Bujuk Mas Adnan

Dua hari mendapatkan perawatan di rumah sakit, membuat jadwal pekerjaannya semakin padat. Meskipun dokter atau Adnan sekalipun melarangnya untuk beraktivitas terlalu berat, Salsa tetap kekeh pada keputusannya.

Begitu juga dengan Adnan, dua hari tidak ke kantor membuatnya kewalahan jika harus tetap mengerjakan pekerjaannya di rumah. Jadi pagi ini, mereka kembali di sibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Namun hal itu, tidak mengurangi perhatiannya pada Salsa.

Laki-laki itu mengantarkan Salsa lebih dulu ke tempat shootingnya,  barulah dia pergi ke kantor.

“Kalau sudah selesai, hubungi aku.” Ucapnya sambil mengusap pelan puncak kepala istrinya.

“Hati-hati mas.” Salsa melambaikan tangannya.

Rupanya, hari ini tidak ada jadwal shooting untuk Salsa. Perempuan itu berbohong pada suaminya. Setelah kepergian Adnan, Salsa menaiki taksi menuju ke kediaman orang tua Adnan. Kebetulan mama dan papanya Adnan masih ada di rumah.

Elsy menatap Salsa dengan tatapan tidak suka, dia selalu memikirkan segala cara agar Adnan membuka mata dan hatinya, bahwa Salsa bukanlah perempuan baik-baik.

“Aku dateng kesini, untuk minta tolong sama mama dan papa.” Ucap Salsa.

“Tolong apa?” Tanya Hendra dengan nada yang lebih lembut daripada Elsy.

“Tolong bujuk mas Adnan untuk menikah lagi.”

Deg.

Elsy dan Hedra menatap tidak percaya pada menantunya yang saat ini di hadapan mereka.

“Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu, Salsa? Apa kamu pikir pernikahan itu main-main? Kamu tahu sendiri, seperti apa Adnan jika sudah berkomitmen.” Hendra menatap tajam ke arah menantunya.

“Harusnya, dari awal kamu nggak nikah sama Adnan.” Pekik Elsy.

“Ma...” Hendra mencoba menahan istrinya, agar tidak terbawa emosi.

“Aku minta maaf ma, pa. Aku harap papa sama mama bisa ngebujuk mas Adnan untuk menikah lagi dengan Nazwa.”

“Bukankah dia adikmu?” Tanya Hendra.

“Iya pa, kalau bukan Nazwa. Aku nggak akan sanggup berbagi suami dengan perempuan lain.” Lirih Salsa, sambil menahan air matanya.

“Kenapa nggak sekalian kamu minta cerai dari Adnan? Ya ampun, mimpi apa aku semalam?” Elsy memijit keningnya.

Sejak Adnan mempunyai hubungan dengan Salsa, Elsy selalu menentang hubungan mereka. Bahkan sebelum menikahpun Elsy tidak memberikan restunya, susah payah Adnan membujuk orang tuanya agar memberikan restu untuk mereka.

Tidak ingin anak semata wayangnya terus melajang, karena gagal move on dari mantan pacarnya, Elsy dan juga Hendra akhirnya mengizinkan Adnan untuk menikah dengan Salsa. Elsy bersikap seperti itu bukan tanpa sebab, karena dari sudut pandangnya seorang artis seperti Salsa ini pasti pernah ada main dengan laki-laki lain.

.

.

.

Adnan memasuki rumah orang tuanya dengan tergesa-gesa, setelah mendapat telepon dari mamanya. Bukankah Salsa sudah berjanji tidak akan membahas masalah ini lagi, tapi kenapa Salsa meminta orang tuanya untuk membujuknya agar mau menikah lagi dengan Nazwa?

Laki-laki itu berjalan menuju ke ruang tengah, dia mengedarkan pandangannya mencari sosok perempuan yang telah dua tahun hidup satu atap bersamanya. Nihil. Adnan tidak mendapati istrinya ada di sana.

Elsy yang tahu Adnan pulang, dia menghampiri anaknya yang saat ini tengah memanggil-manggil nama Salsa dan juga dirinya.

“Perempuan yang kamu cari sudah pergi dari tadi.” Ketus Elsy.

“Ma... Perempuan yang mama maksud itu istri aku, ma. Menantu mama juga.” Adnan lelah sekali menghadapi sikap mamanya terhadap Salsa.

“Setelah semua sikapnya ini, kamu masih membelanya?” Kesal Elsy.

