meja makan

"Kakak sedang memikirkan apa sih? Itu hampir gosong," Linda tersenyum manis ke arah Atala.

Atala hanya menggaruk tengkuknya bingung hendak mengatakan apa, sungguh dirinya memang sedang tidak dalam keadaan fokus yang baik. Atala tersenyum canggung ke arahnya.

“Kakak ingat ayah sama ibu, kakak jadi kangen,” ujar Atala mengusap tengkuknya.

“Iya ayah sama ibu baik sih orangnya, Linda aja berasa punya orang tua lagi setelah kenal almarhum,” ujar Linda ikut mengenang kedua orang tua yang amat sangat berarti hidup mereka.

“Iya,” Atala tersenyum mengingat hal tersebut. “Ngomong ngomong kenapa kamu tinggal di panti sih Linda? Kan masih punya paman dan bibi kan?” Atala memandang bingung ke arah Linda, jujur saja selama ini Atala tak begitu mengetahui tentang gadis tersebut.

“Iya, tapi semenjak kematian mama sama papa mereka ga ada yang mau mengambil aku kak, yang mereka ambil cuman harta mama sama papa,” Linda tampak terkekeh kecil. “Lucu ya kak, terkadang Linda mau tertawa melihat nasib linda sendiri, mau marah tapi bingung sama siapa.”

“Maaf ya, kakak tidak bermaksud,” ujar Atala mengusap punggung gadis itu, ia tak tahu jika kehidupan gadis tersebut semiris itu, laki laki itu tiba tiba merasa bersyukur berada di keluarga tersebut. Meski ia tidak tahu kenapa keluarga kandungnya membuangnya, atau bahkan mungkin saja kehilangan dirinya.

“Ga apa apa kak, setidaknya aku punya kalian yang mau menerima Linda, bahkan nampung Linda di sini,” ujar Linda menyeka air matanya yang belum sempat meluncur. “Mata kakak merah habis nangis ya?”

"Hm... kakak hanya kelelahan, aku rasa begitu pasalnya besok pagi harus keluar negeri lagi," ujar Atala mengusap tengkuknya.

Meski sebenarnya ia tahu Linda hanya menggodanya, untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka tetap saja ia sedikit salah tingkah.

"Benarkah? Wah titip gantungan kunci dong kak," ujar Linda tiba tiba kembali bersemangat membuat Atala tersenyum dan menyentuh kepala Linda. Gadis itu pintar merubah emosinya tampaknya.

"Iya... masih saja suka mengoleksi gantungan kunci, dasar kolektor gantungan kunci," ujar Atala terkekeh, gadis di sampingnya memang selalu mampu menghilangkan penatnya dengan tingkahnya yang terkesan ceria. "Ah lanjutkan memasak kakak, buat nasi goreng. Kakak hampir lupa dengan titipan mu, tunggu di sini kakak ambil di mobil."

Atala segera keluar dengan sedikit berlari kecil membuat Linda terkekeh dengan sedikit gelengan, sungguh Atala merupakan sosok yang mendekati sempurna, dengan badan tegap dan garis rahang yang tegas serta mata yang tajam, membuat Atala menjadi sosok yang amat sangat di kagumi oleh kaum hawa, tidak terkecuali Linda.

Atala sampai di halaman dengan mobil yang terparkir, Atala melihat seorang ibu paruh baya yang memang tinggal di daerah tersebut sejak dulu, kemudian tersenyum dan menyapanya. "Selamat pagi Bu."

Atala masih ingat wanita itu dulu sering membawa sayuran untuk mereka, bahkan memberikan pakaian bekas yang sangat layak pakai untuk dirinya dan Anisa, dikarenakan kedua anak ibu itu jauh lebih dewasa di banding dirinya. Bahkan wanita itu adalah orang yang pertama kali terlihat amat bahagia ketika mendengar dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negri.

"Pagi mas Atala, wah tumben ke sini?" Atala tersenyum menanggapi pertanyaan ibu itu.

"Iya Bu, kebetulan istri saya pulang ke rumah orang tuanya sebentar kemarin, si Putra juga maunya tidur di sini, jadi saya tidur di sini. Sudah lama juga saya tidak pulang ke sini, rindu suana Bu," ujar Atala tersenyum menutup pintu mobilnya.

"Wah iya nih mas Atala sudah lama sekali tidak tinggal di sini, saya kira lupa dengan lingkungan ini," canda ibu itu.

 

"Tidak Bu, mana mungkin. Saya di besarkan di sini, jadi tidak mungkin. Lagian adik saya tinggal di sini jadi pastinya saya akan sering kesini. Hanya saja saya sedikit sibuk akhir akhir ini," jawab Atala membuat ibu itu tersenyum. Atala segera berjalan ke arah wanita itu dan menyalaminya. “Ini bu ada oleh oleh dari luar kota kemarin.”

“Wah mas Atala ini kok tiap pulang selalu bawa makanan untuk ibu, kan ibu jadi sungkan,” ujar wanita itu sedikit malu malu.

