NovelToon NovelToon

CROMULENT

Bab 1. Bertemu Cinta Pertama

"Catherine, tanda tangani surat pisah kita! Kamu juga tidak akan mendapatkan sepeser pun dari harta kekayaanku! Itu sudah tertuang jelas di dalam surat perjanjian pranikah kita," tegas Daniel Osvaldo.

Catherine sudah menyangka kalau kejadian ini pasti datang. Mama mertuanya pun terlihat tidak peduli atas kehancuran rumah tangganya. Selama lima tahun ini, pernikahan mereka baik-baik saja. Namun, akhir-akhir ini Daniel menunjukkan banyak perubahan dan mulai menjauh.

Catherine baru berusia 28 tahun. Tentunya masih belum terlambat untuk memiliki momongan, tetapi agaknya kesempatan itu sudah tidak ada lagi. Ditambah dengan kabar burung bahwa suaminya telah memiliki wanita idaman lain di luaran sana.

"Mam, tidakkah kamu ingin mempertahankan hubungan kami?" Catherine Eleanor berusaha meminta perlindungan dari mama mertuanya, Helena Lolanthe.

Wanita itu awalnya diam, tetapi beberapa saat kemudian membuka suara. Cukup mengejutkan bagi pendengaran Catherine.

"Mama tidak peduli pada keputusan Daniel, Catherine. Kurasa sudah saatnya menukarmu dengan wanita yang lain. Daniel harus mencari yang lebih produktif, bukan? Mungkin kamu lupa bahwa selama lima tahun ini kami semua menunggu kabar baik darimu, tetapi kenyataannya tidak sama sekali. Kami hanya hidup dalam harapan palsu!" Ucapan yang sangat menyakitkan terlontar dari bibir Helena.

"Nah, kamu dengar ucapan mamaku, bukan? Tidak ada alasan lagi kamu menolak perceraian kita. Segera tanda tangani lalu keluar dari rumahku!" bentak Daniel.

Pria yang selama ini dicintai, ditemani berjuang hingga berhasil, dan sekarang mendepaknya dengan sebuah surat cerai. Walaupun Catherine belum tahu siapa selingkuhan suaminya, cepat atau lambat dia pasti bertemu.

Tidak ada lagi gunanya mendebat. Surat cerai sudah ditandatangani lebih dulu oleh Daniel. Itu artinya, tinggal menunggu persetujuan Catherine saja.

"Baiklah kalau itu maumu, Daniel. Jangan sampai kamu menyesal karena melepaskan aku dengan cara seperti ini," ujar Catherine dengan sedikit mengumpat. Dia berharap bahwa suaminya menyesal telah menceraikannya.

Catherine segera membubuhkan tanda tangan di atas kertas tersebut. Lalu, Daniel segera mengambilnya setelah mendapat apa yang diinginkan.

"Kamu pikir aku menyesal, Cathy? Tidak sama sekali!"

Cathy sebenarnya adalah panggilan cinta dan sayang yang ditujukan Daniel pada istrinya. Saat perceraian pun dia masih menyebutkan nama itu, tetapi Catherine tidak menganggap itu sebuah panggilan cinta lagi. Dengan kata lain, itu seperti sebuah hinaan yang sangat menyakitkan.

"Oh, ya, segera kemasi barangmu dan tinggalkan rumahku!" Sekali lagi Daniel memberikan perintah pengusiran sepihak.

Catherine masih berdiri di tempatnya. Seperti ada lem yang membuatnya sulit bergerak. Dia memindai ke segala arah dan mencoba mengingat setiap kebahagiaan yang pernah mereka lalui. Namun, tidak ada angin ataupun hujan, tiba-tiba disuguhkan surat cerai di hadapannya.

"Ayo, tunggu apalagi? Apa kamu tidak mendengar ucapan Daniel barusan? Dia sudah menceraikanmu dan lekaslah angkat kaki dari sini!" Helena menyumbangkan suara untuk mempertegas ucapan putranya barusan.

Susah payah Catherine menahan air mata, nyatanya susah sekali. Dia berjalan menuju ke kamar dengan deraian air mata, tetapi dengan suara tangis tertahan. Dia tidak bisa memperdengarkan suara tangisan yang begitu kencang karena Daniel dan Helena pasti akan menertawakan dirinya.

Dia segera mengemasi beberapa pakaiannya dimasukkan ke dalam koper. Dia ingin mengambil perhiasannya, tetapi sebuah suara mengejutkannya.

