Taklik Talak: Hanya Istri Kedua
Seorang laki-laki turun dengan terburu-buru dari mobil yang baru saja di parkir olehnya. Kaki panjangnya dia gunakan untuk berlari, tak butuh waktu lama hingga sampai di sebuah kamar VIP sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.
Tanpa mengetuk pintu, laki-laki itu menerobos masuk ke dalam ruangan. Di lihatnya seorang perempuan cantik tengah terbaring lemah di atas tempat tidur, dengan tangan sebelah kirinya terpasang infus.
“Gimana keadaan Salsa?” Tanya nya pada Nila, manajer Salsa yang saat ini tengah duduk di sofa.
“Untuk sekarang aman, mas. Tadi dokter Fauzan berpesan, agar mas Adnan menemuinya di ruangannya. Kak Salsa baru saja tidur setelah minum obat.” Terangnya.
“Baiklah, kamu boleh pulang. Biar saya yang menjaga Salsa.” Titahnya.
“Saya permisi mas.” Pamit Nila.
Hari ini bertepatan dengan annyversary pernikahan Adnan dan juga Salsa yang ke dua tahun. Mereka menikah setelah menjalin hubungan satu tahun lamanya. Jadi ini adalah tahun ke tiga mereka bersama.
Belum ada anak di antara mereka, karena Salsa merasa belum siap untuk memiliki anak. Mungkin karena saking cintanya, Adnan tidak mempermasalahkan hal itu. Meskipun keluarga mereka terus mendesak Andan, terlebih Salsa agar cepat punya anak.
Akhir-akhir ini Adnan merasa ada yang berbeda dari Salsa. Istrinya itu lebih banyak murung, jarang berinteraksi dengan Andan jika mereka sudah di rumah. Berbeda dengan sikapnya jika di depan kamera. Karena Salsa selalu menjaga imagenya sebagai artis terkenal, tidak ingin publik melihat sisi sebenarnya dari dirinya.
Menyadari pergerakan dari istrinya, sontak Adnan mendekatkan dirinya. Dilihatnya, Salsa mulai mengerjapkan matanya.
“Sa...” Panggil Adnan.
“Mas Adnan?”
“Iya, ini aku. Gimana keadaan kamu, apa udah mendingan?” Tanya Adnan dengan khawatir.
Salsa hanya diam, dia berusaha untuk bangun dari tidurnya. Adnan mencoba membantu, tapi perempuan itu menepis tangan Adnan.
“Aku nggak apa-apa, aku bisa sendiri mas.” Ketus Salsa.
Untuk sekejap Adnan terhenyak dengan perlakuan istrinya, dia sendiri merasa tidak ada yang salah dengannya. Adnan mencoba memahami kondisi istrinya, dia mengatur napasnya untuk meredakan emosinya.
Hening. Tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Salsa sibuk sendiri dengan ponselnya, sedangkan Adnan mengupaskan buah untuk istrinya. Sejak awal, bisa di bilang Maudy yang paling menginginkan hubungan ini.
Mereka bisa sejauh ini berkat Maudy, sepupunya Adnan. Maudy beralasan, tidak ingin kedua orang itu terus-terusan gagal move on dari mantan pacarnya.
“Makanlah, aku keluar dulu sebentar buat nemuin Fauzan. Kalau ada apa-apa...”
“Kamu ngedoain aku ada apa-apa mas?” Pekik Salsa memotong omongan Adnan.
“Bukan begitu maksud aku, Sa.” Adnan berusaha membela dirinya.
“Sudahlah, aku mau sendiri mas. Kamu boleh keluar, mau lama pun nggak apa-apa.”
Adnan keluar dengan perasaan yang entah. Sampai saat ini, dia selalu mengalah jika terjadi pertengkaran, meskipun Adnan tidak melakukan kesalahan.
......................
Mendengar penjelasan dari Fauzan, dokter yang menangani Salsa sekaligus sahabatnya, Adnan sama sekali tidak percaya. Salsa yang selama ini selalu menjaga pola makannya juga kesehatannya karena dia seorang artis, bisa menderita penyakit yang seserius ini.
“Jadi beneran kamu baru tahu sekarang? Salsa nggak nagsih tahu kamu?” Tanya Fauzan heran.
Adnan mengangguk lemah.
“Syukurnya, penyakitnya belum terlalu parah. Saat ini, aku saranin kalian untuk menunda punya anak dulu. Biar Salsa fokus dulu pada kesehatannya.” Jelas Fauzan.
