Love For Ambariana
..."Semesta mengetahui semua hal buruk apa yang kita rencanakan. Jika malaikat bersedih pada apa yang kita dendamkan, maka iblis mendukung tiada henti."...
...-Alter Ego...
Suara musik EDM yang di mainkan DJ perempuan berpenampilan sexy menggema di ruang utama sebuah tempat hiburan malam. Puluhan manusia dari berbagai kalangan berkumpul jadi satu di dance floor tempat hiburan tersebut, asik meliuk-liukan tubuh mengikuti ritme musik yang dimainkan DJ. Larut dalam kesenangan dunia, melepas segala beban rutinitas ataupun istirahat sejenak dari masalah kehidupan yang mereka alami. Atau ada pula yang hanya sekedar mencoba hal baru, iseng.
Tidak sedikit juga pengunjung memilih duduk santai di kursi yang tertata rapi di pinggiran ruangan tersebut. Dengan sesekali menyesap minuman yang salah satu ingredients-nya adalah alkohol, tentu saja sambil mendengarkan musik dan menikmati pemandangan indah di dance floor.
Di salah satu kursi depan bar, sesosok gadis duduk dengan kaki menyilang. Celana jeans dengan beberapa sobekan di lutut dan paha membuat kulit sawo matangnya sedikit terlihat. Untuk atasannya sendiri, gadis itu mengenakan tangtop putih yang dilapisi jaket kulit hitam. Sedangkan rambut hitam legamnya dibiarkan tergerai. Outfitnya itu membuat si gadis terlihat begitu tomboy, sangat berbeda dengan kebanyakan gadis di tempat hiburan yang menggunakan pakaian sexy ditambah make-up bold. Gadis tomboy yang memiliki nama Ana itu bahkan tidak memakai make-up sedikitpun!
Tidak terganggu dengan udara tempat hiburan yang tercemar asap rokok dan bau memuakkan lainnya, Ana begitu tenang di tempatnya. Sedangkan netranya menyapu ke seluruh ruangan, mengamati setiap pengunjung. Cukup lama gadis itu diam, sampai pada saat dimana Ana melihat cowok yang menarik perhatiannya sedang duduk seorang diri di pojok ruangan. Ana langsung memutar kursinya, memanggil bartender untuk memesan minuman.
"Cocktail please," pinta Ana.
Bartender mengangguk, "tunggu sebentar darling."
Cocktail atau koktail dalam bahasa Indonesia, adalah minuman aroma beralkohol. Dalam buku Bartender's Guide or How to Mix Drinks yang diterbitkan tahun 1862, beberapa bahan dasar koktail selain alkohol adalah gula, air, dan bitters.
Dengan lihai, bartender meracik koktail pesanan Ana. Menuang wiski dan vermouth manis dengan perbandingan satu banding satu, lalu di tambah bitters. Ketiga bahan itu di aduk dengan es hingga dingin dan disaring, kemudian dituang dalam lowball--gelas khusus koktail, tanpa es. Sebagai garnish, bartender menambahkan buah ceri kalengan yang masih bertangkai.
Bartender menaruh gelas berisi koktail itu di meja, tepat di depan Ana. "Manhattan manis, semanis gadis dihadapanku." Manhattan adalah jenis koktail yang dibuat bartender yang saat ini tengah tersenyum sambil menaikturunkan alisnya, menggoda Ana.
Ana hanya mengangguk untuk merespons godaan tidak bermutu si bartender. Gadis itu mengambil beberapa lembar uang di saku jaket dan menaruhnya di meja, kemudian mengambil koktail pesanannya. Tanpa mengucapakan apapun, Ana pergi, menghampiri cowok yang sukses menarik perhatiannya itu. Di tengah jalan, Ana berhenti sejenak dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah botol kaca kecil yang ditengahnya terdapat tulisan GHB.
GHB atau Gamma Hydroxybutyrate di kenal sebagai ekstasi cair. GHB ini adalah senyawa yang berfungsi sebagai penenang dan membantu pembentukan otot. Karena sifatnya yang memabukkan GHB sering disalahgunakan oleh remaja dan orang dewasa di bar, pesta, atau kelab. Dan jika sudah tercampur dengan alkohol, efeknya akan lebih terasa.
Ana membuka tutup botol kaca yang berisi cairan tidak berbau itu. Di tuangkannya sedikit cairan ke dalam gelas dan diaduk menggunakan ceri agar bercampur rata dengan koktail.