"Letakkan semua itu! Bukan hakmu membawa perhiasan pemberianku. Oh, ya, jangan lupa lepaskan cincin pernikahan itu dan juga perhiasan yang kamu pakai saat ini. Semuanya letakkan di meja!" ucap Daniel.

Jahat sekali Daniel! Dia meminta semuanya ditanggalkan begitu saja tanpa memberikan satu pun perhiasan mewah yang selama ini dipakai Catherine.

"Daniel, kenapa kamu lakukan itu?"

"Kamu lupa dengan perjanjian pranikah kita, bukan? Kalau kita bercerai, kamu hanya bisa membawa beberapa potong baju saja. Tidak akan ada perhiasan, uang kompensasi, atau apa pun itu."

"Daniel, kamu sungguh kejam padaku!" Catherine memukul dada bidang mantan suaminya.

Biasanya dada itu yang menjadi sandaran, tetapi saat ini malah menjadi musuh terbesarnya. Daniel langsung menepis tangan Catherine dengan sangat kuat.

"Itu tidak sebanding dengan penantianku selama lima tahun ini, Catherine. Aku juga ingin seperti keluarga lainnya yang bisa memiliki keturunan. Terlebih aku adalah anak tunggal. Jadi, sudah sewajarnya kalau aku memutuskan keputusan secara sepihak ini. Kamu harus menerimanya. Jika sudah tidak ada lagi yang perlu kamu ambil dari kamar ini, segeralah keluar!" Daniel menunjuk ke pintu kamar yang terbuka lebar.

Catherine menarik kopernya. Dia berjalan melewati beberapa anak tangga sampai ke bawah. Berpapasan dengan Helena, tetapi wanita itu seolah tidak melihatnya.

Ya, Catherine keluar tanpa membawa uang sedikit pun. Daniel juga merampas sisa tabungan, bahkan ATM-nya pun dirampas.

Catherine berjalan menggunakan kaki telanjangnya. Dia menarik koper dengan rasa sesak, ingin berteriak, dan mencurahkan segala kegetiran hidupnya kepada alam semesta ini. Padahal baru semalam bisikan cinta Daniel masih berdecit di ranjangnya.

Saat rasa putus asa tidak bertepi, sebuah mobil sedan mewah mendadak berhenti di depannya. Catherine mengehentikan langkahnya lalu melihat siapa yang akan turun dari mobil itu.

Seorang pria berkacamata hitam, dengan penampilannya yang maskulin, tubuhnya tinggi tegap, dan hampir membuat Catherine tidak mengenalinya.

Saat kacamata itu dilepas, tatapan matanya beradu. Pria itu seakan memindai wajah wanita itu. Begitu pula dengan Catherine.

"Edward?"

"Catherine?"

Keduanya sama-sama mengingat. Tentu saja. Baik Edward maupun Catherine pernah memiliki hubungan spesial di masa lalu.

"Ayo, masuk ke mobilku!" Edward langsung menarik koper itu lalu memasukkannya ke dalam bagasi.

Setelah mobil meluncur kembali, Edward tidak banyak bertanya. Mungkin ada sesuatu yang sedang dialami Catherine. Supaya perasaan wanita itu tidak terluka, Edward tetap diam dan membiarkannya. Dia akan menunggu sampai Catherine bercerita dengan kemauannya sendiri.

"Kamu tidak tanya aku kenapa?"

Edward tersenyum. "Kamu sudah memahamiku lebih baik, Catherine. Tidak perlu bertanya lagi, tetapi aku menunggumu bercerita."

Terjadi kegetiran di dalam lubuk hatinya. Andaikan perjodohan itu tidak terjadi. Andaikan mendiang kedua orang tuanya tidak memaksa Catherine menikah dengan Daniel. Mungkin dia sudah hidup berbahagia dengan pria di sampingnya saat ini.

"Aku diceraikan suamiku, Edward. Dia mengusirku dari rumah dan mengambil segalanya."

"Aku turut bersedih dengan apa yang terjadi padamu, Catherine. Lalu, kamu mau ke mana sekarang?"

Inilah yang sedang dipikirkan Catherine saat ini. Rumah peninggalan orang tuanya sudah dijual oleh Daniel dan dijadikan tambahan modal untuk bisnisnya kala itu. Catherine menurut saja karena Daniel meyakinkan dirinya bahwa untuk usaha ini akan menghasilkan uang yang banyak. Memang benar kenyataannya, tetapi setelah tanda tangan perceraian, Catherine tidak mendapatkan apa-apa.

