Bab 4

Sanca menatap siswa baru sekaligus adik kelasnya dengan tatapan tengil khas berandalan. Pemuda itu adalah pemimpin siswa terkuat di sekolah ini, sekaligus ketua siswa di Demon High School. Ditemani beberapa anggota gengnya, pria itu berdiri di depan para siswa baru dan memberikan pidato singkat tentang aturan sekolah menggunakan toa.

"Selamat pagi, pecundang semuanya!" serunya, suaranya menggema di seluruh lapangan. "Gue mau sampaikan peraturan di sekolah ini! Dengerin baik-baik dan jangan melanggar, atau lo semua..." Dia menunjuk ke arah para siswa baru dan memberi isyarat dengan ibu jarinya yang menyayat leher, "Mati!"

'Oke, lanjutkan,' pikir para siswa dengan ketegangan yang semakin meningkat.

"Peraturan pertama, gak ada pembullyan. Buat yang melanggar, gue anggap kalian pengkhianat. Karena siapapun yang bersekolah di sini, apapun latar belakang kalian, di sini semua sama." Tatapan tajam Sanca menyapu para siswa baru, memberikan intimidasi yang cukup mendalam.

"Yang kedua, dilarang keras tawuran dengan sekolah lain, kecuali mereka nyerang kita duluan! Yang ketahuan, harus berhadapan langsung dengan gue."

Dan yang terakhir, kalian bakal mengadakan tanding setiap tiga bulan sekali buat jadi kandidat terkuat di antara kalian. Terus kalian bakal berhadapan dengan gue dan pentolan gue buat jadi kandidat terkuat di sekolah ini, paham?!"

"Paham!" seru mereka serentak, meski ada beberapa yang merinding mendengarnya.

"Ah, satu lagi. Dilarang mengedarkan sesuatu yang bukan dari wilayah B-ATED. Ferio, lanjutkan penjelasan lainnya. Gue males jelasin," ujar Sanca dengan santai, menyerahkan toa kepada seorang pemuda tampan dengan rambut klimis. Pemuda itu, Ferio Azakara, kandidat kedua terkuat di sekolah ini sekaligus wakil pemimpin siswa, mengambil toa yang disodorkan dan mulai berbicara.

"Gue Ferio. Gue akan jelasin tentang sekolah ini."

Ferio mengatur ulang posisinya dan mulai berbicara dengan tenang, namun tetap tegas. "Seperti yang kalian tahu, sekolah ini terletak di distrik F, sekaligus wilayah B-ATED. Sekolah kita bekerja sama dengan mereka, jadi jangan heran kalau beberapa orang penting datang ke sekolah kita menawarkan beberapa pekerjaan."

Para siswa baru mulai saling berpandangan, penasaran dengan penjelasan Ferio.

"Kalian bisa jadi siswa magang atau siswa tetap, itu pilihan kalian. Yang penting, pas B-ATED nawarin pekerjaan, kalian harus terima tawaran itu, meskipun kalian siswa tetap," lanjut Ferio.

Salah satu siswa baru mengangkat tangan, penasaran. "Kenapa?"

Ferio mengangguk, memberi isyarat pada salah satu rekannya untuk menyalakan proyektor. Seiring gambar-gambar yang muncul di layar, Ferio melanjutkan penjelasannya.

"Perkenalkan, B-ATED. Gabungan dari Biro Jasa Hukum, Athena Grup, Eagle, dan Draka. Mereka adalah pelindung tiga distrik di kota penuh konflik ini. Biro Keamanan berpusat di distrik D, meluas ke distrik F, melindungi warga sipil dari gencatan senjata dan penyerangan. Athena Grup berpusat di distrik E, melindungi perusahaan dan usaha dari perampok, Eagle adalah sumber informasi, dan Draka adalah sumber informasi sekaligus mata-mata."

Ferio berhenti sejenak dan meminta rekannya untuk menampilkan beberapa foto yang diambil secara berurutan di layar proyektor. Para siswa terkejut melihat wajah-wajah yang muncul di layar.

Mereka menatap Kirania yang sedang asik mendengarkan penjelasan dari kakak kelas mereka. Kirania, yang merasa diperhatikan, menatap mereka kembali dengan kebingungan.

"Sungguhan dia anak dari pemimpin Draka?" bisik salah satu siswa dengan terkejut.

"Masa, sih? Bukan adiknya?" tanya siswa lainnya.

"Ya, aku memang anaknya. Mau percaya atau tidak, aku gak peduli," jawab Kirania sambil mengangkat bahu dan menguap lebar.

Seorang siswa dari belakang berteriak dengan percaya diri, "Aku ingin berkelahi denganmu."

Kirania tersenyum senang mendengar tantangan itu. "Oh? Ini makin seru," gumamnya, siap menghadapi tantangan yang datang.

⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️⚛️

"Ellios, aku ada tugas untukmu." Albert berkata dengan serius, membuat pemuda berambut merah itu menatapnya penasaran.