Ana menyimpan kembali cairan GHB yang masih tersisa. Untuk sesaat Ana menyeringai, sebelum akhirnya melanjutkan langkah. Begitu sudah dekat, gadis yang terus melihat targetnya asik bermain ponsel, melirik sejenak ke arah meja. Di depan cowok itu terdapat gelas yang di dalamnya masih terdapat cairan bening. Ana akhirnya berbalik dan mulai meliuk-liukan tubuhnya mengikuti musik EDM. Walau begitu, Ana tetap menjaga keseimbangan gelas dalam genggamannya. Sambil berjoget, gadis itu berjalan mundur. Terus mundur sampai tubuhnya membentur meja si cowok, yang membuat gelas terguncang dan akhirnya jatuh ke lantai. Gerakannya begitu lues, tidak terlihat bahwa itu semua hanya setting-an
Cowok yang sedang sibuk dengan ponselnya itu langsung terkejut, fokusnya pada ponsel kini beralih ke lantai dimana gelas minumannya sudah pecah berserakan. Lain dengan Ana yang berbalik dan pura-pura terkejut. Gadis itu menatap lantai sesaat, kemudian menatap si cowok. Matanya membulat dengan bibir melongo.
Kejadian itu membuat beberapa orang di sekitar mereka menoleh, penasaran dengan apa yang terjadi. Namun hanya sebentar.
"A-aku minta maaf," ucap Ana merasa bersalah. Sorot matanya terlihat sangat menyesal. Lain dengan hatinya yang tertawa senang. Apalagi saat melihat cowok itu langsung menatapnya dengan sorot mata kagum. Sudah dipastikan aksinya kali ini akan sangat mudah!
"It's okey, santai aja." Cowok itu tersenyum. Melupakan gelas minumannya yang sudah pecah berserakan.
Ana menunduk, mengamati gelas yang dibawanya. Sedetik kemudian kembali menatap cowok di depannya. "Ini! Ini punyaku, buat gantiin minuman kamu." Ana menyodorkan gelas minumannya. Saat melihat tanda-tanda penolakan, Ana kembali berbicara. "Ambil aja, belum aku minum kok. Nanti aku bisa pesen lagi."
Walaupun awalnya ragu, cowok itu akhirnya menerima koktail pemberian Ana. "Terimakasih."
"Nggak perlu terimakasih, itu memang sudah menjadi kewajibanku." Ana tersenyum lebar.
Setelahnya, Ana meminta agar cowok itu pindah tempat duduk, sedangkan dirinya memanggil pekerja untuk membersihkan pecahan gelas. Cowok itu menurut. Begitu duduk di kursi yang lain, Ana mendekat dan ikut duduk di samping si cowok.
"Sekali lagi aku minta maaf ya," ucap Ana
Si cowok menoleh, "santai aja. Lagi pula sudah kau ganti," terangnya, sambil mengangkat koktail pemberian Ana. Menggoyangnya sejenak sebelum akhirnya meminum setengah isinya. "Bay the way, aku Arav, namamu siapa?"
Ana kembali tersenyum, gadis itu bergeser agar duduknya semakin dekat dengan Arav. "Panggil saja Ana." Bisiknya tepat di telinga Arav, yang langsung membuat tubuh cowok itu meremang.
Ana tersenyum melihat reaksi Arav. "lemah!" serunya dalam hati.
Tidak ingin rencananya gagal, Ana mencari topik untuk perbincangan mereka, dan beruntungnya, Arav menikmati perbincangan itu. Malahan, cowok itu yang lebih menguasai perbincangan. Sesekali Ana tertawa karena lawakan dari Arav. Rupanya cowok itu tipe-tipe cowok humoris.
Saat tawa terakhir mereka, Ana kira akan terjadi keheningan. Namun dugaannya salah, ternyata Arav melayangkan pertanyaan singkat.
"Kau tau?"
Ana menggeleng, gadis itu terus diam. Menunggu Arav meneruskan kalimatnya.
"Ini kali pertama aku pergi ke club."
Ana pura-pura terkejut. "Wow..." gadis itu menepuk pundak Arav. "Yang benar saja?!"
"Aku tidak berbohong. Ini memang pertama kalinya aku pergi ke sini, itupun karena dare dari teman-temanku." Arav mengalihkan tatapannya ke dance floor. Menunjuk dua cowok yang sedang berjoget ria dengan dagunya. "Lihat yang menggunakan kaos polo dan yang sedang bertelanjang dada ... Mereka itu temanku."