"Aku tidak tahu, Edward."

Jika Catherine mau, dia ingin dibawa ke mana pun oleh cinta pertamanya itu. Namun, mulutnya kelu untuk mengatakan karena takut menyakiti istri Edward.

Bab 2. Mengubah Takdir

Catherine dibawa ke rumah besar Edward yang lebih mirip mansion ketimbang rumah pada umumnya. Semula Catherine tidak yakin untuk masuk ke rumah itu. Dia takut terjadi kesalahpahaman dengan istri Edward.

"Kenapa berhenti di situ? Ayo, masuk!"

"Edward, apa kamu yakin? Aku takut istrimu marah."

Tawa Edward yang selama ini tidak pernah ada mendadak menjadi tawa renyah. Tidak hanya sampai di situ, beberapa maid terlihat memperhatikan tuannya sangat berbeda hari ini. Dia bisa bersikap lembut, hangat, dan ceria.

"Kamu ini bicara apa, Catherine? Mana mungkin aku bisa menikah, sedangkan hatiku masih tertaut dengan cinta pertamaku? Aku tidak berharap mendapat cinta kedua, ketiga, dan seterusnya."

Catherine membungkam mulutnya sendiri. Penampilannya kali ini pasti membuat seluruh isi mansion tidak percaya. Wanita dengan sebuah koper, terlihat lusuh, tanpa alas kaki, dan wajahnya berantakan. Seperti baru saja dipungut di jalanan oleh tuannya.

"Edward, aku harus cuci kaki dulu. Takut mansionmu kotor." Catherine hanya berusaha mencari alasan. Tidak mungkin Edward bisa sekuat itu setelah ditinggal menikah lima tahun yang lalu.

"Masuklah! Bersihkan dirimu di dalam."

Tidak ada perdebatan lagi. Jantung Catherine seakan kembali pada masa di mana mereka masih menjalin hubungan spesial dan berakhir di meja pernikahan. Sebenarnya tidak ada kata putus di antara keduanya. Catherine mendadak menghilang karena takut berhadapan dengan Edward.

Salah satu maid menyediakan segala keperluan Catherine. Mulai dari perlengkapan mandi, makanan, alas kaki, dan segala keperluan yang dibutuhkan Catherine. Dia juga mendapatkan baju baru untuk menggantikan baju lamanya.

"Duduklah!" Edward berada di ruangan yang lebih mirip seperti ruang keluarga, tetapi terlihat sangat privasi sekali. Tidak ada orang yang lalu-lalang di sana.

Catherine menurut saja. Pandangannya tertuju pada Edward. Pria yang pernah ditinggalkan dulu, kini terlihat semakin tampan dan terawat. Mungkin itu adalah bukti bagaimana uang berbicara.

"Jadi, apa masalahmu sebenarnya?"

Edward hanya ingin tahu. Kemungkinan bila ada sesuatu yang perlu diselesaikan, maka dia siap membantu. Dia pun terlihat tidak terluka saat melihat wajah Catherine. Walau Edward sendiri merasa banyak yang berubah dari diri Catherine sendiri.

Catherine mulai menceritakan bagaimana Daniel menipunya dengan perjanjian pranikah, lamanya tidak memiliki keturunan, kabar burung perselingkuhan suaminya, dan yang menjadi puncaknya adalah ketika Catherine diminta untuk menandatangani surat cerai.

Semua itu tidak ada artinya di mata mertua atau siapa pun di sana. Dia seperti orang buangan yang tidak punya kesempatan untuk hidup. Mungkin saja Catherine akan mengakhiri hidupnya setelah tahu tidak adalagi harapan dan impian yang perlu dia raih.

Catherine hanya mendapatkan baju yang menurutnya tidak ada artinya. Tidak ada uang, kompensasi, atau apa pun itu. Daniel adalah sosok pria serakah yang membuat Catherine membenci pernikahan baru-baru ini.

"Maaf, aku turut prihatin. Selanjutnya apa yang ingin kamu lakukan? Apa kamu akan berdiam diri saja diperlakukan seperti itu?"

Catherine menggeleng. "Aku ingin membalas perbuatan mereka."

Suara Catherine bergetar. Seakan dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana. Masuk ke rumah Daniel atau perusahaan untuk merebut kembali yang harus menjadi haknya adalah perkara sulit.

"Menggunakan cara apa?"

Catherine diam. Bukannya tidak mau menjawab, tetapi dia bingung dengan rencana gilanya yang tumbuh di otak secara tiba-tiba.

