Ungkapan Pak Ari

Sambil membersihkan diri Nara terpikir dengan Chan, sebenarnya dia tau Chan menyukainya. Namun Nara tak ingin membuat Chan tidak nyaman dengannya.

"Bagaimana bisa dia setampan itu walaupun saat gugup" bantin Nara dan terkekeh

"Aku harus bisa lebih biasa aja, agak Chan tidak begitu gugup" batinnya lagi

Nara siap untuk tidur, di ruangan sebelah sudah ada pak Ari di tempat tidur memeriksa ponselnya. Nara yang menghampiri papanya membuat, membuat pak Ari meletakkan ponselnya. Nara berdiri di samping tempat tidur papanya.

"Kenapa Papa belum tidur?"

"Tadi papa memeriksa beberapa berkas" ucap pak Ari

"Gitu ya pah"

"Iya Nara, sini duduk. Apa yang ingin Nara bicarakan dengan papa?" Ucap papa mengenal tingkah Nara

"Sebenarnya Nara tahu kalau Chan anak yang tulus, tapi Nara tidak ingin mengecewakannya" ucap Nara

"Papa tau perasaan kamu Nara, papa harap kamu bisa menjalani kehidupan dengan bijak nak" ucap Nara mengusap kepala Nara

"Pah"

"Iyah??"

"Sejak kapan papa tahu kalau Nara bisa membaca pikiran orang lain, dan Nara bisa melihat hal buruk yang akan terjadi?"

"Dulu saat Nara baru lahir, beberapa hari kemudian nafas kamu berhenti nak"

"Lalu pah?" Ucap Nara penasaran

"Dengan sigap dokter memeriksa keadaan kamu, setelah dokter memeriksa keadaan mu, dokter menyimpulkan kalau kamu punya keahlian, kata dokter itu, seakan Tuhan memberikan sesuatu yang istimewa pada Nara. Tapi saat itu papa tidak percaya"

"Kapan papa percaya"

"Saya kamu berumur 4 tahun. Ada seorang pengusaha yang ingin berjoin dengan perusahaan rintisan papa. Saat papa mengundangnya untuk makan malam di rumah kita, kamu langsung bereaksi aneh. Kamu memegang kepala mu dan kamu ingin mengungkapkan sesuatu pada papa, pengusaha itu merasa tidak nyaman hingga dia pulang."

"Apa yang terjadi saat itu pah?" ucap Nara penasaran

"Kamu kemudian pingsan nak, papa langsung bawa ke rumah sakit dan dokter yang sama dengan yang merawatmu dulu semasih bayi. Dokter itu bilang ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan tapi kamu masih tidak bisa memberitahu papa. Akhirnya setelah kamu siuman, kamu bilang "papa jangan bersama bapak yang tadi kerumah kita, Nara takut papa" itulah kalimat yang kamu sampaikan dulu ke papa. Dan papa tidak sama sekali tidak menandatangani surat kontrak itu. Beberapa bulan kemudian ada perusaahan rekan bisnisnya papa di ambil alih oleh orang itu. Hal itu membuat papa menyadari bahwa kamu memang seperti yang di katakan dokter saat kamu masih bayi. Kamu mencegah hal buruk yang akan terjadi di kemudian hari. Sebab itu papa selalu bersyukur

karena Tuhan telah menitipkan anak seperti kamu untuk papa."

"Awalnya begitu ya pah" ucapan Nara mengangguk

"Iya nak, papa juga tahu kalau kamu bisa mengenali perasaan mama sama kamu. Tapi papa bangga sama Nara. Kamu tidak pernah membalas kebencian mama mu. Namun Nara selalu bersikap tulus papa mama."

"Tidak apa-apa pah kalau mama begitu"

"Sebenarnya ini salah papa, dulu saat masih mengandung Kaka mu, papa selalu meninggalkan mamamu. Papa sibuk dengan perusahaan ristisan papa. Hingga hal itu membuat ibumu berubah. Papa tidak bisa tegas kepada mama mu agar tidak membuatmu terluka. Maafin papa Nara. Papa tidak memberitahu keadaan mu papa mama kamu, karena papa takut suatu saat mama akan memperalat Nara."

"Sudah pah tidak apa-apa" ucap Nara tersenyum

"Papa sayang sama kamu Nara, boleh papa peluk ?"

