My Sweet Journey

My Sweet Journey

Talak Aku Mas

Kredit Pinterest.com

Langit begitu cerah dengan sinar mentari hangat menyinari bumi, saat satu tamparan mendarat di pipi Rossa, saking kuatnya tamparan, pipi wanita itu sampai memerah, dengan cap lima jari membekas di sana. Di depannya berdiri seorang perempuan dengan wajah penuh amarah. Mata melotot dengan dada naik turun menahan emosi.

Beberapa orang yang melintas, berhenti sejenak untuk menonton adegan bak dalam sinetron itu. "Aku peringatkan lagi! Jangan pernah dekati suamiku! Atau aku akan melakukan lebih dari sekedar menamparmu! Dasar pelakor!"

Satu deret ancaman disertai makian terdengar di telinga banyak orang, pasalnya perempuan itu setengah berteriak. Berharap semua orang tahu siapa Rossa, wanita yang dicap perebut laki orang oleh perempuan tadi.

Tak berapa lama seorang pria tampak berlari tergopoh-gopoh ke arah rumah Rossa, wanita yang hanya bisa menunduk, menahan diri. Malu? Tidak, dia tahu benar akibat dari tindakannya mau dinikahi siri oleh laki-laki yang kini juga berdiri di hadapannya.

"Cha, kamu tidak apa-apa?" Istri sah menggeram marah, melihat sang suami begitu perhatian pada Rossa, si istri siri.

Hanya gelengan kepala yang jadi jawaban Rossa. Tak ada isak tangis, atau ringis kesakitan. Bahkan pembelaan diri pun tidak terdengar dari bibir Rossa. Dia sepenuhnya mengaku salah.

Kasak kusuk terdengar saat istri sah menyeret suaminya pergi dari depan rumah Rossa. Wanita itu menghela nafas, seolah tidak terganggu dengan gosip yang sebentar lagi akan tersebar. Menangis? Tidak. Wanita itu menoleh ke arah ruang tamu kontrakan sempitnya, di mana seorang anak berumur sembilan tahun duduk di kursi roda.

Hanya diam tidak bergerak. Sesekali tangannya bergerak reflek tanpa sadar. "Sabar ya, Cha," Rossa tersenyum tipis, mendengar satu kata yang sudah muak dia jejalkan ke benaknya sejak lima tahun lalu.

"Berjemur dulu ya, Nan." Rossa mendorong kursi roda itu ke luar teras rumah sederhana itu. Mencari panas mentari yang sangat berguna untuk mematikan virus dan bakteri di tubuh anak laki-laki yang sejak tadi hanya diam.

Rossa menerima satu gelas susu dari perempuan yang bernama Mala, "Minum susu dulu ya." Ucapnya lirih, meraih spuit, satu alat suntik hanya yang ini tanpa jarum. Mengambil cairan susu dari gelas lalu memindahkannya ke lambung Adnan, nama anak itu, menggunakan selang yang terpasang melalui hidung si anak, langsung terhubung ke lambung melalui kerongkongan. NGT, Nasogastric Tube nama alat itu.

Pikiran Rossa melayang ke lima tahun lalu, saat sang putra mengalami musibah, seekor ular berbisa menggigit Adnan yang tengah tidur di kamar. Tidak tahu dari mana binatang melata itu masuk. Tahu-tahu bocah berusia empat tahun tersebut menangis histeris. Dengan seekor ular berada di dekatnya.

Air mata Rossa mengalir, mengingat bagaimana lima hari sang anak mengalami koma kritis, setelah sempat mengalami henti jantung beberapa detik alias meninggal. Dilanjutkan dengan kesadaran Adnan yang tak kunjung pulih. Hingga dokter mendiagnosa Adnan mengalami kerusakan otak besar, akibat otak yang kekurangan oksigen untuk waktu yang lumayan lama.

Hal itu menyebabkan sistem motorik atau gerak Adnan sama sekali tidak berfungsi. Adnan tidak bisa menelan karena itu dia perlu memakai NGT untuk makan. Tidak mampu bicara, bahkan anak itu tidak bisa melihat, meski pemeriksaan mata menyatakan kalau saraf mata Adnan masih baik. Hanya pendengaran bocah itu yang berfungsi normal. Hingga dia bisa mendengar suara di sekitarnya.

"Nak, tidak rindu apa sama Ibu? Sudah lama lo Adnan tidak manggil Ibu. Ibu rindu tahu." Rossa mengusap pelan kepala Adnan lantas menciumnya penuh kasih. Tak ada jawaban. Setelah itu, Rossa mulai menggerakkan tangan dan kaki Adnan, satu terapi yang wajib Adnan terima untuk mencegah kekakuan menyerang tulang dan sendi anak itu, sekaligus mencegah pemendekan tulang di bagian pergelangan kaki dan tangan.