"Aku ingin melakukan operasi plastik. Mengubah takdirku. Aku ingin memiliki kepribadian, nama, kedudukan, wajah, dan tubuh yang baru."

Terkesan mengada-ada, tetapi itulah kenyataannya. Dia memiliki alasan khusus, mengapa harus melakukan itu? Di mata Daniel, Catherine bukan sosok yang cantik. Itu terbukti jelas karena Catherine tidak punya waktu untuk merawat diri. Dia lebih tepat dianggap sebagai kepala maid di rumahnya sendiri. Urusannya bukan lagi tentang mencintai diri sendiri, tetapi lebih kepada fokus mengurus semua orang di sana.

Bukti lainnya lagi adalah kabar perselingkuhan suaminya. Ralat, mantan suaminya yang sampai detik ini belum pernah ditemui. Satu-satunya alasan karena Catherine yakin bahwa wanita itu sempurna dan sangat cantik.

Edward diam. Ada rasa sesal terlihat di matanya. Wanita yang dicintai mengalami kepahitan hidup seperti itu. Dia bisa saja menyetujui rencana gilanya, tetapi banyak konsekuensi yang harus dihadapi Catherine suatu hari nanti.

"Catherine, aku tidak tahu cara yang kamu pilih itu benar atau tidak. Menurut pendapatku itu salah besar, tetapi mengingat kamu memiliki tujuan lain, aku tidak bisa menolaknya. Hanya saja proses itu butuh waktu, Catherine. Apa kamu siap? Setidaknya minimal satu tahun sampai kamu benar-benar menjadi sosok yang berbeda, tetapi bolehkah aku meminta sesuatu darimu?"

Catherine tidak mungkin menolak. Operasi plastik membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tentunya dia akan mencari rumah sakit yang sudah direkomendasikan di luar negeri. Walaupun di negaranya sendiri sudah ada, tetapi melakukannya di sini bukan sebuah solusi. Catherine harus menghilang untuk beberapa waktu.

"Apa?"

"Tetaplah menjadi Catherine yang aku cintai selama ini. Apa pun akan aku lakukan untukmu, tetapi tolong jangan pernah berubah."

Catherine terharu. "Edward, mengapa kamu tidak membenciku saja? Aku sudah menyakitimu, tetapi kamu tetap bisa bersikap baik seperti ini."

"Aku mempercayai kesempatan kedua, Catherine. Saat aku mendapatkan kembali, tidak akan pernah kusia-siakan."

Edward mulai mencari rekomendasi rumah sakit di luar negeri yang bisa melakukan operasi plastik dengan baik. Dia juga harus menyiapkan identitas baru untuk Catherine setelah dia pulang nanti. Kesibukan Edward mendadak bertambah.

Dia juga harus menyiapkan guru kepribadian khusus untuk menangani Catherine sebelum kembali pada tujuannya. Tentu saja hal itu membuat Edward sangat bahagia. Dia bisa bersama dengan Catherine selama proses itu berlangsung.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, operasi plastik sampai Catherine benar-benar siap, butuh waktu satu tahun. Kemungkinan terjelek bisa sampai dua tahun.

"Walaupun kamu berubah, aku tetap akan mencintaimu seperti Catherine yang dulu. Gadis kesayangan Edward!"

Ucapan itu yang selalu terngiang-ngiang di telinga Catherine. Awalnya, dia sangat ketakutan saat mendengar rumah sakit. Dia takut jarum suntik, bau obat-obatan yang membuatnya pusing, jarum infus yang katanya sakit saat pertama kali bersatu dengan pembuluh darah, dan yang paling menyebalkan adalah warna darah bisa membuat Catherine mual bahkan sampai muntah.

Namun, demi tekatnya yang kuat untuk membalas dendam, dia mengabaikan semua itu. Dia yang langsung mengalami pembedahan dengan waktu yang cukup panjang. Mulai dari penentuan konsep wajah yang akan dimiliki. Beberapa bagian tertentu yang ingin diubah. Sampai menuju hasil akhir.

Semua itu atas campur tangan Edward. Walaupun banyak yang berubah, tetapi satu yang tidak akan pernah berubah, yaitu cinta. Hatinya kembali terpusat pada Edward. Cinta pertama dan akan menjadi bagian terakhir dalam hidupnya.

Bab 3. Sarah Victoria

Sarah Victoria baru saja kembali setelah perjalanan panjang. Dia menuruni anak tangga pesawat dengan sangat luwes bak peragawati. Penampilannya terlihat sangat cantik dan sempurna.