Tatapan Ana mengikuti arahan Arav. Mengamati sejenak dua cowok dengan penampilan berantakan itu. Si cowok shirtless yang penuh dengan keringat, dan sinar kerlap-kerlip lampu membuatnya terlihat mengkilap. Sedangkan cowok satunya lagi, beberapa kali mendongak dengan mata terpejam karena di depannya ada gadis yang juga berjoget dengan tubuh saling menempel. Gerakan si gadis begitu sensual, kentara sekali kalau sedang menggoda cowok dengan kaos polo yang merupakan teman Arav itu.
Ana kembali menatap Arav. "Sebaiknya kau suruh temanmu untuk mencari kamar," ucapnya memberi saran.
Mengerti dengan maksud Ana, Arav merinding. "Gilaaaa! Mataku, pikiranku tercemar sudah." Cowok itu meletakan gelas koktail di meja, kemudian menunduk sambil mencengkam kepalanya. Efek GHB rupanya sudah mulai bereaksi. "Seharusnya aku sedang rebahan di kamar sambil menonton anime."
Ana tersenyum, "aku tidak menyangka akan bertemu cowok sepertimu di tempat seperti ini."
Arav masih diam, tubuhnya perlahan kehilangan daya. "Tempat ini membuatku aneh," lirihnya.
Karena kesadaran Arav yang kian menipis dan tubuhnya mulai lemas, Ana bergegas melancarkan rencana selanjutnya. Ana mengangkat kepala Arav, menangkup wajah itu agar melihatnya. "Sepertinya kau butuh cuci muka, ayo ku antar ke toilet!"
Begitu Arav mengangguk pelan, Ana langsung membantu Arav berdiri. Memapah cowok itu untuk pergi ke toilet. Ana tidak merasa kesulitan membawa tubuh yang lebih besar dari dirinya itu, tidak ada ringisan karena pundaknya sakit. Ana sudah terbiasa, jadi sudah kebal.
Sesampainya di toilet, Ana melepas tangannya yang merengkuh pinggang Arav. Pun dengan tangan Arav yang berada di bahunya, membuat cowok yang sudah benar-benar tak berdaya itu jatuh ke lantai toilet. Ringisan pelan terdengar dari mulut Arav.
Ana berjongkok di depan Arav, memandang cowok itu tanpa ekspresi apapun. Sama sekali tidak peduli dengan rasa sakit yang dirasakan Arav. "Maaf boy, pengalaman pertamamu di club menjadi buruk."
Setelah mengatakan itu, Ana langsung merogoh saku pakaian Arav. Sasaran utamanya adalah dompet. Begitu ketemu, Ana membuka dompet tersebut. Ada begitu banyak kartu yang tersemat di sana, namun hanya satu kartu yang begitu menarik perhatiannya.
Tangan lentik Ana menarik kartu berwarna biru yang tak lain adalah KTP, mengamati dengan serius foto berserta data diri Arav. Belum genap semenit, Ana kembali memasukkan KTP Arav dan beralih pada lembaran-lembaran uang berwarna merah di dompet itu. Dari banyaknya kartu dan uang yang ada di sana, Ana menyimpulkan kalau korbannya kali ini merupakan anak orang kaya. Tanpa babibu lagi, Ana langsung mengambil semua uang di dompet Arav dan menyimpannya di saku jaket.
Ana meletakan kembali dompet itu di tempat semula. Bibirnya tersenyum dengan netra tertuju pada wajah damai Arav. Gadis itu memperhatikan Arav sejenak sebelum beranjak dari tempatnya.
"Terimakasih Arav." Ana menepuk-nepuk pelan pipi Arav. "Kau baik sekali."
Setelah itu, Ana meninggalkan Arav sendirian di toilet. Membawa serta uang hasil curiannya malam ini. Dalam hati berharap semoga dirinya tidak bertemu dengan cowok itu lagi.
Dengan langkah santai, Ana melewati puluhan pengunjung dan mengabaikan beberapa cowok yang memandangnya penuh minat. Ana terlihat begitu sombong.
Ana keluar dari tempat hiburan itu sekitar pukul 12 lebih 30. Ana berjalan sendirian lewat gang sepi untuk sampai di jalan utama. Dan barulah gadis itu bisa memesan ojek online untuk kembali ke tempat tinggalnya. Tidak ada rasa takut sedikitpun. Sekali lagi Ana sudah terbiasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Aida Murni
beda gendre. kiraan o3lacur rupanya maling alias copet. ha ha ha lanjuuut.
2023-10-19
3
Dary Niken Prasasti
lanjut
2023-09-08
0
Dary Niken Prasasti
tanda baca ne lur
2023-09-08
0