Suara tangis lirih terdengar dari bibir Adnan, sakit, bocah itu sudah bisa menangis dan merasakan sakit. Satu kemajuan dalam pengobatan anak itu. Rossa menghela nafas. Setengah jam cukup untuk satu sesi berjemur. Cukup untuk mengurangi tumpukan dahak di paru-paru. Satu lagi masalah yang dihadapi pasien yang tidak mampu menggerakan tubuh seperti Adnan.

"Cha...besok biar Adnan kontrolnya sama ibu saja." Suara Mala terdengar dari arah dapur. Si ibu baru saja membeli sayuran di warung depan. Untuk mereka juga untuk Adnan.

Lagi, Rossa hanya diam. Dia memang tidak banyak bicara walau sebenarnya sangat ramah. Hanya saja akhir-akhir ini masalah bertambah banyak. Itu jelas berdampak pada diri Rossa.

Hari berganti, seperti biasa Rossa memarkirkan motor Vario kesayangannya. Blacky, dia memberinya nama. Hari ini jadwal Adnan kontrol ke rumah sakit, tapi dia tidak bisa mengantar. Bu Mala yang menemani, dengan satu teman Rossa yang bekerja sebagai perawat akan membantu bu Mala jika tengah luang.

"Loh Cha, bukannya Adnan kontrol hari ini?" tanya Shilda, teman Rossa di pabrik tempat dia bekerja. Beberapa orang lewat sambil berbisik saat melihat Rossa. Wanita itu hanya bisa menghela nafas. Gosipnya sudah menyebar.

"Aku gak bisa libur lagi bulan ini. Ingat, bulan kemarin aku sudah absen lima hari." Rossa berjalan di samping Shilda yang manggut-manggut paham. Keduanya masuk ke gedung tempat mereka akan memulai aktifitasnya, setelah mengganti sepatu dengan sandal jepit.

Berjalan masuk ke line 3 di mana deretan mesin jahit sudah menunggu majikannya untuk digeber mengejar target. Rossa memejamkan mata, sejenak berdoa, semoga hasil laboratorium Adnan baik, juga pekerjaannya di lancarkan hari ini.

Namun mesin jahit Rossa baru bergerak setengah jam, ketika suara satu temannya memanggil sambil menepuk pelan bahu Rossa. Hadeuuuhh, apalagi sih. Bisa gagal acara kejar target Rossa hari ini.

"Dipanggil pak Angga." Wajah Rossa langsung muram, apa lagi yang diinginkan oleh Angga. Wanita itu berjalan masuk ke dalam ruangan bertuliskan manager, satu tempat kedap suara di mana seorang pria tampan terlihat menunggu Rossa di sana.

"Cha, aku minta maaf. Tidak seharusnya dia datang...."

"Gak apa-apa Mas, terima kasih sudah bantuin Ocha selama ini." Potong Rossa cepat. Dua orang itu saling tatap. Ada banyak perasaan tidak terjabarkan antara keduanya.

Angga berdiri duduknya, mendekat ke arah Rossa, "Mas ini kantor. Nanti banyak yang lihat."

Angga menghela nafasnya. Perempuan yang ada di depan Angga sangat cantik dalam pandangan pria itu. Cantik paras juga hati. Begitulah penilaian Angga, karena hal itulah Angga mau membantu Rossa dengan sukarela empat tahun lalu. Saat keduanya sama-sama bertemu lagi setelah pergi dari rumah masing-masing.

"Maaf Mas, tapi aku sudah memikirkan masak-masak. Akan lebih baik jika kita berpisah. Aku tidak ingin merusak kebahagiaan rumah tanggamu. Jadi ceraikan saja aku. Talak aku mas." Pinta Rossa dengan mata berkaca-kaca.

Perih tapi Rossa pikir harus melakukan ini. Mengakhiri semua, berharap akan hari esok yang lebih baik.

***

Karya baru guys, silahkan mampir jika berkenan, semoga suka dan menghibur. Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih.

***

Terpopuler

Comments

Asngadah Baruharjo

Asngadah Baruharjo

mode silent thoorrr,gak bisa ngakak 👍👍👍

2023-10-12

1

Yuchen

Yuchen

memikirkan masak-masak atau matang-matang kakak?

Tapi disini kondisi Rossa sudah tidak bisa tertolong kepada siapa lagi bisa dibilang memprihatinkan 😢😢

2023-07-23

1

Yuchen

Yuchen

Gila terasa realitanya

2023-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!