“Ma... please. Salsa sakit ma, dia sakit ma. Jadi tolong, jangan bersikap seperti ini terus.”

Bahkan mendengar Adnan menyebut Salsa tengah sakit, Elsy tetap tidak bisa menaruh simpati padanya. Tidak ingin berdebat lagi dengan Elsy, Adnan bergegas pergi untuk mencari Salsa. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip setiap kendaraan yang ada di depannya menuju ke rumah mertuanya. Sebelumnya Adnan menelepon ke rumah, tempatnya dan Salsa tinggak. Menurut bi Asih, Salsa belum pulang. Adnan berharap bisa menemukan Salsa, di rumah orang tuanya.

Bel rumah berbunyi setelah Adnan menekannya berulang kali, beberapa saat belum juga ada yang membukakan pintu untuknya. Sebelum benar-benar Adnan membunyikan bel kembali, pintu rumah terbuka.

Keluarlah seorang perempuan cantik yang mengenakan pakaian santai dan jilbabnya. Setelah pertemuan mereka di rumah sakit kemarin, kini suasana diantara mereka mendadak canggung.

“Apa Salsa pulang ke sini?” Tanya Adnan

“Assalamualaikum, mas.” Nazwa mengucapkan salam yang seharusnya di ucapkan oleh Adnan lebih dulu.

“I...iya waalaikumsalam.”

“Masuk mas, kak Salsa ada di kamarnya.”

Tanpa permisi lagi, Adnan nyelonong masuk ke dalam rumah dengan sedikit berlari kecil menuju kamar Salsa yang berada di lantai atas. Adnan mencoba membuka pintu kamar Salsa, namun terkunci dari dalam.

Tok. Tok. Tok.

“Salsa ini aku, buka pintunya.”

“Sa...”

Salsa membuka pintu kamarnya, Adnan pun masuk menyusul istrinya yang kembali meringkuk di atas tempat tidur.

Berapa kali Adnan berusaha mengajak istrinya untuk berbicara, tapi perempuan itu masih tetap bergeming di balik selimut.

Adnan memutuskan untuk membiarkan istrinya tenang lebih dulu, dia membaringkan tubuhnya dekat Salsa yang memunggunginya. Hingga matanya merasakan kantuk.

Adnan terbangun saat hari menjelang sore. Dia meraba sisi pembaringan, dimana istrinya berada sebelumnya. Tangannya tidak mendapati Salsa berada di sana. Mungkin istrinya itu ada di bawah, pikirnya.

Sebelum turun, Adnan membasuh mukanya terlebih dahulu. Terdengar suara obrolan ringan, antara Nazwa dengan pelayan yang sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan makan siang. Sedangkan Salsa tengah berada di ruang keluarga bersama, ayah dan mamanya.

“Makanan udah siap, ayo makan dulu.” Ajak Nazwa pada semuanya.

“Mari nak Adnan, kita makan dulu.” Ajak Imran.

Makanan tertata rapi di atas meja, mereka sibuk mengambil lauk sesuai keinginan.

“Mama, ayah. Salsa mau bicara.” Salsa membuka pembicaraan.

Deg.

Jantung Adnan dan juga Nazwa berdetak tidak karuan, mereka gelisah bersamaan. Khawatir, Salsa akan mengungkit tentang dirinya yang menginginkan Adnan untuk menikah lagi.

“Makanlah dulu, baru kita bicara.” Ucap Imran dengan lembut.

Acara makan selesai tanpa adanya obrolan yang terjadi di antara mereka. Kini keluarga itu tengah berkumpul di ruang tengah.

“Jadi apa yang mau kamu bicarakan, sayang?” Tanya Farah, mamanya.

Adnan meraih tangan istrinya, menggelengkan kepalanya ketika Salsa menengok ke arahnya. Tapi yang baru saja dilakukan Adnan tidak mengurungkan niat Salsa untuk tetap bicara.

“Aku... Aku mau mas Adnan menikah lagi.”

Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Batin Nazwa.

Padahal ini bukan pertama kalinya dia mendengar kakaknya mengatakan hal ini.

“Salsa, kamu bercanda? Maksud kamu apa? Kenapa kamu nyuruh Adnan menikah lagi?” Tanya Farah pada anaknya.

Salsa menundukkan pandangannya, menahan air matanya agar tidak luruh begitu saja.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

masih nyimak

2023-12-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!