Ameer langsung ke tempat yang di sediakan pesantren untuk orang-orang sakit, dokter azzam yang sedang mengobrol dengan para sesepuh menghubungi Ameer agar membantu anak pondok yang sakit. tiba-tiba anak itu jatuh pingsan belum tau juga kenapa.
" permisi saya dokter Ameer".
" oh ya dokter silahkan". ucap Fahri ia memang sering menolong yang sakit saat di pesantren.
" Kenapa dia bisa pingsan begini".
" kurang tau dokter akhir-akhir ini Rama jarang mau makan". ucap Fahri ia tau saat Abi nya Fauzan bercerita.
" kenapa apa ada sesuatu mungkin tentang pribadi nya".
" kemarin Abi cerita jika ayah nya baru saja meninggal, semenjak itu Rama sering menyendiri". terang Fahri.
Ameer lalu memeriksa Rama yang masih lemas, ia baru saja sadar saat Fahri memberinya minyak kayu putih. Rama meringis memegangi perut nya.
" kamu terkena asam lambung Rama, berapa kali kamu tak makan." bukannya menjawab namun Rama malah menangis.
Ameer menyuruh semuanya keluar mungkin Rama ingin bercerita kepada seseorang namun ia belum bisa mengutarakan keinginan nya.
" Cerita sama dokter kenapa, kamu laki-laki Rama seharusnya kamu kuat bukan lemah seperti ini". ucap Ameer ia mengusap bahu Rama.
" ayah saya meninggal dokter, saya tak bisa menemani di waktu terakhir nya. terakhir bertemu ayah hanya menitipkan pesan jika Rama harus menjaga ibu dan adik, Rama di minta belajar giat agar bisa jadi hafidz Qur'an dan ayah ingin melihatnya. tapi ayah pergi lebih dulu tak ada lagi yang bisa Rama persembahkan sedangkan Rama baru menghafal dua juz". ucap Rama sembari terisak. Ameer tersenyum ia kembali mengusap bahu Rama.
" cita-cita ayahmu begitu mulia Rama ia ingin kamu menjadi hafidz. ayah mu akan bersedih jika melihat mu sedih terus begini, kalau kamu sampai sakit siapa yang repot pasti keluarga mu terutama ibu mu. apa Rama tak kasihan dengan ibu yang seorang janda, ia sekarang berjuang demi menghidupi dirinya sendiri dan juga kamu berharap apa yang ia inginkan engkau kabulkan. Pulang kemarin adakah pesan dari ibu untuk mu Rama." tanya Ameer kini Rama sudah mulai bercerita.
" ada dokter, ibu mau Rama terus mengabulkan cita-cita ayah. tapi Rama kasihan dengan ibu yang harus mencari nafkah sendiri dan harus membiayai Rama." wajah Rama sendu ia lalu menitikkan air mata.
" nah itu ibumu sudah berpesan, buang kesedihan mu Rama semua orang akan pada masa selesai untuk menapakkan kaki nya di bumi ini. Allah lebih sayang dengan ayahmu sehingga ia menjemput ayahmu lebih dulu. suatu saat ada waktunya kita menyusul mereka yang telah lebih dulu pergi. tugas Rama sekarang kabulkan atas keinginan ayah dan ibumu yang mulia ini, ibumu pasti sudah menakar kemampuan nya untuk menitipkan kamu di sini. Semangat ya Rama, sekarang kamu makan dulu biar sehat. ibumu pasti tak ingin mendengar kamu sakit, apa kak Fahri minta hubungi ibumu".
" jangan dokter nanti ibu sedih".
" ya sudah sekarang ayo makan, sebentar lagi kiyai naik ke panggung kita liat bersama mendengarkan ilmu yang di sampaikan ". Rama mulai tersenyum entah kenapa hatinya merasa tenang.
" ayo Rama makan dulu kakak antar". ucap Fahri lalu Ameer pamit untuk ke depan. karena sudah penuh akhirnya Ameer hanya bisa melihat lebih jauh tak ingin menghalau yang lain meskipun bisa ia tak mau zalim dengan membawa nama ayahnya sebagai dokter.
" itu tadi siapa kak kok bisa ada dokter di sini, biasanya kan dokter Azzam." tanya Rama yang mulai menyuapkan nasinya ke dalam mulut.
