Rumah sederhana

Yanti sadar ada sesuatu yang membuatnya marah. Yanti mencoba menerkanya, tapi tak mungkin ia ketahuan pasti ada yang mengadukannya. Pikir Yanti.

"Apa maksud mu? Aku tentu saja dari luar, Putra ingin bermain dengan Linda dan Nisa, tentu saja aku membawanya ke sana. Aku ke sana tadi, baru kemudian aku kembali ke sini, tapi teman ku ada masalah jadi aku menemaninya," bohong Yanti menampakkan wajah lugunya.

Jika dulu Atala akan langsung mempercayaianya, namun kini ia tak mungkin mempercayai wanita itu lagi. sudah dua kebohongan yang baru saja ia lontarkan dari bibirnya. Tak tahu saja ia, bahwa Atala baru saja menelfon adiknya untuk menanyakan keadaan anaknya.

Lalu menemani temannya? Yang benar saja, tak ada teman yang bermesraan di muka umum. Atala tersenyum kecut mendengarkannya, bahkan kini terkekeh kecil.

Yanti mulai menyadari sesuatu, ia kini tahu Atala tengah menertawai ucapannya. Wanita itu mulai menerka nerka, apakah hubungan gelapnya telah di ketahui oleh suaminya? Akhirnya ia kesal sendiri. "Apa mau mu? Kenapa kau pulang pulang begini? Apa kau menemukan wanita lain? Sehingga kau mulai mencari masalah dengan ku?" Yanti mencoba mengembalikan keadaan. Ia tak mau terlihat bersalah di dalam hal ini. Ia akan mencoba memojokkan Atala terlebih dahulu, agar dirinya menjadi seolah olah korban dalam hal ini.

Namun suara melengking Yanti sampai di telinga tetangga apartemen mereka, itu yang tak di duga atau memang sengaja di lupakan Yanti, hingga tanpa mereka sadari beberapa di antara mereka mulai mendekat dan menguping pertengkaran rumah tangga tersebut secara langsung. Beberapa orang mencoba merekam sebuah kejadian yang tak terduga itu.

Pasalnya selama ini Atala tampak begitu menyayangi istrinya, mencoba mengalah ketika bertengkar dengan istrinya, mencoba memenuhi segala keinginan istrinya. Namun tiba tiba rumah tangga yang harmonis tersebut goyah, dan bertengkar hebat seperti ini.

"Kau tak salah berbicara? Pertama kau berbohong tentang ku, kedua kau berbohong tentang adikku. Dan apa kau juga ingin berbohong tentang dirimu?" Atala memicingkan matanya ke arah Yanti. "Ah tidak kau telah berbohong, dan itu adalah kebohongan terbesar mu."

Atala semakin dingin saja ketika mengucapkan hal tersebut, ia kesal sungguh amat kesal dengan sikap istrinya yang bukannya meminta maaf, namun kini mencoba menjadikan dirinya seolah tersangka di sini.

"Jangan gila kamu," tukas Yanti kesal suaranya semakin meninggi, ia telah di pojokan sejak tadi, ia ingin terlihat seperti seseorang yang tersakiti.

 

"Aku gila? Kau yang gila Yanti! Aku sibuk bekerja untuk mu, untuk putra kita, lalu apa?" Atala tertawa sumbang dengan sangat keras, bahkan sangat menggema di telinga Yanti, seolah menertawakan sesuatu yang tak seharusnya di tertawa kan. Ya Atala tengah menertawakan kebodohannya selama ini, Bagaimana mungkin ia di tipu habis habisan oleh wanita itu, kala dirinya tengah sibuk mencari nafkah untuk mereka. "Kau bermain gila di belakang ku? Kau bermesraan di tempat ramai Yanti, bukan aku tak melihat mu," Atala meninggikan suaranya, membuat Yanti tercekat. Niat hati ingin membalikkan keadaan, justru kini ia yang terpojokkan. Ia tak dapat bergerak, ia telah tertodongkan oleh bukti. "Kau masih tak percaya? Ini foto mu, apa harus ku sebarkan dulu keseluruhan penghuni apartemen baru kau akan mengakuinya?"