Mobil jemputan sudah dikabarkan tiba di bandara sekitar sepuluh menit yang lalu. Kakaknya sendiri yang sudah mengurus segalanya sampai Sarah bisa kembali ke tujuannya.

"Kamu siap untuk melakukan balas dendam, Sarah," gumamnya.

Edward Harrison telah mengumumkan kedatangan adiknya kepada beberapa klien bisnisnya. Bahkan dia pun mengadakan jamuan makan malam. Dia juga mengundang Daniel, pria yang menjadi target balas dendam Catherine di masa lalu.

Edward sengaja tidak menjemput Sarah karena sesuatu hal. Jantungnya pasti berdetak tidak beraturan. Ya, Catherine Eleanor, cinta pertamanya kini berubah menjadi Sarah Victoria yang diakui menjadi adiknya. Cara seperti ini akan memudahkan Sarah masuk ke dalam kehidupan Daniel. Tentunya dengan kecantikan dan kekayaan yang dimiliki.

"Ini sangat membosankan. Kak Edward tidak menjemputku," ucap Sarah di hadapan sopir pribadinya.

Banyak yang berubah dari diri Catherine. Dulu, penampilannya lusuh, tidak terawat, wajahnya tidak menarik, kurus, rambut pirangnya juga tidak terawat, ditambah lagi tubuhnya yang sangat kerempeng.

Sekarang wajahnya jauh lebih berisi, lebih seksi, rambutnya menghitam sedikit ikal. Perbedaannya 180 derajat dari Catherine di masa lalu. Suaranya lebih lemah lembut, sikapnya mencerminkan kaum bangsawan yang sejajar dengan Edward saat ini.

Butuh 15 bulan sampai Sarah kembali dari perjuangan panjangnya mengakhiri hidup Catherine di atas meja operasi. Dia ingin hidup menjadi Sarah untuk Daniel dan tetap menjadi Catherine di hati Edward.

"Tuan Edward sedang sibuk menyiapkan jamuan makan malam, Nona."

"Ya, baiklah. Langsung pulang saja."

Sarah sudah tidak sabar ingin memeluk Edward. Selama 15 bulan di sana, Edward hanya menemaninya sampai 6 bulan pertama. Selanjutnya dia tidak pernah datang. Alasannya klise sekali, bukan?

"Aku ingin kamu fokus menyelesaikan semua ini dan kembali menjadi Sarah yang luar biasa."

Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Catherine saat itu. Nama Sarah Victoria adalah pemberian dari Edward, bahkan wajahnya saat ini juga pilihan dari Edward saat penentuan bentuk muka seperti apa yang diinginkan.

"Tuan meminta Anda untuk berbelanja sebentar, Nona. Silakan baca pesannya, Nona!" Sebelum mengemudikan mobilnya, sopir itu memberikan satu amplop berukuran kecil.

Aneh sekali. Mengapa Edward tidak menghubunginya saja? Melalui pesan singkat di ponsel, misalnya.

"Terima kasih."

Sarah segera membuka pesan itu. Terbukti bahwa tulisan tangan Edward memang bagus sejak dulu. Setelah membaca pesan singkat itu, Sarah ingin tersenyum memandang wajah Edward.

"Ck, dia memintaku membeli gaun malam yang seksi. Benar-benar meresahkan sekali," gumam Sarah.

Sebenarnya tujuan Edward melakukan itu karena ingin membuat Daniel terjebak dengan sikapnya sendiri. Mungkin dengan melihat penampilan seksi Sarah, Daniel berubah mendekatinya lalu Sarah bisa dengan leluasa masuk ke dalam rumah dan perusahaan pria itu. Setidaknya balas dendam Catherine bisa berlangsung dengan cepat.

Walaupun itu harus mengorbankan ego seorang Edward sekali pun. Toh, apa yang dilakukannya saat ini hanya untuk memastikan tikus masuk ke perangkapnya dengan mudah.

Seperti yang sudah diperintahkan, Sarah segera pergi ke butik. Memilih beberapa gaun lalu pulang. Dia sudah merindukan sosok pria yang mengajarkan bahwa cinta tidak melulu soal harta, tetapi harta juga butuh cinta dan pengorbanan. Entah, filosofi dari mana itu? Sarah pun tidak tahu.

