You'Re My First Love

You'Re My First Love

Hadiah Dan Kebahagiaan Nara

Ini Nara.

Di perjalanan pulang dari kantor pak Ari yaitu papa Nara, mampir di sebuah toko musik. Pak Ari hendak membelikan violin untuk anak perempuan tercinta.

"Papa sudah pulang.. itu apa pah?" Tanya Wulanra mama dari Nara

"Ini hadiah untuk Nara mah" tersenyum

"Ohh ya.?" Ucap Wulanra sedikit kesal

Tanpa berbasa-basi lagi pak Ari langsung menghampiri kamar putrinya. Dengan hati yang gembira dan wajah yang berseri-seri, pak Ari memeluk Nara dari belakang.

"Lihat siapa yang datang?"

Nara yang melihat wajah pak Ari membuatnya sontak berdiri. Dan memeluk pak Ari dengan erat.

"Papa" ucap Nara terharu

"Bagaimana kabar anak papa?"

"Nara sangat sehat pahh" ucap Nara senang

"Papa kangennnnn banget sama putri cantik papa ini"

"Kalau papa kangen kenapa tidak pulang lebih awal? Nara nungguin papa selama berhari-hari" Nara memanyunkan bibirnya.

"Maafin papa sayang kuh.. Papa banyak kerjaan, jadinya papa gak bisa pulang lebih awal. Tapi sebagai permintaan maaf papa... Pak Ari menghentikan ucapannya

"Apa pah?"

"Papa ada Hadian untuk Nara" pak Ari memberikan yang dibelinya tadi

"Wahhhh... Apa ini pah?" Nara dengan matanya yang berbinar-binar

"Buka saja"

"Wahhh .... Violin" ucap Nara dan melompat-lompat bahagia

"Iya" ucap pak Ari yang juga ikut bahagia

"Makasih papa ku" ucapa Nara memeluk pak Ari

"Untuk putri papa, apasih yang tidak papa berikan."

Nara dan pak Ari tertawa bahagia, hingga membuat Bu Wulanra, menghampiri kamar putrinya. Namun melihat hal itu Bu Wulanra tidak turut bahagia. Dirinya justru sedikit kesal. Dan menaikkan alisnya tanda tidak suka pada putrinya.

Tapi hal itu tidak membuat Nara membenci mamanya. Nara melihat Bu Wulanra dengan mata yang tulus menyayangi mamanya.

Bu Wulanra tidak menyukai putrinya itu karena menurutnya suaminya terlalu memanjakannya. Sejak kelahiran Nara Wulanra merasa perhatian suaminya berkurang dan suaminya memberikan full pada putrinya.

Bu Wulanra lebih menyukai Khan kalanya Nara. Karena Khan tidak semanja Nara.

Khan yang cerdas cukup membuat Bu Wulanra bangga.

"Lagi-lagi papa memberi hadiah untuk Nara" ucap Bu Wulanra kesal

"Apa sih mah? Sama anak sendiri aja cemburu."

"Bukannya mama cemburu pah, tapi papa terlalu memanjakan Nara."

"Papa tidak begitu memanjakan Nara mah, papa hanya berfikir kalau suatu saat itu semua berguna bagi Nara. Papa juga tidak memberikan sesuatu yang tidak dia butuhkan. Papa tau Nara suka musik, ya makanya papa berikan Nara alat musik."

"Pokoknya papa itu berlebihan"

"Udah mah capek papa jelasin ke mama, lama-lama papa malas ngomong sama mama tuh." Ucap pak Ari yang kemudian membaringkan tubuhnya

Karena omongan suaminya itu, semakin membuat Bu Wulanra membenci Nara.

"Pagi papa" ucap Nara dengan giginya putihnya

"Pagi sayang" ucap pak Ari menuju meja makan

"Papa.. tadi malam Nara mimpi yang sangat indah, itu karena papa sudah pulang." Ucap Nara tersenyum

"Papa juga mimpi indah berkat putri cantik papa" ucap pak Ari mengusap kepala Nara

"Papa jangan lama-lama lagi yah kalau kerja, kalau perlu Nara ikut papa."

Karena ucapa Nara, pak Ari tertawa terbahak-bahak.

"Hahahah.. Emang Nara bisa bantuin papa?"

Mendengarkan itu Nara tersipu malu.

Tiba-tiba terpikir di otaknya..

"Bisa pah, Nara bisa bantu dengan doa." Ucap Nara yang langsung tertawa

Omongan itu semakin membuat pak Ari tertawa

"Hahaha.. anak papah sudah pintar rupanya yah." Ucap pak Ari yang gemas dan mencubit hidung Nara."