"Apa, Yah?" tanya Ellios, sedikit bingung.

"Aku merasa kalau ketiga temanmu akan merencanakan sesuatu yang buruk. Tolong awasi mereka." Albert menyatakan dengan nada berat. Dia menaruh curiga pada tiga remaja yang bertamu kemarin. Apalagi mereka telah merendahkan Kirania di depan matanya. Tatapan benci yang mereka layangkan pada putrinya sepertinya bukan tanpa alasan, ada sesuatu yang sedang mereka rencanakan.

Roy, salah satu informan yang mereka punya, mengabarkan bahwa beberapa gadis berparas cantik sering terlihat keluar masuk hotelnya, bahkan bersama pria paruh baya. Ini mungkin terkait dengan misi dalam waktu dekat.

"Tanpa diminta pun, aku sudah mendapatkan beberapa bukti tentang keluarga mereka, Ayah. Mereka bukan temanku," jawab Ellios sambil menatap Albert dengan serius. Setelah itu, ia segera pergi menuju kamarnya. Albert hanya bisa menghela napas menatap punggung sang putra yang menghilang di tangga.

Beberapa saat kemudian, Ellios kembali dengan sebuah amplop cokelat besar dan tebal di tangannya. Tanpa berkata apa-apa, ia menyerahkan amplop itu kepada Albert. Albert langsung membuka amplop tersebut dan mulai membaca berkasnya dengan dahi berkerut tajam. Ketika ia membalik berkas itu, sebuah amplop kecil jatuh dari dalamnya, diikuti oleh beberapa foto yang sedikit menyembul di baliknya. Begitu melihat foto-foto tersebut, senyum miring tersungging di wajah Albert.

"Kau benar-benar bisa diandalkan. Kerjamu sangat bagus, El," puji Albert sambil mengacak-acak surai merah Ellios yang terlihat bangga.

"Hehe... Lagipula, Yah. Mereka itu menjengkelkan. Jadi, aku meminta si kucing membobol data keluarga mereka." Balas Ellios dengan enteng.

"Kalian benar-benar mengerikan," kata Albert, sedikit terkejut namun bangga.

"Ayah juga mengerikan, jika kau lupa," jawab Ellios sambil tersenyum lebar.

Keduanya tertawa bersama, mencairkan suasana yang sebelumnya tegang. Albert kemudian menyimpan amplop itu di kamarnya dan mengecek smartphone-nya. "Sebentar lagi kucingku akan pulang," gumamnya, lalu ia turun ke bawah menuju mini bar untuk meracik beberapa minuman. Ellios mengikuti Albert, yang tampak sibuk dengan kegiatannya. Pekerjaan sebagai bartender yang sering dianggap remeh ternyata menyenangkan bagi Albert.

Tiba-tiba, Ellios bertanya, "Ayah, bisakah kau mengajariku cara meracik minuman?"

Albert melirik sekilas ke arah Ellios sebelum menyerahkan segelas mocktail padanya. "Hn," jawab Albert singkat, dan segera melanjutkan pekerjaannya.

🐾

'Duakh'

'Buakh'

'Brakh'

Beberapa orang terlihat tergeletak kesakitan. Seorang gadis cantik dengan rambut hitam berombre biru cerah menatap santai gerombolan siswa yang meringkuk itu, tidak menunjukkan rasa kasihan sedikit pun.

"Ada lagi?" Tanyanya dengan nada dingin sambil menatap sekumpulan siswa yang masih berdiri melingkar di sekelilingnya.

Semua orang yang berada di sana memilih diam. Tidak ada yang berani menantang gadis itu lagi. Hampir semua siswa laki-laki, baik kakak kelas maupun seangkatan, terkapar kesakitan di lantai.

Kirania mengatur nafasnya yang sedikit tersengal, sambil menodongkan kipas besi yang masih terlipat. Untunglah ia tidak membuka kipas tersebut dan mengibaskannya, sehingga identitasnya sebagai seorang SCARD tidak terungkap.

Meskipun wajahnya dipenuhi lebam dan memar, staminanya luar biasa. Diperlakukan dengan keras oleh Albert dan Joshua dalam pelatihan bertarung, gadis ini ternyata memiliki kemampuan yang sangat menjanjikan.

Beberapa siswa yang terkapar mencoba untuk bangkit, meski dengan langkah tertatih-tatih. Namun, tak lama kemudian, segerombolan pria dengan penampilan berandalan masuk ke ruangan itu. Mereka mengenakan celana panjang dan blazer sekolah Demon, sambil menendang meja dan kursi yang ada di sekeliling mereka.

Kedatangan mereka memunculkan rasa takut di antara para siswa yang tersisa. Penampilan mereka yang sangar dan penuh intimidasi membuat beberapa orang mundur, sementara yang lain menatap penuh rasa penasaran.

