Akan Indah Nantinya
“Lo gimana sih?! Masa kayak gitu aja nggak becus!”
Shena sudah biasa dibentak oleh Dio, suaminya. Semenjak mereka menikah dua bulan lalu, Dio terbilang sering membentaknya walaupun kesalahan yang Ia buat sangatlah tidak berarti.
Kali ini Shena tak sengaja menjatuhkan baki yang Ia gunakan untuk membawa lima gelas berisi jus jeruk. Shena tak sengaja menjatuhkan karena ditabrak oleh salah satu anak dari sepupu Dio. Shena tidak menyalahkan keponakan Dio itu, Ia tahu anak kecil memang kerap bergerak sesuka hati mereka maka dari itu Ia maklum.
“Maaf, aku nggak sengaja,”
“Masa disenggol anak kecil aja langsung jatuh semua tuh gelas Mama,”
“Dio! Shena nggak sengaja. Nggak usah marah-marah begitu dong, lagian Shena jatuhin itu karena disenggol sama Kila, dan Kila anak kecil jadi dimaklumi aja, nggak usah salahin siapa-siapa,”
“Kila, makanya bisa diam dong, Nak. Jangan lari-larian, akhirnya Aunty Shena kena omelan Om kamu tuh,”
“Shena, aku minta maaf ya,”
“Iya nggak apa-apa, Kak Nov,” ujar Shena dengan senyum hangatnya. Shena tidak marah, Ia hanya kaget saja karena tiba-tiba suaminya membentak.
Novia sebagai Ibu dari Kila langsung mengurung Kila dengan kedua kakinya. Novia tidak mau anaknya berbuat ulah lagi.
“Udah biarin aja, Nak. Biar Bibi yang bersihin,”
Ardina, mama Dio langsung melarang Shena yang akan mengangkat pecahan-pecahan gelas di lantai. Ardina tidak akan membiarkan menantunya itu melakukannya, karena ada Bibi yang bisa Ia mintai tolong. Ardina mengerti perasaan Shena sekarang. Pasti Shena masih kaget akibat Ia tak sengaja memecahkan gelas, ditambah lagi dibentak oleh suaminya di depan keluarga yang sekarang ini menatap ke arah Shena dengan sorot mata tidak tega. Mereka tidak menyangka kalau Ardio akan membentak istrinya karena permasalahan kecil.
“Nggak apa-apa, Ma. Aku aja yang bersihin, ini ‘kan aku yang mecahin. Aku minta maaf ya, Ma. Aku benar-benar nggak sengaja mecahin gelas punya Mama,”
“Ya Allah, kamu jangan ngomong begitu. Mama paham kok. Lagian gelas banyak di rumah ini, ngapain mikirin gelas-gelas itu? Kalau pecah ya udah biarin aja,”
Ardina merasa sedih ketika menantunya meminta maaf. Sungguh ardina tidak mempermasalahkan gelas-gelasnya pecah, malah yang Ia cemaskan sekarang adalah perasaan Shena.
“Bi, tolong bersihin ini ya, Bi,”
“Siap, Bu,”
Bibi dipanggil oleh Ardina untuk menyingkirkan pecahan-pecahan gelas yang tersebar di lantai. Ardina menyuruh Shena untuk berhenti melakukannya akan tetapi Shena merasa itu adalah tanggung jawabnya.
“Udah biarin Bibi aja, Mba Shena,”
“Nggak apa-apa, Bi, kita barengan ya,”
Shena tidak mau membiarkan Bibi mengerjakannya sendiri. Apa kata Ardio nanti kalau Ia diam saja? Bisa jadi Ardio akan kesal lagi kepadanya.
“Mba, itu tangannya berdarah! Udah stop, Mba,”
Bibi panik melihat tangan Shena yang terluka hingga mengeluarkan darah. Ucapan Bibi sontak membuat yang lain terutama mamanya Ardio panik.
“Ya Allah, Shena, kamu jangan susah dibilangin dong, Nak. Mama bilang jangan ya jangan, kok kamu masih aja bersihkan tu sih? Udah-udah stop!”
Ardina memegang kedua bahu Shena supaya berdiri tegap. Ardina merangkum pipi menantunya itu dan menatapnya tegas.
“Udah ya, sekarang ayo obatin luka kamu takut infeksi,”
“Ayo aku bantu, Shena,”
“Nggak usah, Kak Nov, aku obatin sendiri,”
Shena tersenyum lembut menolak Novia yang akan mengobati tangannya. Shena langsung pamit naik ke lantai atas untuk mengambil obat luka di kamarnya.
Di perjalanan menuju kamar, Shena tak bisa menahan air matanya agar tidak turun. Bukan karena sakit di tangannya, tapi mengingat bentakan Ardio tadi di depan keluarganya membuat hati Shena merasa sakit, ditambah dengan rasa malunya di depan keluarga Ardio. Sejak tadi Shena sudah menahan air matanya supaya tidak jatuh, karena Ia pasti akan tambah malu. Tapi setelah menjauh dari keluarga suaminya yang hari ini datang karena ada arisan keluarga, air matanya otomatis terjatuh.
