Khansa sudah siap dengan pakaiannya yang tertutup, gamis longgar dengan jilbab menutupi dada. itulah yang Barra ajarkan kepada anak perempuan nya dengan pakaian syar'i.
" yang sudah jadi anak kampus". ucap Khalid mengejek kakaknya.
" iya dong dek, mbak sudah dewasa sekarang".
" iya deh mbak ku yang cantik ini sekarang jadi mahasiswa ". Khansa terkekeh.
" sudah mau berangkat nak". tanya barra ia juga sudah bersiap untuk ke madrasah sedangkan alira mau ke butik.
" iya Abi nanti bareng sama Mahya ". ucap Khansa.
" hati-hati di jalan ya sering kabari Abi, kalau sudah selesai di kampus langsung pulang ".
" siap Abi itu pasti". ucap Khansa mengacungkan jempolnya.
" ya sudah umi juga mau ke butik ". Khansa mengangguk.
Barra dan alira bergandengan tangan keluar rumah, di sana sudah ada Fauzan dan Ratih. Fauzan menikah dengan Ratih dan mempunyai dua anak, Ratih membantu alira di butik merangkap sebagai pengawas di supermarket barra. sedangkan Fauzan tetap sebagai sopir Barra dan mengajar di pesantren.
meski sudah di makan usia Barra dan alira tetap harmonis, karena juga memberi contoh untuk anak-anaknya. sejak dulu barra tak pernah berubah terhadap istrinya, kasih sayang nya makin bertambah saja.
Khansa itu memang berbeda saat di luar rumah dan di rumah. jika di luar Khansa lebih menjadi wanita pendiam, karena itu pesan abinya. khansa mengeluarkan motor maticnya menuju kampus ini hari pertama dirinya ke sana. ada teman satu sekolah nya yaitu Mahya ia juga di terima di universitas Harapan Bangsa dengan beasiswa. kampus ternama melahirkan banyak sekali anak-anak harapan bangsa sesuai nama kampusnya.
Motor Khansa berhenti di depan rumah Mahya ia menghampiri karena Khansa melewati rumah Mahya saat pergi ke kampus. Mahya pun sudah siap menunggu di depan, ia juga berpakaian sama dengan Khansa. Mahya adalah anak dari sahabat Barra ustadz Azril dulu ia mengabdi di pesantren Yogya tapi sekarang ikut mengajar di pesantren barra.
" aku deg degan Lo Khansa kamu gimana." tanya Mahya saat ia akan naik motor.
" kenapa deg degan aku ngga tuh".
" hari pertama masuk ke kampus Lo kita ini Khansa".
" tarik napas Mahya ucapkan bismillah niatkan jika kita akan menuntut ilmu. pesan abiku begitu tadi jangan lupa berdoa saat keluar rumah." kata Khansa ia mulai menstarter motornya. Mahya pun menuruti ucapan Khansa.
Sampai di kampus seperti biasa Khansa berjalan sembari menunduk kan pandangan nya ia akan tersenyum kepada mahasiswa sesama wanita saja. Khansa lalu mencari kelas di mana ia akan belajar. Setelah ketemu Khansa langsung masuk saja ke dalam, kebanyakan adalah wanita laki-laki hanya beberapa saja. Khansa duduk berdampingan dengan Mahya, mereka mengobrol sejenak sebelum dosen masuk.
__
Alira sibuk sekali di butik pesanan nya sungguh banyak, amel hanya sebagai kasir saja sekarang ia juga sudah menikah dengan kennu. alira membantu pegawai di sana sedangkan Ratih ia ke supermarket. berbeda dengan Nita ia tidak di perbolehkan lagi bekerja sama Marvin tapi sesekali Nita sering main ke butik.
" Berapa banyak yang di minta butik taqwa ." tanya alira ia selalu teliti mengecek barang yang akan di kirim.
" tiga ratus pcs Bu". alira mengangguk.
" sortir semua barangnya ya jangan sampai terlewat jika memang ada cacatnya jangan di paksakan di kirim". ucap Alira ia tegas sebagai owner di butik.
" Baik Bu"
" lir toko Zahra meminta desain baru". ucap Amel .
" Katakan saja aku tak bisa terburu-buru mengerjakan desainku, sudah tua Mel aku tak ingin masa bersama dengan anak-anak akan hilang".