"Rupanya kalian mengadakan sambutan yang meriah untuk siswa baru," ucap salah satu dari mereka sambil menatap Kirania dengan minat. Tampaknya ia baru menyadari bahwa gadis ini baru saja bertarung, melihat wajahnya yang dihiasi lebam dan sudut bibir yang robek.

Pria itu memiliki wajah tampan, dengan rambut emo yang ujungnya dicat pirang, sebuah piercing di alis kiri dan telinga kirinya, serta anting di telinga kiri. Ia tampaknya adalah ketua dari kelompok itu, yang anggotanya sebagian besar berusia di atas sembilan belas tahun.

"Sepanjang gue sekolah di sini, baru kali ini gue lihat seorang cewek yang berhasil ngalahin sekumpulan cowok. Apalagi beberapa dari mereka adalah kandidat terkuat di sekolah ini," ucapnya sambil mendekati Kirania dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya.

Kirania memilih untuk diam, tetap waspada dan menatap pria itu tanpa mengungkapkan ketakutan sedikit pun.

"Gue Mahera, pemimpin siswa magang. Kalau lo mau bergabung, lo bisa hubungi gue," tawarnya dengan nada santai.

"Aku Kirania. Terima kasih atas tawarannya, tapi aku tidak tertarik untuk bergabung dengan kelompok manapun," jawab Kirania dengan tegas, suaranya penuh keyakinan. Jawabannya membuat beberapa dari kelompok tersebut merasa kesal.

"Oh," Mahera menyahut singkat, lalu tiba-tiba melayangkan tendangan ke arah leher Kirania. Dengan cepat dan sigap, Kirania menahan tendangan itu dengan tangannya, dan menatap Mahera dengan tajam, matanya penuh peringatan.

'Buakh'

"Penahanan diri yang bagus," puji Mahera dengan nada datar, lalu menarik kakinya kembali. Setelah itu, dia segera berjalan pergi diikuti oleh kelompoknya yang meninggalkan tempat itu dengan langkah cepat.

⚛️⚛️⚛️⚛️

Kirania berjalan sambil mengibaskan kedua lengannya yang terasa kaku dan nyeri akibat menahan tendangan Mahera. Gadis itu menggerutu kesal, sementara Petra hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar keluhannya.

"Njirr... Lenganku rasanya mau patah. Apa-apaan tendangannya yang kayak hulk itu," gerutunya kesal.

"Kau benar-benar hebat, ya," celetuk Petra sambil berjalan santai di sebelah Kirania. Pemuda itu menyesuaikan langkahnya dengan gadis di sebelahnya.

"Tidak juga," jawab Kirania merendah, meskipun senyumnya sedikit terukir di sudut bibirnya. Mereka berdua segera menuju halte bus terdekat untuk menunggu angkutan umum.

Tak lama, sebuah bus berhenti di depan mereka, dan Kirania segera naik bersama Petra. Mereka duduk di bangku belakang bus.

Sepanjang perjalanan, mereka berbincang ringan untuk saling mengenal. Kirania dan Petra ternyata tidak memiliki banyak teman di SMP distrik B. Mereka berdua sering terpinggirkan karena status mereka. Kirania yang dihina karena pekerjaan ayahnya sebagai bartender, dan Petra yang menerima beasiswa, membuat mereka sering dijauhi oleh teman-temannya. Akhirnya, mereka lebih memilih duduk di belakang sekolah untuk menikmati jam istirahat, jauh dari kerumunan yang penuh perbedaan kasta dan kedudukan.

Di tempat lain, Mahera tersenyum puas setelah Kirania berhasil menahan tendangannya. Beberapa temannya yang melihat itu menatap Mahera dengan heran, tidak mengerti apa yang sedang terjadi di pikirannya.

"Lo baik-baik aja? Ga kesambet?" tanya salah satu temannya yang memiliki potongan rambut cepak.

Mahera menatap temannya dengan dahi berkerut, bingung dengan pertanyaan itu. "Maksud lo apaan? Ngajak ribut?"

"Eiitt... Jangan ngegas, dong. Kita penasaran, soalnya lo sedari tadi senyum-senyum sendiri, ya, ngga?" balas yang lainnya, sambil meminta persetujuan pada rekannya yang lain.

Terdengar suara riuh di belakang mereka, membuat Mahera berdecak kesal.

"Mungkin si bos lagi jatuh cinta pandangan pertama?" celetuk teman mereka yang lain dengan nada bertanya, membuat Mahera menghentikan langkahnya. Pria itu menatap temannya dengan tatapan tajam yang penuh ancaman. Temannya hanya membalas dengan wajah polos, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ngomong lagi, gue tendang lo," ucap Mahera, dengan nada mengancam, sebelum melanjutkan langkahnya dengan cepat.

"Lah, salah gue apaan?" tanya temannya dengan kebingungan, sambil menunjuk dirinya sendiri.

Terpopuler

Comments

Sribundanya Gifran

Sribundanya Gifran

yg bnyak thor

2023-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!