Kata-kata cinta dan motivasi yang didapatkan Sarah selama ini menjadikan dirinya yakin bahwa Edward adalah sosok yang tidak tergantikan. Walaupun sudah pernah menikah dengan Daniel, nyatanya cinta pertama tak ubahnya seperti sebuah arca yang berdiri kokoh di lubuk hatinya. Sarah merindukannya.

Memasuki halaman mansion yang begitu luas, jajaran maid sudah berdiri di sana untuk menyambut kedatangan nona mudanya. Adik dari Edward yang digadang-gadang akan tiba hari ini.

Perlakuan Edward padanya bak seorang ratu di sebuah istana. Baru saja turun, para maid segera mengambil koper dan beberapa barang penting yang dibawanya.

"Tuan Edward sudah menunggu Anda di lantai atas, Nona."

Ya, Nona Sarah Victoria, adik dari Edward Harrison. Adik dalam dunia nyata dan cintanya dalam hati. Hubungannya begitu rumit, tetapi demi mendapatkan keuntungan bersama, mereka rela melakukan hal seperti ini.

"Bagaimana perjalananmu?"

Edward cepat sekali menangkap kedatangan adiknya. Sebelum berhadapan, suara high heels dengan pemiliknya yang anggun bisa dirasakan. Selain itu, aroma parfumnya yang berbeda. Aromanya sangat berkelas dan khas wanita sosialita.

"Kurasa kamu sudah memantauku dari jarak beberapa radius, ya. Perjalananku lancar, Kak Edward!"

Terkesan lucu, tetapi memang seperti itulah kenyataannya. Edward segera berjalan ke sebuah kamar lalu membuka pintunya.

"Ini kamarmu, Sarah. Kamu sudah melakukan semua pesanku yang kutitipkan pada sopir? Atau dia lupa menyampaikannya padamu?"

"Tidak, Kak. Aku melakukan segalanya."

"Baguslah! Jangan sia-siakan kesempatan itu. Secepat mungkin lakukan apa pun sampai kamu bisa keluar dari kehidupan mereka. Setelah itu, kita akan membuat kehidupan yang baru. Pergilah beristirahat, Sarah. Aku mencintaimu!"

Ungkapan itu tidak sekali saja didengar oleh Sarah. Setiap kali setelah melakukan operasi, kata-kata itu yang selalu menguatkannya. Semua kehidupan yang dimiliki Sarah hari ini adalah karena Edward.

Kekayaan, jabatan, kedudukan, kemewahan, dan cinta. Semuanya dari Edward sehingga Catherine tidak mampu berpaling hanya dengan kehidupan barunya.

"Terima kasih. Jam berapa tikus itu akan datang?"

"Seperti biasa. Undangan dinner klien hebat. Akan ada banyak tamu, tetapi fokuskan dirimu pada Daniel. Ini agak sedikit ekstrim, tetapi aku berharap kamu tidak terbuai dengan rayuannya. Walaupun ... kamu pernah tidur dengannya."

Sesak sekali saat mengatakan itu. Bayangan Edward menuju bagaimana Daniel menyentuh cinta pertamanya itu. Mungkin dengan cinta ataupun tidak. Mungkin juga Daniel hanya menggunakan nafsunya saja. Selebihnya tentang kepuasan itu sendiri.

Istirahat sejenak tampaknya tidak membuat Sarah tenang. Dia berharap segera bertemu dengan Daniel, bukan karena rindu padanya. Namun, dia ingin tahu perubahannya seperti apa sekarang.

Detik-detik menuju waktu yang sudah ditentukan, Sarah merias diri di kamarnya. Dia menggunakan gaun malamnya yang terlihat begitu seksi. Andaikan ini bukan demi sebuah misi, mungkin Edward akan mengurungnya di kamar.

Melihat jam dinding di kamarnya, sudah bisa dipastikan bahwa para tamu dari kalangan elit telah datang. Ada yang tampan, kaya, berkharisma, sosok yang dingin, hangat, berwibawa, dan ada juga yang mata keranjang.

Sarah tinggal menunggu Edward masuk untuk menjemputnya. Sebelum berpisah dengannya, Edward memang mengatakan akan datang ke kamar itu lalu membawanya ke hadapan Daniel.

"Sarah, apa kamu sudah siap?" tanya Edward setelah berhasil masuk ke kamar itu dengan mengetuk pintu terlebih dahulu.

Edward terpaku melihat kecantikan Sarah. Rasanya tidak ingin menunjukkan pada semua orang, tetapi harus dalam kendalinya. Susah payah Edward menahan diri melihat penampilan Sarah kali ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!