*****
“Kamu kenapa sih sampai marahin Shena? Kasian Shena, Dio. Sekarang kamu samperin Shena sana, bantu obatin tangannya,”
Dio menghembuskan napas kasar ketika dihampiri oleh mamanya yang menyuruh Ia untuk menghampiri Shena dan mengobati Shena yang tadi terluka.
“Shena ‘kan udah dewasa, Ma. Dia bisa ngobatin dirinya sendiri. Lagian cuma luka karena ketusuk beling aja ‘kan,”
“Cuma kamu bilang? Jangan ngeremehin gitu dong, takut infeksi. Sana ke kamar!”
Dio melirik keluarganya yang sudah mencair tak tegang seperti tadi lagi. Ada yang mengobrol dan bermain ponsel termasuk dirinya yang tadi langsung bermain game setelah Shena naik ke lantai atas. Seolah tak terjadi apapun.
Karena melihat Dio diam saja, tidak merasa bersalah sedikitpun, makanya Ardina menghampiri anaknya. Ardina pikir sang anak akan berinisiatif menghampiri Shena di kamar tapi ternyata tidak.
“Nggak, Ma,”
“Ardio, kamu kenapa sih? Hargai dong istri kamu, sana ke kamar! Obatin lukanya Shena,”
Ardio berdecak tak bisa membantah lagi setelah melihat mamanya, Ardina menatap dengan tajam. Ia tidak mau Ardina lebih marah daripada ini.
Ardina sangat menyayangi menantunya, ketika Shena terluka atau sedih pasti Ardina akan maju paling depan.
“Ya udah nih aku ke kamar sekarang,”
“Jangan cuma ke kamar aja, obatin tangannya, dan minta maaf ke Shena, paham kamu?”
“Iya, Ma,”
Dio langsung bergegas meninggalkan sofa. Kakinya berat sekali ingin ke kamar tentu saja diberatkan oleh rasa gengsi. Entah apa kata Shena nanti kalau Ia benar-benar menuruti apa yang dikatakan oleh Mamanya. Meminta maaf dan mengobati? Rasanya sulit untuk dilakukan oleh Dio kepada perempuan yang sudah Ia buat terluka hatinya tadi.
******
“Tante, aku benar-benar minta maaf ya Kila udah bikin riweuh tadi,”
Novia masih memikirkan kejadian tadi, dan lagi-lagi Ia meminta maaf pada istri dari pamannya yang tadi dengan terang-terangan membela menantunya, karena memang Shena tidak salah. Semua terjadi begitu cepat, dan tidak ada satupun yang menginginkan itu. Apalagi sampai melihat Dio membentak istrinya karena perkara kecil.
“Akhirnya Dio sampai marah ke Shena, kasian Shena jadinya,”
“Nggak apa-apa, Nov. Wajar kok, namanya juga anak kecil. Dio aja yang berlebihan, kayak gitu aja sampai marah-marah, padahal ya nggak ada yang salah dalam kejadian tadi,”
“Dio berlebihan ya, Tante,” sahut Lina, sepupu Dio yang merasa tak habis pikir juga tadi ketika sepupunya membentak Shena.
Ardina menundukkan kepalanya. Jujur Ardina malu karena anaknya itu tidak bisa menghargai istrinya. Keluarga menilai Dio berlebihan dalam mengambil tindakan menegur Shena tadi, dan Ardina akui itu memang benar.
*****
Dio membuka pintu kamarnya dengan hati-hati, Ia pikir Shena sedang istirahat. Bagus kalau Shena tidur, Ia tidak perlu bersikap baik atau mencurahkan perhatiannya karena jujur itu sulit untuk Ia lakukan.
Dio masih belum bisa menerima kehadiran Shena di hidupnya. Sementara Shena berkebalikan dari itu. Meskipun mereka menikah karena dijodohkan tapi Shena menerima dengan hati yang lapang. Karena apa kata orangtuanya, berarti itu yang baik untuknya, Ia percaya akan hal itu.
“Lho, kemana dia? Kok nggak ada?”
Ternyata setelah Dio membuka pintu kamarnya, Dio tak menemukan keberadaan istrinya. Dio mengedarkan pandangan di seluruh sudut kamar, tapi Ia tidak menemukan Shena, maka dari itu Ia memanggil-manggil Shena sambil berjalan ke kamar mandi yang tertutup pintunya, dan juga balkon. Tapi Ia tetap tidak menemukan Shena.
“Shena kemana sih? Masa iya dia kabur? Tapi kalau kabur juga nggak apa-apa sih, itu ‘kan pilihan dia,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Andi Fitri
dio ntar klu kmu di tinggal pergi baru nyesel..
2023-10-23
0
Cui Cwui
sdh pergi aja shena
2023-09-29
0
Rosa Rosiana
hadir thor
2023-06-20
0