" Dokter azzam ada di depan bersama sesepuh itu tadi anaknya namanya dokter Ameer." terang Fahri.
" oh tampan dan gagah ya kak " Fahri mengangguk pelan.
__
Semua seksama mendengar kan ceramah dari kiyai yang di undang, cukup ramai sekali pesantren malam itu. selain itu juga ustadz Ilyas sengaja untuk promosi agar pondok pesantren makin di kenal. cita-cita Barra adalah bisa menampung anak yatim piatu di sini untuk di jadikan para hafidz dan Hafidzah.
Niat yang mulia insyaallah akan Allah permudah dengan jalannya yang baik. Alira juga ambil jam mengajar untuk para santriwati namun ia tak banyak ambil jam hanya satu minggu dua kali. menimbang tentang kesehatan nya, barra tak mengizinkan. Alira sudah menjadi Hafidzah semenjak ia menikah dengan Barra, suaminya sangat telaten membimbing Alira.
Ameer menoleh saat ibu-ibu bersuara menjawab pertanyaan kiyai, matanya memindai gadis cantik yang manis saat tersenyum. Disana Khansa sudah tak sendiri ada juga Mahya yang ikut duduk bersama nya.
' cantik '. batin Ameer.
Ameer mengingat gadis tadi yang telah menahannya saat ia akan berjalan menemui Rama. ya dia ingat gadis yang bersama gadis remaja yang mengatainya telmi. Ameer tersenyum kecil gadis remaja itu sangat blak-blakan sekali.
" jangan lupa ya Bu sebagai seorang istri itu harus berpakaian rapi di depan suami, jangan keluar cantik saat kondangan saja. Di rumah juga, meski pakai daster jangan pakai daster yang banyak ventilasi nya". ucap kiyai. para undangan tertawa pasti mereka mengingat benar adanya jika di rumah itu ibu-ibu biasanya tak menghiraukan penampilan justru masa bodo saja. Pakai pakaian seadanya yang sudah banyak jamurnya hingga bisa untuk di sayur.
Semoga pembaca di sini tidak ya.
Kiyai menyampaikan tak hanya untuk ibu-ibu juga remaja di sana, karena semua kalangan datang undangan untuk umum.
" nah untuk adek-adek yang ada di sini ingat tak boleh tabarruj ya, mentang-mentang sedang ikhtiar mencari jodoh pakai lipstik sampai kayak cabe merah. tak boleh itu mengundang para lelaki. memang ada yang suka adapun yang tidak suka, tapi seyogianya para lelaki suka wanita yang apa adanya bukan ada apanya, betul ngga adik-adik yang laki ini".
" betul kiyai..." suara pun serentak keras mengimbangi para kamu hawa.
Pengajian itu tak ada yang mengantuk karena kiyai memberikan materi sesuai yang terjadi pada masyarakat saat ini.
" mbak ayo pulang ." ajak Hafsah.
" iya tapi tunggu Abi dan umi, mbak tak mau jalan kaki nanti di culik".
" ih Mbah Khansa jangan ngomongin culik Hafsah takut". Khansa terkekeh.
" makanya jangan duluan sebaiknya tunggu orang tua kita Hafsah."
" eh bung kalau jalan pakai mata". ucap Hafsah memang anak ini cukup absurd.
' gadis ini lagi'. batin Ammar.
namun Ammar tak hirau ia langsung saja jalan terus menemui ayahnya yang masih mengobrol dengan sesepuh.
selang sepuluh menit.
" maaf..". terlihat Ameer yang permisi lewat membungkuk kan badannya untuk mencari bundanya.
" yeh dia lagi, bung jangan kayak setrikaan kenapa". hardik Hafsah.
" kenapa sih Hafsah." ucap Mahya melihat Hafsah yang menggerutu dari tadi.
" mungkin lagi kumat obatnya habis". ucap Khansa tak ingin membahas laki-laki yang bikin Hafsah kesal.
__
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
jangan² Ammer nih jodohnya Khanza🤔🤔🤔
2023-06-28
1
Herry Murniasih
Ammar benci banget kayaknya sama Khansah jangan2 nanti Ammar malah jodohnya Khansah
2023-06-20
1
𝐈𝐬𝐭𝐲
siapa nih jodoh khansa🤔
2023-06-19
2