"Tentu pah" ucap Nara memeluk papanya

"Papa ingin kamu selalu bahagia nak." Ucap pak Ari mengusap punggung Nara

Beberapa saat kemudian Nara tidur di tempat tidur yang berbeda ruangan dengan pak Ari. Kamar yang cukup Luas dan desainnya yang elegan membuat pengunjung sangat nyaman.

Pagi hari yang sungguh indah, suara kicauan burung yang sangat merdu membangunkan Nara dari tidurnya.

Di luar sudah ada Chan dan pemandangan yang indah. Membuat pagi ini semakin indah untuk Nara.

Nara kemudian membersihkan dirinya.

Pare rekan bisnisnya pak Ari sudah berkumpul untuk sarapan. Pak Ari dan Nara menyusul mereka. Chan memperhatikan Nara.

" Good morning" ucap pak Ari dengan gigi putihnya

"Haha.. good morning too pak Ari" ucap mereka

"Bagaimana pak apakah tidur dengan nyenyak?" Tanya pak Ari

"Sungguh nyenyak pak Ari. Hingga saya harus di banguni anak saya" ucap salah satu dari mereka

Mendengar hal itu pak Ari tersenyum

"Bapak sendiri bagaimana?" Tanya pak Indra

"Saja juga tidur dengan nyenyak pak"

Mereka pun sarapan. Di sana tidak hanya berlibur mereka sempat membicarakan bisnis yang akan dilanjuti.

"Pah Nara keluar yah"

"Iya nak" ucap pak Ari dan langsung memperhatikan temannya yang sedang berbicara."

Nara keluar dan di susul oleh anak yang lain. Saat Nara berjalan menuju pantai, Rayhan meraih tangan Nara dari belakang.

"Kak Ray, bikin kaget aja"

"Nara bagaimana tidur mu tadi malam?"

"Nara nyenyak banget kak"

"Syukurlah"

"Kak Ray"

Iyahh?"

"____"

"Ada apa Nara?" Tanya Rayhan memengang pundak Nara dan menghadapkannya pada dirinya

"Gak jadi kak" ucap Nara mengalihkan pandangannya

"Ada apa sih nona masnis?"

"Eee.. Nara malu sih kak, untuk mengatakannya" ucap Nara terkekeh

"Apa yang membuat mu malu? Kita sudah seperti saudara Nara" ucap Rayhan mengacak rambut Nara

"Hehe... Iya sih kak. Gini__" ucap Nara memenggal pembicaraannya

"Kaka bisa mati penasaran ini"

"Kaka lihat orang yang di sebelah sana?" Tanya Nara sambil menunjuk ke arah Chan

"Chan? Maksud kamu Chan?" Tanya Rayhan mengerutkan dahinya

"Iya kak"

"Ada apa dengan Chan"

"Nara tau kak, Chan suka sama Nara. Apa yang harus Nara lakukan kak?"

"Itu semua tergantung diri mu Nara. Kamu tidak di larang untuk menyukai Chan kembali. Namun semua ada pada diri mu."

"Haha benar juga kak, tapi Nara belum kepikiran soal hubungan"

"Nah.. itu dia masalahnya. Kamu juga masih SMP." Ucap Rayhan terkekeh

"Ihh kak Rayhan malah ngeledek Nara" ucap Nara mencubit perut Rayhan

"Auuww, geli Nara"

"Hahah"

Di sisi lain Chan memperhatikan Nara dan Rayhan. Chan sungguh ingin bergabung, namun dia tidak ingin membuat mereka tidak nyaman.

Rayhan berniat untuk mengajak Chan bergabung dengan mereka. Rayhan merangkul Nara. Dia mengajak Nara untuk menghampiri Rayhan. Nara hanya menurut. Mereka berdua berjalan ke arah Chan. Namun Chan tidak menyadari keberadaan Nara dan Rayhan yang sudah ada di belakangnya.

"Hallo" ucap Rayhan memegang pundak Chan

"H hallo" ucap Chan kaget

"Kenalin namaku Rayhan" ucap Rayhan mengulurkan tangannya

"Chan" ucap Chan membalas tangan Rayhan

"Hai kak" ucap Nara

"Hai" ucap Chan gugup

"Kanapa kamu sendirian Chan"

"Aku kurang pintar bergaul Ray" ucap Chan menunduk

"Ayo kita bersenang-senang kak" ucap Nara ceria

"Kamu mau ikut Chan?" Ucap Rayhan bersemangat

"Boleh aku ikut?"