" tua tapi masih cantik, kamu masih energik". ucap Amel sembari terkekeh.
" Alhamdulillah Allah memberi ku kesehatan kembali, tapi aku tak mau terlalu lelah memikirkan banyak desain. Aku akan kerjakan tapi tolong katakan pada toko Zahra jika aku tak bisa cepat".
" baik Bu bos ". ucap Amel, alira langsung mencubit pinggang Amel ia tak suka di panggil Bu bos sama sahabat nya sendiri meski memang benar Alira pemilik nya.
Hari ini tak ada jadwal kajian, barra hanya menjadwalkan empat kali saja dalam satu minggu selainnya waktu ia habiskan di pesantren. bukan tak mau berdakwah tapi ia juga harus lihat kondisi tubuhnya, ia sudah tak bisa di forsir karena umur memang sudah menjadi faktor.
Selesai dari madrasah Barra ke butik terlebih dahulu sebelum ke pesantren. ia akan makan siang bersama istrinya, itulah barra ia selalu menyempatkan kebersamaan bersama Alira. alira langsung Salim ketika suaminya masuk ke butik.
" sudah pulang mas". tanya alira ia meletakkan desain yang ia kerjakan.
" iya siang ini tak ada jam lagi ". barra mencium kening alira, menjadi pemandangan biasa di butik itu. pegawai pun tak berani berkomentar, alira dan barra lalu masuk ke ruangan nya. di butik ada ruangan khusus untuk alira, sengaja memang Barra buat agar ia bisa leluasa bersama alira di butik itu tanpa mengganggu yang lain.
" mau makan sekarang". tanya alira, barra pun mengangguk.
alira sengaja membawa bekal ia tak biasa jajan di luar, barra terdiam memandangi istrinya. alira pun merasa salah tingkah saat Barra tetap memandangi nya.
" kamu tetap cantik sayang meski sudah di makan usia". ucap Barra.
" sudah tua mas, anak-anak juga sudah dewasa". ucap Alira mulai menuangkan nasinya ke piring Barra.
" tua orangnya tapi bagi mas kamu tetap sama, alira ku yang dulu."
" ayo makan jangan ngegombal terus". barra terkekeh istrinya malu ketika di puji.
___
Hati pertama para dosen masih pada pengenalan belum pada inti pembelajaran. hari ini usai Khansa menjalani hari pertama nya di kampus, ia lalu merapikan bukunya di masukkan ke dalam tas.
" Langsung pulang Khansa." tanya Mahya.
" iya itu pesan abiku jika selesai langsung pulang tak boleh kemana-mana."
" sama Abi ku pun begitu, tapi kadang rasanya ingin seperti mereka yang bisa nongkrong di kafe".
Khansa tersenyum itu juga ada pada dirinya tapi semua ia kembalikan mengingat pesan Abi dan umi nya.
" jika tak ada yang penting lebih baik kita pulang Mahya, untuk apa nongkrong kayak gitu. Abi kita memberi nasehat ke kita itu demi kebaikan kita tak lebih. kita itu wanita dan kehormatan orang tua ada pada anak gadisnya". terang Khansa .
" astaghfirullah hal adzim seharusnya kita bersyukur punya orang tua yang paham agama". ucap Mahya ia langsung teringat.
" nah gitu dong Mahya, orang tua kita selalu mengajarkan jika di dunia ini semua fana, tak ada yang abadi. jangan sampai kita terjerumus dari hal yang tak baik, ".
"iya Khansa terima kasih ya kamu sahabat terbaik ku, kamu selalu mengingat kan ku di saat aku lalai. "
" kita harus saling mengingatkan Mahya". mereka lalu berjalan menuju parkiran untuk pulang.
__
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Herry Murniasih
Sebagai orangtua emang itu yang terbaik buat seorang anak apalagi perempuan, Khansah dididik di lingkungan orang yang paham agama, apalagi ayahnya seorang ustad. Semangat belajarnya Khansah
2023-06-18
1
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjuut up lagi Thor...
2023-06-17
1
𝐈𝐬𝐭𝐲
makin tua makin romantis aja di abi barra & umi alira...
hidupnya lebih bahagia punya 2 anak yg sholeh & sholeha...
2023-06-17
1