberapa distrik mengalami kerusakan yang cukup parah, salah satunya distrik B dan F.
Tragedi beberapa waktu lalu itu membuat banyak anak-anak kehilangan orang tua, sanak saudara maupun kerabat. Keadaan ini dimanfaatkan oleh beberapa pendatang ilegal dan penjahat memasuki kota ini dan menetap dengan alasan tersendiri.
Wilayah yang diabaikan oleh negara dan tanpa hukum ini menjadi wilayah otonom yang berbahaya, banyak penjarahan terjadi di kota ini, gencatan senjata antar kelompok membuat beberapa orang terpaksa mengungsi ke kawasan khusus.
Tragedi beberapa waktu lalu menyebabkan banyaknya korban jiwa. Di tengah-tengah kericuhan itu muncul sekelompok orang dengan kemampuan istimewa. Mereka memiliki sebuah simbol yang dapat memantulkan peluru dan mematahkan senjata tajam. Mereka adalah SCARD.
Keberadaan mereka tidak diketahui lagi sejak kejadian itu.
Keberadaan mereka menjadi incaran beberapa pihak untuk keuntungan sendiri, mengingat pemilik tatto itu kebal dengan senjata tajam dan peluru.
Tidak diketahui pasti siapa kelompok tersebut, karena kelompok itu berbaur dengan masyarakat umum.
Distrik D, E dan F, tiga Distrik yang berada dibawah naungan Athena Grup. Distrik yang diabaikan pemerintah kota X karena termasuk kawasan kumuh dan tertinggal.
Di bawah naungan Athena Grup, tiga Distrik ini mengalami perubahan yang begitu pesat. Bahkan tiga distrik ini lebih maju dari tiga distrik yang menjadi distrik kesayangan pemerintah.
Meski demikian, beberapa wilayah di Distrik itu mengalami kerusakan yang parah. Selama tiga bulan pemimpin tiga distrik ini melakukan pembangunan dalam sektor bangunan maupun ekonomi.
Kini ketiga distrik itu menjadi wilayah B-ATED, dimana keberadaan SCARD terdeteksi di wilayah ini saat pertarungan dengan sekelompok orang dan mutan beberapa waktu lalu.
⚛️⚛️⚛️⚛️
Kirania dan Ellios berjalan santai menyusuri jalanan yang tampak sedikit gelap sambil menjinjing sebuah bungkusan plastik besar. Langit di ufuk barat telah menampakkan warna jingga yang indah dan matahari telah berada di peraduan nya.
Jalanan sedikit sepi mengingat kota ini rawan kejahatan. Namun itu semua tidak berlaku bagi sepasang remaja itu. Mereka berdua sudah terbiasa menghadapi sekelompok penjahat, apalagi kota ini cukup berbahaya dan penuh dengan kekerasan.
Kedua remaja itu memasuki sebuah rumah minimalis berlantai dua dan disambut dengan tatapan tajam dari seorang pria tampan berusia tiga puluh satu tahun.
Meski usianya tergolong muda, pria itu telah memiliki dua orang anak yang telah remaja. Bisa dibilang mereka adalah anak adopsi dan salah satu diantaranya merupakan hasil kloningan dirinya.
"Telat lima belas menit." Sapa pria itu dengan datar.
Albert menatap Kirania dan Ellios yang nyengir tanpa dosa dengan lebam menghiasi wajah mereka. Pria itu menghembuskan nafasnya saat keduanya menyerahkan belanjaan mereka dengan tatapan polos.
Albert segera mengambil alih belanjaan kedua remaja itu dan matanya nyaris melompat keluar dari rongga nya saat melihat isi belanjaan sang anak.
"Bukannya tadi aku meminta kalian untuk membeli bahan makanan? Kenapa kau malah memborong habis semua snack, Kirania?" Geram Albert kesal. Pasalnya pria itu hafal betul dengan Kirania yang suka memborong banyak snack jika berbelanja.
"Pesanan Papa ada di dalamnya, kok." Sahutnya dengan tatapan polos.
Albert menghembuskan nafasnya lelah. Dia segera mengecek lagi belanjaan putrinya. Dan benar saja, belanjaan mingguannya tertutupi oleh snack milik Kirania.
"Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak memborong semua cemilan itu." Kesal Ellios yang hanya dibalas cengiran tanpa dosa milik sang adik.
"Darimana kau mendapatkan uang tambahan, Kiran?" Tanya Albert penuh selidik.
Perasaan pria itu memberikan uang yang cukup untuk membeli persediaan dapur selama seminggu dan dia belum memberikan Kirania maupun Ellios uang bulanan mengingat sekarang masih akhir bulan.
"Tadi saat kami pergi ke supermarket, ada beberapa preman yang menghadang. Karena kasihan, kami menghajarnya sampai dia bobok dan aku ambil uangnya." Ucapnya malu-malu sambil memainkan jarinya.
"Kalian bertarung dengan para preman?" Tanya Albert sambil mengecek tubuh Kirania, memastikan tidak ada luka serius di tubuh putri kesayangannya. Begitupun dengan Ellios.
Mereka mengangguk mengiyakan membuat Albert menghela nafas. Hampir setiap hari kemanapun keduanya pergi, pulang-pulang dia pasti membawa oleh-oleh berupa luka memar maupun lebam di wajahnya.
"Tadi mereka mengajak kami bersenang-senang, jadi kami bersenang-senang dengan mereka. Sepertinya mereka tidur nyenyak di atas aspal karena aku menendangnya sampai terdengar bunyi 'krak' di tubuh mereka." Lapor Kirania polos.
Suara tawa Ganymede terdengar membahana di kepala gadis itu, namun Kirania memilih abai karena khawatir sang papa akan marah padanya.
Sementara sang papa hanya mengangkat sebelah alisnya saat mendengar penuturan Kirania. Menjadi petinggi Athena grup, sudah pasti banyak yang mengincar keluarga dirinya maupun keluarganya. Dan Albert sendiri sudah mengantisipasinya dengan melatih mereka, khawatir terjadi penyerangan dadakan seperti beberapa saat lalu.
"Tapi, Papa. Kemarikan snackku." Punya gadis itu sambil menunjuk kearah bungkusan yang berisi dengan snack kentang kesayangannya dengan tatapan polos andalannya.
"Tidak untuk kali ini. Bersihkan diri kalian lalu turun makan malam." Perintah Albert tegas.
"Tapi snackku?" Kirania menatap plastik yang berisi bungkusan snack dengan tatapan berkaca-kaca layaknya anak kucing minta di pungut.
Pria itu gemas sendiri dengan tingkah Kirania. Dengan kesal Albert mencubit pipi gadis itu hingga sang empu memekik kesakitan.
"Awww!! Ampun, Pa!"
"Dasar Kucing nakal! Kau harus mengurangi snack-snack ini. Asam lambungmu bisa kambuh, Kiran~" Omel Albert sedikit kesal lalu melepaskan cubitan nya.
"Iya, Pa. Iya. Tapi aku bukan kucing." Rengek gadis itu sambil mengusap pipinya yang memerah akibat cubitan sang papa.
"Sana bersihkan tubuh kalian." Usir Albert.
Keduanya segera pergi menuju kamar masing-masing untuk membersihkan diri, sementara Albert segera membuat makan malam.
⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️
Setelah selesai makan malam, ketiganya bersantai di ruang keluarga. Kirania terlihat asik duduk santai sambil memakan cemilan kesayangannya, sementara Ellios duduk di sebelah gadis itu sembari mendengarkan Albert yang duduk di hadapan mereka dengan serius.
"Hah? Demon High School?" Beo Ellios dan Kirania. Gadis itu bahkan meremas bungkus snacknya yang masih sisa setengah dengan tak sadar dan menatap pria itu dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin ayah mereka menyekolahkan putri nya ke sekolah itu?
Demon High School, merupakan sekolah para preman. Orang-orang yang bersekolah di sana adalah para berandalan yang memiliki jiwa petarung. Rata-rata usia senior di sekolah itu berusia dua puluh tahunan.
"Kenapa Ayah ingin si kucing bersekolah di sana?" Tanya Ellios menuntut.
