CROMULENT

CROMULENT

Bab 1. Bertemu Cinta Pertama

"Catherine, tanda tangani surat pisah kita! Kamu juga tidak akan mendapatkan sepeser pun dari harta kekayaanku! Itu sudah tertuang jelas di dalam surat perjanjian pranikah kita," tegas Daniel Osvaldo.

Catherine sudah menyangka kalau kejadian ini pasti datang. Mama mertuanya pun terlihat tidak peduli atas kehancuran rumah tangganya. Selama lima tahun ini, pernikahan mereka baik-baik saja. Namun, akhir-akhir ini Daniel menunjukkan banyak perubahan dan mulai menjauh.

Catherine baru berusia 28 tahun. Tentunya masih belum terlambat untuk memiliki momongan, tetapi agaknya kesempatan itu sudah tidak ada lagi. Ditambah dengan kabar burung bahwa suaminya telah memiliki wanita idaman lain di luaran sana.

"Mam, tidakkah kamu ingin mempertahankan hubungan kami?" Catherine Eleanor berusaha meminta perlindungan dari mama mertuanya, Helena Lolanthe.

Wanita itu awalnya diam, tetapi beberapa saat kemudian membuka suara. Cukup mengejutkan bagi pendengaran Catherine.

"Mama tidak peduli pada keputusan Daniel, Catherine. Kurasa sudah saatnya menukarmu dengan wanita yang lain. Daniel harus mencari yang lebih produktif, bukan? Mungkin kamu lupa bahwa selama lima tahun ini kami semua menunggu kabar baik darimu, tetapi kenyataannya tidak sama sekali. Kami hanya hidup dalam harapan palsu!" Ucapan yang sangat menyakitkan terlontar dari bibir Helena.

"Nah, kamu dengar ucapan mamaku, bukan? Tidak ada alasan lagi kamu menolak perceraian kita. Segera tanda tangani lalu keluar dari rumahku!" bentak Daniel.

Pria yang selama ini dicintai, ditemani berjuang hingga berhasil, dan sekarang mendepaknya dengan sebuah surat cerai. Walaupun Catherine belum tahu siapa selingkuhan suaminya, cepat atau lambat dia pasti bertemu.

Tidak ada lagi gunanya mendebat. Surat cerai sudah ditandatangani lebih dulu oleh Daniel. Itu artinya, tinggal menunggu persetujuan Catherine saja.

"Baiklah kalau itu maumu, Daniel. Jangan sampai kamu menyesal karena melepaskan aku dengan cara seperti ini," ujar Catherine dengan sedikit mengumpat. Dia berharap bahwa suaminya menyesal telah menceraikannya.

Catherine segera membubuhkan tanda tangan di atas kertas tersebut. Lalu, Daniel segera mengambilnya setelah mendapat apa yang diinginkan.

"Kamu pikir aku menyesal, Cathy? Tidak sama sekali!"

Cathy sebenarnya adalah panggilan cinta dan sayang yang ditujukan Daniel pada istrinya. Saat perceraian pun dia masih menyebutkan nama itu, tetapi Catherine tidak menganggap itu sebuah panggilan cinta lagi. Dengan kata lain, itu seperti sebuah hinaan yang sangat menyakitkan.

"Oh, ya, segera kemasi barangmu dan tinggalkan rumahku!" Sekali lagi Daniel memberikan perintah pengusiran sepihak.

Catherine masih berdiri di tempatnya. Seperti ada lem yang membuatnya sulit bergerak. Dia memindai ke segala arah dan mencoba mengingat setiap kebahagiaan yang pernah mereka lalui. Namun, tidak ada angin ataupun hujan, tiba-tiba disuguhkan surat cerai di hadapannya.

"Ayo, tunggu apalagi? Apa kamu tidak mendengar ucapan Daniel barusan? Dia sudah menceraikanmu dan lekaslah angkat kaki dari sini!" Helena menyumbangkan suara untuk mempertegas ucapan putranya barusan.

Susah payah Catherine menahan air mata, nyatanya susah sekali. Dia berjalan menuju ke kamar dengan deraian air mata, tetapi dengan suara tangis tertahan. Dia tidak bisa memperdengarkan suara tangisan yang begitu kencang karena Daniel dan Helena pasti akan menertawakan dirinya.

Dia segera mengemasi beberapa pakaiannya dimasukkan ke dalam koper. Dia ingin mengambil perhiasannya, tetapi sebuah suara mengejutkannya.

"Letakkan semua itu! Bukan hakmu membawa perhiasan pemberianku. Oh, ya, jangan lupa lepaskan cincin pernikahan itu dan juga perhiasan yang kamu pakai saat ini. Semuanya letakkan di meja!" ucap Daniel.

