I AM NOT CRAZY (Please Love Me)

I AM NOT CRAZY (Please Love Me)

Kenyataan pahit

Malam menampakkan sinar indahnya, lampu lampu jalanan ibu kota memberikan kesan indah dari gedung atas. Menampakkan jalan yang selalu ramai oleh lalu lalang kendaraan, baik itu roda dua maupun roda empat. Gemerlap cahaya yang begitu indah di ibu kota terkadang menyilaukan bagi mata yang tak terbuka sempurna oleh kehidupan yang seharusnya di syukuri, lampu yang indah begitu menyilaukan mata bagi yang tak mampu melihat keindahan yang mereka miliki. Gemerlap lampu itu tak selalu ramah kepada orang orang yang haus akan keinginan yang tinggi, hingga mulai mencapainya dengan menghalalkan segala cara, membuat mata seakan tertutupi oleh keinginan.

Sama halnya yang terjadi saat ini, tampak seorang laki laki menajamkan matanya memperhatikan sepasang kekasih yang tampak tengah bercumbu mesra di bawah temberam cahaya melama. Mereka tampak sangat bahagia menghabiskan waktu berdua, seolah dunia adalah milik mereka. Laki laki itu seolah menelisik wajah sepasang kekasih itu, ia merasa familiar dengan sang wanita, ia pikir ia mengenalinya. Dan entah kenapa rasa penasarannya tinggi akan wanita tersebut. Seolah tersihir ia terus memandangi sepasang kekasih tersebut dari dalam mobilnya, yang ia parkirkan di depan salah satu toko bunga.

Cinta Sejati, adalah nama toko bunga tersebut, dengan logo bunga tulip yang juga merupakan simbol kerajaan Turki Ottoman. Bunga tulip yang sama yang laki laki itu pegang saat ini, sebagai lambang cinta yang manis dan romantis. Bunga itu yang selalu ia bawa ketika kembali dari dinasnya untuk istri tercinta, yang senangtiasa menjaga anak mereka ketika ia pergi meninggalkan mereka.

Pupil mata laki laki itu membesar, mata hazelnya tampak membesar melihat siapa wanita itu. Rahangnya mengeras, nafasnya memburu. Tangannya meremas kencang bunga tulip yang ia bawa, wajahnya memerah. Ya wanita itu adalah istrinya yang hendak ia bawakan bunga, kini tengah memegang bunga dari orang lain, bunga yang sama persis dengan yang ia pegang. Itu adalah bunga kesukaan istrinya, bunga itu pula yang ia gunakan untuk melamar istrinya itu.

Sakit?

Tentu, jangan di tanya lagi.

Kecewa?

Sangat.

Wanita yang selama ini ia percaya, agungkan sebagai seorang wanita yang amat anggun cantik dan mampu menjaga cintanya. Kini di hadapannya wanita itu seakan merobek semua kepercayaannya, menginjak injak harga dirinya sebagai seorang suami. Di antara pikiran buruknya yang berkecamuk, laki laki itu masih sempat mengambil ponselnya untuk memotret bukti perselingkuhan istrinya itu, air matanya menetes. Sakit yang amat terdalam ia rasakan, wanita yang ia nikahi selama kurang lebih sepuluh tahun, kini tengah bermesraan dengan pria lain, yang tak ia ketahui itu siapa.

Ia hendak turun dan mengetahui siapa laki laki itu, ia kini membuka pintu mobilnya, namun tiba tiba seorang laki laki datang menegurnya, karena khawatir karena sejak tadi tak juga kunjung berjalan, padahal ia telah lama masuk.

“Bapak tidak apa apa?”

“Tidak saya baik baik saja,” ujarnya sekenanya, ia berusaha melihat istri dan kekasih gelapnya itu yang tampak mulai beranjak dari tempat mereka, mereka tampak akan berjalan menuju mobil mewah yang sepertinya ia kenali.

Ah sial! Umpat laki laki itu di dalam hati. “Saya permisi pak,” ujarnya segera bergegas masuk ke dalam mobilnya, hendak mengejar mobil yang tampak telah melaju.

Ia melajukan mobilnya mengejar mobil yang membawa istrinya itu, namun naas ketika berada di perempatan, entah takdir atau nasib sial yang mendatanginya. Ia harus terhenti karena arus lalulintas yang kini memaksanya untuk berhenti, kini lampu berganti merah.