Melihat kebahagian suaminya dan putrinya, Bu Wulanra menatap sinis mereka.

Khan yang baru saja keluar dari kamar menuju meja makan. Khan juga suka bercanda, dia tidak kaku kayak kanebo.

Pak Ari sangat bahagia karena putra putrinya bertumbuh dengan baik.

"Khan.. bagaimana les olimpiade mu?"

"Semuanya lancar pah"

"Kamu perlu buku-buku atau yang lainnya?"

"Tidak pah.. buku yang kemarin papa belikan sudah cukup untuk Khan pelajari. Nanti kalau tambah buku lagi Khan bisa pingsan pah." Ucap Khan terkekeh

"Haha.. iya sudah kamu ulang-ulang saja materi-materinya."

"Iya pah."

"Pah mumpung hari ini hari Minggu, bagaimana kalau kita Bermain jengga?"

"Hmm.. boleh juga"

"Iya Kaka juga setuju"

Nara berlari ke kamarnya untuk mengambilkan jengga miliknya, Bu Wulanra hanya berdiam diri di kamar.

Selepas mengambil jengga, Nara menghampiri mamanya. Nara berniat untuk mengajak mamanya ikut dengan mereka.

"Mah.." ucap Nara bersemangat

"Ada apa?" Ucap Bu Wulanra kesal

"Mama mau ikut bermain jengga tidak?"

"Tidak.. mama tidak suka.

"Ayolah mah.. kita main bareng" ucap Nara memegang tangan mamanya

"Udah ahk, mama gak suka" ucap Bu Wulanra menepis tangan Nara

"Yaudah deh..Tidak apa-apa mah"ucap Nara terseyum

Nara kembali bersama pak Ari dan Khan.

Senyum Nara tidak pernah luntur di wajahnya. Pak Ari sungguh bahagia memiliki putri seperti Nara.

Mereka bertiga mulai menyusun jengga. Tantangan permainannya, yang kalah akan diberi hukuman makan jeruk nipis yang sudah ada di atas meja.

"Okehh kita mulai dari papa,Kaka dan Nara yang terakhir"

"Yehh papa lolos"

"Kaka juga lolos"

"Nara juga lolos"

Semakin sedikit jengga yang tersisa, membuat mereka lebih hati-hati untuk mengurangi jengga yang tersusun.

"Giliran papa,, yehhhh papa lolos lagi"

"Okehh.. Khan juga pasti lolos ini.. YESS"

"Yahh Nara tarik yang mama yah? Aduhhh yahh Nara yang kalah"

"Ayokk makan jeruknya" ucap pak Ari dan Khan serentak dan tertawa

Melihat ekspresi Nara makan jeruk nipis membuat mereka tertawa bahagia, Nara yang mengedip-ngedipkan matanya karena jeruk yang asam, dia juga ikut tertawa.

Tiba-tiba telepon pak Ari berbunyi.

"Hallo pak" suara dari sekretaris pak ari

"Iya hallo .. ada apa pak Rinto ?

"Saya sudah selesai mengerjakan yang bapak tugaskan kemarin, mau saya kirim sekarang atau besok saja di kantor pak ?

"Langsung saja kirimkan, biar saya periksa dulu nanti, besok kita tinggal rapat."

"Baik pak, saya tutup teleponnya ya pak"

"Iya baik"

Karena pekerjaan pak Ari membuat permainan harus berakhir, namun hal itu tidak membuat anak-anaknya kecewa.

"Nak.. maaf ya, papa harus kerja."

"Iya tidak apa-apa pah, Khan dan adik bisa ambil kegiatan yang lain. Papa kerja aja"

" Iya pah" ucap Nara

Mereka pun ambil kegiatan masing-masing. Khan yang melukis, dan Nara yang belajar violin.

Beberapa Minggu kemudian Khan mengikuti olimpiade dan Nara mengikuti kontes musik.

Hal itu sangat di nantikan pak Ari, kedua anaknya akan berjuang.

Di sisi lain Bu Wulanra merasa biasa saja pada Nara, namun pada Khan Bu Wulanra merasa senang.

Kontes musik yang berlangsung lebih awal dari olimpiade. Hingga Khan bisa melihat adiknya itu di atas panggung. Mereka langsung pun duduk. Khan dan pak Ari sangat menantikan penampilan Nara.