Jahat sekali Daniel! Dia meminta semuanya ditanggalkan begitu saja tanpa memberikan satu pun perhiasan mewah yang selama ini dipakai Catherine.

"Daniel, kenapa kamu lakukan itu?"

"Kamu lupa dengan perjanjian pranikah kita, bukan? Kalau kita bercerai, kamu hanya bisa membawa beberapa potong baju saja. Tidak akan ada perhiasan, uang kompensasi, atau apa pun itu."

"Daniel, kamu sungguh kejam padaku!" Catherine memukul dada bidang mantan suaminya.

Biasanya dada itu yang menjadi sandaran, tetapi saat ini malah menjadi musuh terbesarnya. Daniel langsung menepis tangan Catherine dengan sangat kuat.

"Itu tidak sebanding dengan penantianku selama lima tahun ini, Catherine. Aku juga ingin seperti keluarga lainnya yang bisa memiliki keturunan. Terlebih aku adalah anak tunggal. Jadi, sudah sewajarnya kalau aku memutuskan keputusan secara sepihak ini. Kamu harus menerimanya. Jika sudah tidak ada lagi yang perlu kamu ambil dari kamar ini, segeralah keluar!" Daniel menunjuk ke pintu kamar yang terbuka lebar.

Catherine menarik kopernya. Dia berjalan melewati beberapa anak tangga sampai ke bawah. Berpapasan dengan Helena, tetapi wanita itu seolah tidak melihatnya.

Ya, Catherine keluar tanpa membawa uang sedikit pun. Daniel juga merampas sisa tabungan, bahkan ATM-nya pun dirampas.

Catherine berjalan menggunakan kaki telanjangnya. Dia menarik koper dengan rasa sesak, ingin berteriak, dan mencurahkan segala kegetiran hidupnya kepada alam semesta ini. Padahal baru semalam bisikan cinta Daniel masih berdecit di ranjangnya.

Saat rasa putus asa tidak bertepi, sebuah mobil sedan mewah mendadak berhenti di depannya. Catherine mengehentikan langkahnya lalu melihat siapa yang akan turun dari mobil itu.

Seorang pria berkacamata hitam, dengan penampilannya yang maskulin, tubuhnya tinggi tegap, dan hampir membuat Catherine tidak mengenalinya.

Saat kacamata itu dilepas, tatapan matanya beradu. Pria itu seakan memindai wajah wanita itu. Begitu pula dengan Catherine.

"Edward?"

"Catherine?"

Keduanya sama-sama mengingat. Tentu saja. Baik Edward maupun Catherine pernah memiliki hubungan spesial di masa lalu.

"Ayo, masuk ke mobilku!" Edward langsung menarik koper itu lalu memasukkannya ke dalam bagasi.

Setelah mobil meluncur kembali, Edward tidak banyak bertanya. Mungkin ada sesuatu yang sedang dialami Catherine. Supaya perasaan wanita itu tidak terluka, Edward tetap diam dan membiarkannya. Dia akan menunggu sampai Catherine bercerita dengan kemauannya sendiri.

"Kamu tidak tanya aku kenapa?"

Edward tersenyum. "Kamu sudah memahamiku lebih baik, Catherine. Tidak perlu bertanya lagi, tetapi aku menunggumu bercerita."

Terjadi kegetiran di dalam lubuk hatinya. Andaikan perjodohan itu tidak terjadi. Andaikan mendiang kedua orang tuanya tidak memaksa Catherine menikah dengan Daniel. Mungkin dia sudah hidup berbahagia dengan pria di sampingnya saat ini.

"Aku diceraikan suamiku, Edward. Dia mengusirku dari rumah dan mengambil segalanya."

"Aku turut bersedih dengan apa yang terjadi padamu, Catherine. Lalu, kamu mau ke mana sekarang?"

Inilah yang sedang dipikirkan Catherine saat ini. Rumah peninggalan orang tuanya sudah dijual oleh Daniel dan dijadikan tambahan modal untuk bisnisnya kala itu. Catherine menurut saja karena Daniel meyakinkan dirinya bahwa untuk usaha ini akan menghasilkan uang yang banyak. Memang benar kenyataannya, tetapi setelah tanda tangan perceraian, Catherine tidak mendapatkan apa-apa.

"Aku tidak tahu, Edward."

Jika Catherine mau, dia ingin dibawa ke mana pun oleh cinta pertamanya itu. Namun, mulutnya kelu untuk mengatakan karena takut menyakiti istri Edward.

Terpopuler

Comments

SEPTi

SEPTi

Jadi Edward pun sudah menikah??

2023-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!