"Tentu saja Chan" ucap Rayhan merangkul Nara dan Chan

Episodes
1 Hadiah Dan Kebahagiaan Nara
2 Kompetisi dan kemenangan
3 Liburan ke Seoul
4 Bukan Siapa-siapa tapi Cemburu
5 Ungkapan Pak Ari
6 Tragedi Pesawat Hilang Kendali
7 Meninggalnya Pak Ari
8 Nara Diasingkan
9 Penyakit pak Indra
10 Keputusasaan Nara
11 Kepalsuan Bu Wulanra
12 Kepergian Chan dan Khan
13 Suka dan Duka
14 Meninggalnya pak Indra
15 Perjuangan dan Kerja Keras Nara
16 Pertemuan Di luar Eskpektasi
17 Liburan Yang Kacau
18 Khan Mengunjungi Nara
19 Rasa Bersalah Khan
20 Pertunjukan Orkestra
21 Akhirnya Nara dan Chan Jadian
22 Cemburunya Nara
23 Mencari Nara
24 Ulah pak Bram dengan Anak Buahnya
25 Ancaman pak Abbas
26 Ketenaran Nara
27 Rencana Pak Abbas dan pak Bram
28 Chan dan Hyun Bertemu
29 Kemarahan pak David
30 Nyaman
31 Nara Batal Pergi
32 Kebahagiaan dan Kesedihan Dicampur Aduk
33 Mika Tiba di Indonesia
34 Pernikahan Chan dan Nara
35 Khan Dan Mika ke Rumah Chan
36 Liburan Berujung Perkelahian
37 Chan Merindukan Nara
38 Kerja Sama pak Baram dan Alex
39 Makan Malam Keluarga
40 Firasat Buruk
41 Kecelakaan Berujung Amnesia
42 Lupa Istri
43 Penderitaan yang Lengkap
44 Aksi Bianca
45 Ternyata Bu Wulanra di ancam pak Bram
46 Kenyataan yang Menyakitkan
47 Wajah Baru Nara
48 Draft
49 Nara Jadi Yunita
50 Mencintai Milik Orang
51 Akhirnya Chan dan Nara Bertemu Lagi
52 Menyelamatkan Mika
53 Pak Bram Dibawa Polisi
54 Akhirnya Chan Mengetahui Kebenaran
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Hadiah Dan Kebahagiaan Nara
2
Kompetisi dan kemenangan
3
Liburan ke Seoul
4
Bukan Siapa-siapa tapi Cemburu
5
Ungkapan Pak Ari
6
Tragedi Pesawat Hilang Kendali
7
Meninggalnya Pak Ari
8
Nara Diasingkan
9
Penyakit pak Indra
10
Keputusasaan Nara
11
Kepalsuan Bu Wulanra
12
Kepergian Chan dan Khan
13
Suka dan Duka
14
Meninggalnya pak Indra
15
Perjuangan dan Kerja Keras Nara
16
Pertemuan Di luar Eskpektasi
17
Liburan Yang Kacau
18
Khan Mengunjungi Nara
19
Rasa Bersalah Khan
20
Pertunjukan Orkestra
21
Akhirnya Nara dan Chan Jadian
22
Cemburunya Nara
23
Mencari Nara
24
Ulah pak Bram dengan Anak Buahnya
25
Ancaman pak Abbas
26
Ketenaran Nara
27
Rencana Pak Abbas dan pak Bram
28
Chan dan Hyun Bertemu
29
Kemarahan pak David
30
Nyaman
31
Nara Batal Pergi
32
Kebahagiaan dan Kesedihan Dicampur Aduk
33
Mika Tiba di Indonesia
34
Pernikahan Chan dan Nara
35
Khan Dan Mika ke Rumah Chan
36
Liburan Berujung Perkelahian
37
Chan Merindukan Nara
38
Kerja Sama pak Baram dan Alex
39
Makan Malam Keluarga
40
Firasat Buruk
41
Kecelakaan Berujung Amnesia
42
Lupa Istri
43
Penderitaan yang Lengkap
44
Aksi Bianca
45
Ternyata Bu Wulanra di ancam pak Bram
46
Kenyataan yang Menyakitkan
47
Wajah Baru Nara
48
Draft
49
Nara Jadi Yunita
50
Mencintai Milik Orang
51
Akhirnya Chan dan Nara Bertemu Lagi
52
Menyelamatkan Mika
53
Pak Bram Dibawa Polisi
54
Akhirnya Chan Mengetahui Kebenaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!