Terpopuler

Comments

Deni A. Arafah

Deni A. Arafah

Semangat kak untuk lanjutin ceritanya, jangan lupa mampir untuk baca Novelku ya

2023-07-18

0

lihat semua
Episodes
1 Hadiah Dan Kebahagiaan Nara
2 Kompetisi dan kemenangan
3 Liburan ke Seoul
4 Bukan Siapa-siapa tapi Cemburu
5 Ungkapan Pak Ari
6 Tragedi Pesawat Hilang Kendali
7 Meninggalnya Pak Ari
8 Nara Diasingkan
9 Penyakit pak Indra
10 Keputusasaan Nara
11 Kepalsuan Bu Wulanra
12 Kepergian Chan dan Khan
13 Suka dan Duka
14 Meninggalnya pak Indra
15 Perjuangan dan Kerja Keras Nara
16 Pertemuan Di luar Eskpektasi
17 Liburan Yang Kacau
18 Khan Mengunjungi Nara
19 Rasa Bersalah Khan
20 Pertunjukan Orkestra
21 Akhirnya Nara dan Chan Jadian
22 Cemburunya Nara
23 Mencari Nara
24 Ulah pak Bram dengan Anak Buahnya
25 Ancaman pak Abbas
26 Ketenaran Nara
27 Rencana Pak Abbas dan pak Bram
28 Chan dan Hyun Bertemu
29 Kemarahan pak David
30 Nyaman
31 Nara Batal Pergi
32 Kebahagiaan dan Kesedihan Dicampur Aduk
33 Mika Tiba di Indonesia
34 Pernikahan Chan dan Nara
35 Khan Dan Mika ke Rumah Chan
36 Liburan Berujung Perkelahian
37 Chan Merindukan Nara
38 Kerja Sama pak Baram dan Alex
39 Makan Malam Keluarga
40 Firasat Buruk
41 Kecelakaan Berujung Amnesia
42 Lupa Istri
43 Penderitaan yang Lengkap
44 Aksi Bianca
45 Ternyata Bu Wulanra di ancam pak Bram
46 Kenyataan yang Menyakitkan
47 Wajah Baru Nara
48 Draft
49 Nara Jadi Yunita
50 Mencintai Milik Orang
51 Akhirnya Chan dan Nara Bertemu Lagi
52 Menyelamatkan Mika
53 Pak Bram Dibawa Polisi
54 Akhirnya Chan Mengetahui Kebenaran
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Hadiah Dan Kebahagiaan Nara
2
Kompetisi dan kemenangan
3
Liburan ke Seoul
4
Bukan Siapa-siapa tapi Cemburu
5
Ungkapan Pak Ari
6
Tragedi Pesawat Hilang Kendali
7
Meninggalnya Pak Ari
8
Nara Diasingkan
9
Penyakit pak Indra
10
Keputusasaan Nara
11
Kepalsuan Bu Wulanra
12
Kepergian Chan dan Khan
13
Suka dan Duka
14
Meninggalnya pak Indra
15
Perjuangan dan Kerja Keras Nara
16
Pertemuan Di luar Eskpektasi
17
Liburan Yang Kacau
18
Khan Mengunjungi Nara
19
Rasa Bersalah Khan
20
Pertunjukan Orkestra
21
Akhirnya Nara dan Chan Jadian
22
Cemburunya Nara
23
Mencari Nara
24
Ulah pak Bram dengan Anak Buahnya
25
Ancaman pak Abbas
26
Ketenaran Nara
27
Rencana Pak Abbas dan pak Bram
28
Chan dan Hyun Bertemu
29
Kemarahan pak David
30
Nyaman
31
Nara Batal Pergi
32
Kebahagiaan dan Kesedihan Dicampur Aduk
33
Mika Tiba di Indonesia
34
Pernikahan Chan dan Nara
35
Khan Dan Mika ke Rumah Chan
36
Liburan Berujung Perkelahian
37
Chan Merindukan Nara
38
Kerja Sama pak Baram dan Alex
39
Makan Malam Keluarga
40
Firasat Buruk
41
Kecelakaan Berujung Amnesia
42
Lupa Istri
43
Penderitaan yang Lengkap
44
Aksi Bianca
45
Ternyata Bu Wulanra di ancam pak Bram
46
Kenyataan yang Menyakitkan
47
Wajah Baru Nara
48
Draft
49
Nara Jadi Yunita
50
Mencintai Milik Orang
51
Akhirnya Chan dan Nara Bertemu Lagi
52
Menyelamatkan Mika
53
Pak Bram Dibawa Polisi
54
Akhirnya Chan Mengetahui Kebenaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!