“Agh... sial! Seperti di sinetron saja,” gumamnya memukul kemudi besi yang ia gunakan.

“Kalau tidak dapat sekarang maka aku bisa menunggunya pulang ke rumah,” gumamnya kemudian.

Ketika lampu berganti menjadi warna hijau, ia memutar arah menuju apartemen miliknya, ia akan menanyai istrinya di sana. Di sepanjang perjalanan hingga sampai ke dalam flatnya ia masih terlihat frustasi, sapaan tetangga yang tinggal di tempat tersebut hanya ia jawab sekenanya.

Apartemen yang mereka tempati cukup ramai, banyak di antara mereka lebih memilih tempat tersebut, karena lebih efesien di bandingkan menyewa rumah. Terlebih membeli rumah bukanlah pilihan yang cukup tepat jika di bandingkan keuangan mereka yang terbilang tak terlalu besar, membeli sepetak tanah saja sangat mahal di jantung ibu kota.

Laki laki itu masuk ke dalam flat dan memandangi foto pernikahan mereka yang dihadiri oleh orang tua dan juga adiknya di sana, mereka tampak bahagia, namun kini seolah semu sirnah dengan fakta yang telah ia dapatkan. Kebahagiaan yang terlihat di masalalu seolah hanya fatamorgana untuknya, semu dan kini sirnah.

Laki laki itu terkekeh kecil menertawai pernikannya kini, menertawai kebodohannya selama ini yang sangat amat percaya kepada istrinya. Namun bukankah tidak salah mempercayai pasangan mu sepenuhnya? Ya, tidak salah. Yang salah itu ketika menyalahgunakan kepercayaan orang. Seperti yang istrinya lakukan saat ini.

“Putra...” ia tersadar bahwa anaknya tidak ada di tempat tersebut, entah kemana istrinya membawa anak mereka. Laki laki itu segera menghubungi adiknya untuk menanyakan putra tunggalnya itu.

“Halo,” terdengar seorang wanita mengangkat telfon tersebut, ia terdengar bahagia. Karena mengangkat telfon sembari tertawa.

“Putra di sana kan?” laki laki sedikit menahan nafasnya, menahan getaran suaranya.

“Iya, kakak kapan pulangnya? Ohya tanyakan kepada kak Yanti, jam berapa pulang? Atau Putra tidur di sini? Soalnya buku pelajarannya di sini juga sih,” ujar wanita di seberang sana.

“Nanti ya,” hanya itu yang sanggup ia ucapkan.

 

Klik.

Terdengar pintu flat terbuka, ia yakin itu adalah istrinya. “Sudah dulu ya, kakak tutup dulu. Assalamualaikum,” sambungan telfon ia putuskan secara sepihak, sebelum yang di seberang mengucapkan balasan.

"Dari mana kamu?"

Suara yang sungguh sangat mengejutkan wanita itu, ia terkejut mendengar suara suaminya yang telah berjalan dari arah dalam. bahkan wanita itu tak sempat menutup pintu apartemen mereka.

 

"Dari keluar," ujarnya sekenanya, ia mencoba bersikap santai di hadapan laki laki itu. Toh selama ini ia juga tak ketahuan dengan belangnya. Ia berfikir suaminya bo*doh tak mengetahui apa apa. "Kau sudah pulang Atala? Kapan?"

"Dari tadi," ujarnya dingin. Laki laki yang biasa di panggil Atala itu kini tangah duduk dengan menghilangkan tangannya, mencoba menahan diri agar tidak bermain tangan dengan wanita yang telah membuatnya kecewa. "Yanti kau dari mana?"

Atala sangat kesal sehingga memanggil wanita itu dengan namanya saja. Hal itu sungguh sangat mengejutkan Yanti. Laki laki yang memiliki mata hazel, dan berperawakan tinggi, serta berwajah blasteran itu menatapnya dengan tajam. Yanti sadar ada sesuatu yang membuatnya marah. Yanti mencoba menerkanya, tapi tak mungkin ia ketahuan pasti ada yang mengadukannya. Pikir Yanti.

Terpopuler

Comments

Dwi ratna

Dwi ratna

mamapir kk

2023-06-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!