Salsa menjelaskan keadaannya pada orang tuanya, termasuk keinginannya agar Nazwa mau menjadi istri kedua bagi suaminya.
“Maaf ma, ayah. Tapi aku nggak setuju sama keputusan Salsa. Aku yakin, Salsa bisa sembuh. Soal anak, aku nggak pernah mempermasalahkan itu. Yang penting sekarang adalah kesembuhan Salsa.” Ucap Adnan
“Sa, aku akan bawa kamu berobat ke Singapura atau ke Jerman. Atau kemanapun, supaya kamu sembuh.” Bujuk Adnan pada istrinya.
“Keputusan aku tetep sama mas, menikah dengan Nazwa atau aku ngajuin gugatan cerai.” Tegas Salsa.
“Astaghfirullah, kak. Jangan kayak gini. Tolong pikirkan lagi, aku nggak mungkin jadi madu untuk kakakku sendiri.”
Nazwa meraih tangan Salsa, menggenggamnya erat. Memberikan sebuah keyakinan bahwa Allah pasti memberikan kesembuhan untuknya.
“Nazwa.”
“Iya kak.”
“Apa kamu bener-bener menganggapku sebagai kakak?” Tanya Salsa.
“Tentu, kak. Aku sayang sama kak Salsa.”
“Kalau begitu menikahlah dengan mas Adnan.”
Nazwa melepaskan tangan Salsa tanpa menjawab pernyataan darinya.
Adnan berdiri dari posisi duduknya, melangkahkan kakinya untuk pergi dari rumah itu. Sebelum dia benar-benar keluar, Adnan meminta Salsa untuk mengurungkan niatnya. Karena dia tidak ingin mempermainkan pernikahan.
.
.
.
Di sepertiga malam, Nazwa tengah duduk di atas sajadah miliknya. Perempuan itu tengah mengadukan keluh kesah pada Tuhannya. Meminta kesembuhan untuk kakaknya, juga jalan terbaik untuk keluarganya. Nazwa berdoa dengan sungguh-sungguh, hingga pipinya telah basah oleh buliran air matanya.
Sudah beberapa hari, Salsa tidak pulang ke rumahnya. Setiap harinya perempuan berstatus istrinya Adnan itu pergi ke tempat shooting dan pulang ke rumah orang tuanya.
Begitupun dengan Adnan, sejak kejadian beberapa hari lalu, laki-laki itu belum menunjukkan batang hidungnya lagi di rumah ini. Kecewa, jelas. Siapa yang menyangka, istrinya yang telihat baik-baik saja menyuruhnya untuk menikah lagi.
“Apa kak Salsa belum bangun?” Gumam Nazwa, saat selesai menghidangkan masakannya di atas meja.
“Coba kamu lihat dulu, kakakmu.” Titah Farah.
“Iya ma.”
Nazwa menaiki anak tangga menuju ke lantai atas. Sesampainya di depan pintu kamar Salsa, Nazwa mengetuk berulang kali, namun tidak ada jawaban. Kemudian dia membuka pintu, beruntungnya tidak terkunci.
“Kak Salsa? Kak Salsa, ayo sarapan.” Nazwa mengguncang tubuh Salsa yang masih bergelung dengan selimut.
Tangannya terulur menyentuh pipi Salsa, betapa terkejutnya dia mendapati suhu tubuh Salsa yang sangat panas.
Makanan yang tersaji sejak tadi, kini terabaikan. Seisi rumah panik, lantaran Nazwa yang berteriak memanggil orang tuanya dari kamar Salsa.
Imran mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, tergurat raut kepanikan yang terlihat dari wajahnya.
“Pelan-pelan aja mas, Salsa pasti baik-baik aja.” Ucap Farah menenangkan suaminya yang tengah kalap.
Nazwa yang duduk di kursi belakang sambil memangku Salsa, hanya terus menangis dengan sesenggukan.
Setibanya di rumah sakit, Salsa mendapatkan penanganan di IGD. Dokter Fauzan, selaku dokter yang menangani Salsa berlari kecil menuju ruang IGD.
Di tengah kesedihannya, Nazwa menyuruh orang tuanya untuk menghubungi Adnan. Bagaimanapun, Adnan adalah suaminya Salsa.
Adnan tiba di rumah sakit setelah Salsa di pindahkan ke kamar. Melihat istrinya yang terbaring lemah, merasa bersalah sebagai suami. Dia sendiri malah menghindari Salsa beberapa hari ini.
“Sa... aku minta maaf. Maaf karna udah bersikap dingin sama kamu beberapa hari ini. Andai rasa sakit kamu bisa aku tanggung semuanya.” Lirih Adnan dengan bola matanya yang tampak memerah.