“Tidak apa apa bu, ibu sehat sekarang?” Atala tersenyum mengusap lengan wanita yang telah berumur tersebut.

“Alhamdulillah, ini tadi pergi beli sarapan untuk cucu saya, bapak sama mama nya tadi berangkat pagi pagi sekali,” jelas ibu itu.

"Ya sudah Bu saya masuk dulu, salam sama cucunya bu" pamit Atala.

"Iya mas," setelah mendengar kata kata ibu itu Atala segera masuk ke dalam rumah tersebut, dan berjalan menuju dapur. Atala dapat melihat Linda tengah memasak. Atala tersenyum, seandainya istrinya tidak berselingkuh, mungkin pagi ini mereka akan makan bersama di meja makan.

 

Linda meletakkan masakannya di wadah nasi yang sedang, kemudian melihat Atala yang baru saja masuk ke arah dapur dengan memegang sesuatu di tangannya. Linda terpana melihat Atala dengan kaus oblong putih tengah tersenyum memandangnya. Mata tajam itu sungguh dapat menusuk jantung siapapun yang melihatnya. Badannya yang semakin berotot, meski usianya semakin bertambah, namun badannya tetap terjaga.

"Astaghfirullah, Linda itu suami orang, bapak orang. Mata mata mata di jaga Linda, makin ganteng aja tuh orang," ujar Linda mencoba menyadarkan dirinya.

Atala mengerutkan keningnya melihat Linda yang tiba tiba bertingkah aneh. "Kenapa Linda? Ada yang salah? Kepala kamu sakit? Bira kakak saja kalau begitu," ujar Atala menawarkan bantuan kepada Linda.

"Em... tidak kak, aku baik baik saja, cuman tadi tiba tiba ingat film horor kak," ujar Linda berbohong. Namun hatinya melanjutkan. Horor banget kakak, masa Linda malah terpesona dengan suami dan bapak orang.

"Makanya jangan nonton yang aneh aneh," ujar Atala terkekeh.

"Daripada nonton yang drama cinta cintaan? Pacar tidak punya cuman bisa gigit jari," Linda terkekeh ketika mengatakannya. "Ya sudah kak, aku akan mengantar ini di meja makan, sementara kakak tolong ambil piring ya."

"Ok siap," ujar Atala segera mengambil piring dari tempatnya.

Atala meletakkan miring beserta paper bag di atas meja, Linda yang melihatnya memicingkan matanya bingung. "Itu apa kak," Linda menunjuk ke arah meja makan.

"Oh, ini," Atala segera mengeluarkan isi paper bag tersebut, kemudian meletakkannya di atas meja. "Ini untuk kamu, ini untuk Nisa."

"Wah... makasih loh, nambah nih gantungan kunci ku," ujar Linda bersemangat, Linda bahkan mengambil ponselnya di saku celana kemudian memotretnya beberapa kali.

Atala terkekeh melihat tingkah Linda segera menyendok nasi untuk dirinya dan Linda. "Ayo makan dulu, nanti di lihat lagi gantungannya."

"Kita tidak menunggu yang lain?" Linda meletakkan ponsel dan gantungan kunci tersebut di atas meja. Linda memandang Atala dengan penasaran.

"Tidak usah, nanti tunggu mereka bangun baru mereka makan," ujar Atala kemudian menyendok makanan ke dalam mulut. "Lin tolong minumannya."

"Iya kak," Linda segera menuangkan air ke dalam gelas. "Nih kak," Linda menyodorkan segelas air putih ke pada Atala.

"Thanks," ujar Atala tersenyum. Sesungguhnya Atala masih memikirkan rumah tangganya ke depan. Atala sangat ingin mempertahankan rumah tangganya, namun mengingat perselingkuhan istrinya, membuatnya ingin melepas pernihakan nya. Namun bayangan Putra membuatnya kembali mengurungkan niatnya.

Bohong jika Atala tidak sedih, dirinya hanya pandai memasang wajah bahagia, berkamuflase di balik senyum manis nan menawannya. Itu semua hanya topeng, di balik topeng itu ada wajah yang bersedih, ada wajah yang sebenarnya bingung memilih antara melanjutkan atau berhenti. Namun kembali lagi, Atala tak ingin kedua gadis cantik itu terbebani dengan segala permasalahannya.

"Kuliah kamu gi mana?" Atala mengalihkan pembicaraan mereka, laki laki itu tak ingin mengingat sakit hatinya atas perselingkuhan Yanti.

"Baik kak, tapi ya gitu. Bentar sebentar lagi masuk semester baru, dan bayar uang semester," ujar Linda tersenyum ke arah Atala.

"Mau kakak bantu? Sudah cukup uang nya?" Atala yang mengetahui kesulitan gadis tersebut segera bertanya.

"Lain kali aja kak, uang Linda cukup kok, kan Linda nabung," ujar Linda menolak bantuan Atala. Memang begitulah Linda tidak terlalu suka bergantung kepada orang lain. Wanita itu lebih suka berusaha sendiri. Kalau kata orang jaman sekarang mandiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!