"Karena kucing kita merupakan kucing lemah. Jika dia tidak mau mengasah ilmunya, kemungkinan dia akan menjadi kucing lemah." Balas Albert santai.
Jika umumnya para orang tua mencari sekolah dengan prestasi dan predikat terbaik serta khawatir jika anak-anak mereka ikut terjerumus pergaulan yang salah dan berkelahi, Albert justru menyekolahkan putri kesayangannya di sekolah yang terkenal dengan pertarungan dan tawuran. Bahkan pria itu membiarkan anak-anaknya ikut berkelahi.
"Hei, aku bukan kucing! Lagipula aku tidak lemah." Protes Kirania tak terima.
"Itu panggilan kesayangan kami untukmu, Kucing. Jadi jangan protes." Balas Albert dan Ellios kompak.
"Hahaha! Kau memang cocok dipanggil seperti itu, Kucing~" Suara Ganymede bergema di kepala gadis itu yang sukses membuatnya mendengus kesal.
"Tau, ah. Terserah kalian." Sungut Kirania kesal.
"Tapi bagaimana dengan reputasi Ayah nanti? Apa tidak apa-apa?" Tanya Ellios cemas. Dia tidak ingin reputasi pria itu hancur karena Kirania membuat ulah.
"Aku tidak peduli. Lagipula aku membebaskan kalian untuk membuat onar. Asalkan itu dalam hal yang wajar. Tapi aku tidak memaafkan kalian jika sampai menyentuh obat terlarang maupun menjajakan diri demi uang." Tutur Albert serius.
Keduanya mengangguk paham. Apalagi ini kita khusus tanpa hukum, dimana gencatan senjata, tawuran maupun kekerasan lain sudah biasa terjadi. Di kota yang rawan ini, banyak orang berseragam khusus berkeliaran. Mereka suruhan orang-orang yang bersaing dalam urusan bisnis maupun hal lain.
Karena itu Albert membiarkan Ellios dan Kirania berkelahi, bahkan menyekolahkan Kirania di sekolah khusus preman itu agar putrinya bisa mengasah kemampuan berkelahi nya.
Tidak apa-apa jika reputasinya ambyar, asalkan tidak ada surat kerjasama dengan lamaran yang menghampiri Albert. Dia hanya ingin Kirania bahagia tanpa harus terikat dengan orang lain dan dirinya ingin bersantai tanpa surat lamaran untuk putrinya.
"Apakah itu baik-baik saja? Nanti reputasi Papa akan buruk." Tukas Kirania memastikan.
"Lebih baik aku memiliki anak pembuat onar daripada memiliki anak baik yang justru menjadi simpanan orang lain. Lagipula predikat baik di kota tanpa hukum ini tidak berguna, kecuali kalau kau ingin menjadi wanita penghibur yang di lelang." Ucap Albert dengan ramah.
Kirania hanya menghela nafas mendengar kata-kata Albert. Jika sudah begitu, pria itu pasti sedang kesal.
"Baiklah. Lagipula aku memang belum memastikan akan bersekolah dimana." Ucap Kirania setelah berpikir beberapa saat.
Albert menyerahkan brosur sekolah itu pada Kirania lalu pergi meninggalkan mereka. Tak berapa lama pria itu kembali dengan sebuah laptop di tangannya.
Pria itu mengutak atik laptopnya sejenak sebelum mengarahkan layarnya pada kedua remaja itu. Di sana terpampang sebuah artikel sekolah yang menjadi topik mereka.
"Menurutku kau lebih baik bersekolah di sana. Apa kau tidak ingin mengasah kemampuanmu? Di kota ini, gadis dengan predikat baik-baik akan menjadi incaran hidung belang dan predator gila." Bujuk dan ancam Ganymede terdengar di kepala gadis itu.
"Papa, aku mau bersekolah di sana." Seru Kirania setelah membaca artikel sekolah itu.
Sekolah yang membebaskan siswanya bertarung, namun fasilitas nya cukup bagus dan memuaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
jejes879397
halo aku mampir, di tunggu kelanjutannya di novel sebelah ya😉😉
2023-11-21
0