Wajah Yanti seakan pucat pasi, image yang selama ini ia bangun sebagai istri yang sangat berbakti kepada suami, bahkan meski ada beberapa penghuni flat yang tidak menyukainya, namun ia masih bisa bersikap seolah orang yang sangat amat setia dan sabar menungguinya. Karena itu setiap kali ingin membawa selingkuhannya ke dalam apartemen ia selalu dengan cara sembunyi sembunyi agar tidak ada yang mengetahuinya.

"Jangan gila, kau ingin merusak nama ku?" Yanti berteriak kesal, sudah kepalang basah, semua telah tampak, bukti perselingkuhan telah tampak.

"Kau sendiri yang merusak nama mu," Atala menunjuk ke arah Yanti yang hanya setinggi bahunya. "Aku akan ke tempat adik ku, kau pikirkan salah mu. Aku beri kau kesempatan demi putra ku," Atala meninggalakan Yanti sendirian di dalam apartemen. Yanti memandang ke arah pintu apartemen, terdapat beberapa penghuni yang memandang ke arah nya. Yanti menerka mereka pasti telah mendengar semuanya.

Yanti menahan nafasnya, habis sudah image yang ia bangun secara susah payah selama ini, semua hancur, pastinya berita ini akan tersebar secara cepat.

"Apa yang kalian lihat, apa kalian tidak punya pekerjaan? Dasar kalian penggosip pergilah dari apartemen ku," Yanti berteriak kepada seluruh penghuni yang memandang jijik ke arah nya.

"Dasar tidak punya rasa syukur, sudah jelas suami mu sangat setia, tampan dan mau bekerja keras untuk memenuhi kehidupan mu. Masih saja selingkuh, sekali murahan ya murahan," ujar salah satu di antara mereka, yang memang tidak menyukai Yanti sejak dulu.

"Kau bilang apa, dasar tukang gosip!" Yanti berucap sembari membanting pintu apartemennya, hancur sudah harga dirinya. Ia sungguh kesal dengan semuanya.

“Agh... Atala... apa yang harus ku lakukan sekarang? Tak mungkin aku tinggal di dalam apartemen ini!” ucap Yanti menghempaskan tubuhnya di atas sofa empuk milliknya. Wajahnya telah tercoreng sebagai wanita tukang selingkuh.

Ponselnya bergetar ia segera melihat ke arah ponselnya, tertulis om Buana. Salah satu kekasih gelapnya telah menelfon, salah satu sumber uangnya telah menelfon. Mungkinkah laki laki itu merindukannya? Yanti tersenyum bangga, wajah kesalnya tadi telah tergantikan.

“Halo Om...” ujar Yanti secara manja. “Kangen ya?”

Atala baru saja sampai di halaman rumah sederhana dengan halaman yang tak begitu besar namun cukup untuk memarkirkan satu mobil. Rumah itu begitu sederhana namun penuh dengan rasa hangat. Dulu ia tinggali dengan ayah, ibu dan adik angkatnya, membesarkan dirinya tanpa mengharapkan apapun. Sungguh masa masa kecil yang sangat ia rindukan. Keluarga angkat yang sangat menyayangi dirinya.

Atala mulai melangkah kakinya ke arah rumah tersebut, mencoba tersenyum menyembunyikan semua kesedihannya. Ia akan tidur di sini dulu untuk malam ini, entah bagaimana ia memberi penjelasan kepada adiknya nanti, yang pasti mereka akan menanyakan tentang Yanti, istrinya.

"Assalamualaikum," Atala mengetuk pintu rumah sederhana tersebut.

"Walaikumsalam," seorang gadis cantik tampak membuka pintu rumah tersebut dengan tersenyum manis. "Kakak, ayo masuk. Putra di dalam sedang bermain dengan Nisa," ujar gadis tersebut. “Lah kak Yanti ga ikut?”

"Tidak, dia ketempat keluarganya, Linda bagaimana kuliah mu?" Atala memandang kearah Linda yang tengah mengenakan pakaian santai, laki laki itu mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

"Baik kak, semua lancar. Tapi kalau Nisa sudah masuk ke tahap akhir. Nisa tinggal nyusun aja," ujar Linda terkekeh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!