“Soal itu, aku nggak masalah Zan. Dari awal nikah aku sama Salsa sepakat menunda punya anak dulu. Salsa selalu bilang belum siap dan juga dia masih ingin bebas berkarier.” Jelas Adnan.
“Aku percayakan Salsa sama kamu.” Imbuh Adnan sambil meninggalkan ruangan Fauzan.
Langkah kakinya terasa berat, dia berjalan dengan lesu. Jika dilihat dari belakang, jelas sekali terlihat aura murung yang keluar dari tubuh Adnan.
Brugh.
Tanpa sadar Adnan menyenggol bahu seseorang di depannya.
“Maaf.” Lirihnya.
“Mas Adnan?”
“Nazwa? Kamu ada si sini?” Tanya Adnan
“Iya mas, tadi kak Salsa telepon aku. Dia bilang ada yang mau di omongin. Mas Adnan sendiri kenapa murung, sampe nggak merhatiin jalannya?”
“Ayo masuk dulu.” Adnan membuka pintu kamar Salsa.
Nazwa adalah adik tirinya Salsa, mamanya menikah lagi dengan ayahnya Nazwa. Saat itu orang tua mereka menikah dengan membawa masing-masing satu anak perempuan.
Atmosfer kamar yang di tempati Salsa berubah menjadi canggung. Terlihat sangat jelas, Salsa menatap Nazwa dengan tatapan yang entah, apalagi perempuan itu masuk bersamaan dengan suaminya.
Nazwa merasakan sakitnya menerima kenyataan bahwa Salsa sakit seperti ini, meskipun Salsa bukanlah kakak kandungnya, dia sangat menyayanginya.
Tidak berhenti di situ, kini giliran Adnan yang terkejut atas ucapan Salsa. Bagaimana bisa, dalam keadaan seperti ini, Salsa menyuruhnya untuk menikah lagi. Terlebih dia memilih Nazwa adiknya, untuk menjadi istrinya.
Menikah sekali dalam seumur hidup adalah impian setiap orang. karena menikah adalah ibadah terlama yang harus kita jalani, yaitu seumur hidup dan seumur hidup itu terlalu lama. Tapi bagaimana caranya menyikapi permintaan seorang istri pada suaminya untuk menikah lagi.
“Apa yang kamu pikirkan, Salsa. Kamu jangan berpikiran terlalu jauh, kamu pasti sembuh. Aku nggak bisa... Aku...” Adnan tampak kebingungan, harus bagaimana menanggapi permintaan aneh Salsa.
“Aku minta kamu untuk menikah lagi mas, bukan menceraikan aku.” Lelehan air mata mulai membasahi kedua pipinya.
“Kamu sendiri tahu mas, mama kamu terus merengek minta cucu dari anak semata wayangnya. Lihatlah sekarang, dengan keadaanku yang seperti ini, aku sendiri nggak yakin apa aku bisa ngasih kamu keturunan.” Emosi Salsa meluap-luap, dengan terus terisak.
“Aku nggak pernah mempermasalahkan itu, Sa. Hei, dengarkan aku, kamu pasti sembuh. Kita lewatin ini sama-sama.” Adnan mencoba menenangkan istrinya.
“Sampai kapan mas? Sampai aku mati lebih dulu?”
“Astaghfirullah, kak. Istighfar.”
“Husnudzan sama Allah, aku yakin dibalik semua ini pasti ada hikmahnya. Mintalah kesembuhan pada-Nya, karena Allah Maha Penyembuh. Pasrahkan semuanya pada Allah. Bertawakal atau berpasrah diri kepada Allah harus disertai dengan hati yang ikhlas. Tanamkan dalam diri bahwa setiap rencana yang Allah takdirkan adalah yang terbaik untuk hidup kita.” Nazwa mengingatkan Salsa, kata-kata yang diucapkan Nazwa sukses membuat Salsa semakin terisak.
“Aku yakin, kakak pasti sembuh. Maaf, permintaan kak Salsa kali ini aku nggak bisa turutin. Tenangin diri kakak terlebih dahulu, aku pamit pulang.”
Hilangnya Nazwa dari balik pintu kamar, membuat Adnan lebih leluasa memeluk Salsa. Perempuan itu menangis sesenggukan dalam pelukan suaminya.
“Tidurlah, aku akan tetap disini. Berjanjilah, kamu nggak akan membahas soal ini lagi. Aku nggak mau dengar lagi hal seperti ini. Mengerti?”
Ucapan Adnan hanya di balas anggukan lemah dari Salsa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
aku mampir Thor
2023-12-27
0