Engh.
Salsa melenguh kecil, merasakan sekujur tubuhnya sangat lemah. Bagaimana tidak, beberapa hari ini dia menyibukkan diri dengan pekerjaannya sebagai artis, tanpa memikirkan kondisi tubuhnya.
Perlahan dia membuka matanya, hingga terbuka sepenuhnya, Salsa menyadari kehadiran suaminya yang berada di sampingnya.
“Mas...”
“Iya Sa?”
“Nazwa mana?”
“Nazwa di luar, sama mama juga ayah.” Jawab Adnan.
“Aku mau bicara sama mas juga Nazwa.” Lirihnya.
Salsa tetap kukuh pada keputusannya, dia tetap ingin suami dan adiknya menikah. Perempuan itu sampai memohon, dengan berbagai alasan. Tangisnya pecah saat Adnan juga Nazwa hanya berdiam diri.
“Kalau begitu, aku nggak mau melakukan pengobatan ataupun berobat ke luar negeri.” Putus Salsa.
Farah menghela napas panjang begitu mendengar ucapan Salsa, dia tahu bahwa putrinya sangat keras kepala. Apapun yang diinginkannya harus terpenuhi, kalau tidak, ya seperti saat ini. Dia akan merajuk, mogok melakukan sesuatu ataupun melakukan hal nekat lainnya.
“Baiklah kalau itu mau kamu, aku akan menikahi Nazwa.” Tegas Adnan.
“Mas.” Pekik Nazwa.
“Kamu tahu sendiri sifat Salsa seperti apa, yang terpenting saat ini adalah kesembuhannya.” Jelas Adnan.
“Pernikahan itu bukanlah permainan mas, apalagi berpoligami. Itu tidaklah mudah.” Tentang Nazwa.
“Bukankah dengan istri pertama mengizinkan, seorang suami boleh menikah lagi. Apalagi alasanku menginginkan kalian menikah karena aku sakit dan juga belum bisa memberikan keturunan untuk mas Adnan.” Salsa pernah membaca di sebuah situs tentang syarat suami berpoligami.
“Kak istighfar, jangan mendahului Allah. Kak Salsa sama mas Adnan belum lama menikah, diluaran sana banyak pasangan suami istri yang lama dalam menanti buah hati mereka. Bahkan belasan tahun menikah baru di karuniai anak.”
“Bukankah di zaman modern sekarang, rumah sakit yang bisa melakukan pengobatan terbaik udah banyak...”
“Tidak ada lagi alasan, Na. Mas Adnan sudah setuju. Aku ingin pernikahan kalian di adakan secepatnya.”
Nazwa ingin memberikan alasan lain lagi agar bisa menentang keinginan Salsa, namun Salsa lebih dulu memotong pembicaraannya.
“Aku mau istirahat, tolong tinggalin aku sendiri.”
Demi menghindari penolakan lagi dari Nazwa, Salsa memiringkan tubuhnya membelakangi semua orang.
Pikirannya terus menolak, namun hatinya yang selembut kapas, Nazwa tidak akan tega kakaknya tidak melakukan apapun demi kesembuhannya.
Kenapa mas Adnan menuruti keinginan kak Salsa, begitu aja. Apa dia nggak berpikir panjang kedepannya gimana, apa dia nggak tahu seperti apa rasanya seorang istri yang rela mengizinkan suaminya menikah lagi. Batin Nazwa.
Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit sambil melamun, memikirkan tindakan apa yang harus diambilnya. Dia hanya tahu Allah-lah Sang Maha Segalanya. Termasuk membolak balikkan isi hati manusia.
Karena pagi belum sempat sarapan, perutnya kini terasa sangat lapar. Mungkin untuk saat ini mengisi perutnya terlebih dahulu yang harus dia lakukan.
Saat menuju ke kantin, Nazwa tidak sengaja berpapasan dengan Guntur. Laki-laki yang selama ini terang-terangan menyukainya, bahkan dalam waktu dekat dia ingin melamar Nazwa. Tidak ada ikatan di antara mereka, bagi Nazwa jika memang dia mencintainya, maka temuilah kedua orang tuanya. Dan hal itu di sanggupi oleh Guntur, meskipun diantara keduanya belum ada yang berani untuk mengatakan pada orang tua masing-masing.
“Nazwa?” Guntur memasang senyum termanisnya.
Laki-laki itu tidak kalah tampan di bandingkan dengan Adnan, apalagi saat tersenyum seperti sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
Salsa walaupun sedang sakit iya memikirkan kebahagiaan suaminya untuk menikahi Nazwa
2023-12-27
1