You Are The Sun In My Day
"Mama, Zehra takut. Jangan tinggalin Zehra Ma. Papa tolong Mama."
"Tenang sayang, Mama disini. Zehra jangan takut ya, Papa akan selamatkan kita."
"Hiks hiks hiks, Zehra takut Ma, hiks hiks hiks,"
"Pegang pohonya kuat kuat sayang, jangan sampai dilepas."
"Mama, juga pegang yang kuat biar gak jatuh, Papa pasti datang sebentar lagi."
"Maaf Sayang, Mama sudah gak kuat lagi, kamu harus bertahan ya, Apa pun yang terjadi jangan pernah di lepas pegangannya, dan tutup mata kamu, Mama sayang kamu Nak."
"Zehra gak akan lepas Ma, Mama juga jangan lepas." Mulut Zehra terus mendesiskan kata kata yang sama berulang kali, keringat bercucuran di sekujur tubuhnya, Mata terpejamnya seolah terusik dengan apa yang ia lihat dalam alam bawah sadarnya.
Ya itu sebuah mimpi, yang hampir setiap hari menghantuinya, membuatnya sedikit takut untuk tidur, membuatnya memiliki insomnia cukup parah.
Sebuah gedoran dari pintu kamarnya berhasil membutnya membuka mata, dalam kesadarannya, Zehra berusaha menetralkan kondisi tubuhnya yang bergetar, nafas yang tak karuan, diraihnya segelas air putih dengan tangan yang masih bergetar.
"Zehra, ayo bangun. Katanya mau joging, Ayo keburu panas nih." Suara dari luar membuat Zehra sedikit lega karena tandanya dirinya sudah berada dalam dunia yang nyata.
Perlahan tapi pasti, Zehra berjalan dan membuka pintu kamarnya, yang sudah berdiri tegak sang sahabat dengan wajah yang dibuat cemberut.
"Maaf, aku baru bangun, tungguin bentar ya, aku mandi bentar, kamu masuk dulu aja." Pinta Zehra pada Lala yang langsung masuk begitu Zehra memintanya menunggu.
"Ya iya lah Ra, masa iya. Aku mau nungguin diluar, kayak patung gitu, buruan mandi, awas kalau lama, aku dobrak paksa tuh kamar mandi kamu." Ketus Lala yang kini sudah duduk di atas kasur milik Zehra.
"Iya, Lala poo." Zehra langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
Zehra dengan cepat menyelesaikan ritual mandinya, dirinya bukan tipe wanita yang suka berlama lama di dalam kamar mandi, setelah semuanya sudah selesai barulah Zehra keluar kamar mandi dengan penampilan yang fres dan cantik.
Lala yang melihatnya mengangguk anggukkan kepalanya, membuat Zehra bingung dengan sikap sahabatnya itu.
"Kenapa mangut mangut ngelihatin aku begitu?" tanya Zehra heran.
"Emang the best ya, sahabat yang paling memegang janji, dan tampil selalu cantik, padahal cuma pakai baju olga, kok aura lo memancar begitu sih, cih dasar bikin iri aja." Lala mengerucutkan bibirnya setelah mengatakan isi hatinya.
"Dah lah, pagi pagi udah ngedumel, Yuk berangkat. keburu siang, panas tau." Zehra melempar handuknya pada Lala, yang awalnya akan ia jemur di depan jendela tetapi malah iseng ia lemparkan pada sang sahabat.
"Ih, Zehra apaan sih, handuk basah di kasih ke orang, bau tau." Lala melempar handuk jauh dari dirinya, Zehra hanya tersenyum dan melanjutkan menyemprotkan parfum.
"Dahlah yuk, jalan jangan cemberut terus ntar cantik nya tambah ilang." Zehra menyeret Lala untuk keluar dari kamarnya mereka pun bergegas pergi untuk berolahraga pagi, mumpung mereka masih berada di asrama, sebelum keluarganya datang untuk menjemput mereka pulang kerumah masing masing.
Zehra maupun Lala, tinggal di asrama yang sama. Mereka bertemu sejak pertama kali masuk ke asrama dan bersahabat hingga sekolah pertama usai.
Kini mereka menghabiskan waktu bersama mungkin untuk yang terakhir kalinya sebelum akhirnya berpisah.
Papa Zehra sudah berjanji akan menjempunya sore hari ini, Sementara itu Lala akan di jemput pada siang nanti.
Bagi Zehra, kelulusan SMP ini adalah sebuah awal langkah kakinya untuk memulai hidup yang sesungguhnya, karena pada akhirnya dirinya bisa pulang dan hidup bersama sama sang Kakak, meskipun itu hanya sebuah kebahagiaan yang sepihak.
"Aku berharap, aku tidak bejuang sendiri," gumam Zehra dalam hati.
"Jangan ngelamun aja lah Ra, awas ntar kecebur loh kamu," ucap Lala saat mengetahui sang sahabat tengah melamun.
Mereka berdua tengah beristirahat setelah berlari beberapa putaran di jalanan area asrama, dan kini tengah duduk bersantai di depan danau buatan.
"Kamu jadi di jemput nanti siang, kenapa gak sore aja sih La?" tanya Zehra mengalihkan pembahasan.
"Iya mau gimana lagi keluarga ku bisanya jam segitu, lagian cuma Mama doang kok yang jemput, Papa lagi keluar kota, masih satu minggu lagi pulangnya." Lala ikut duduk di samping Zehra.
"Iya deh paham," ucap Zehra seraya kembali memandang kedepan, menerawang jauh dengan tatapan yang sendu.
"Papa kamu yang jadi jemput?" tanya Lala penuh ke hati hatian.
Zehra tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya, Melihat reaksi sahabatnya yang tidak ingin membahas jauh tentang kepulangannya, Lala menarik lengan Zehra untyk bangkit untuk pergi mencari sarapan di ujung jalan.
Sementara itu di sebuah rumah mewah tengah duduk dua orang pria tampan di ruang makan yang tengah menghabiskan sarapan mereka.
"Tumben papa pulang?" tanya sang pria muda saat sang Papa telah menyelasaikan makannya.
"Kamu tidak ada kegiatan kan hari ini, sore nanti ikut Papa jamput adek kamu, dia akan tinggal dirumah, bersama kamu karena dia akan lanjut sekolah di sekolahan mu."
"Oh, jadi karena dia papa pulang." Pria muda yang bernama Rafa meletakkan sendoknya di atas meja dan bangkit dari duduknya hendak pergi meninggalkan sarapan yang belum selesai ia santap.
"Habis kan sarapan mu Raf," ucap Sang Papa melihat tingkah sang anak.
"Udah kenyang," jawab Rafa sembari berlalu tanpa menengok kebelakang.
Sang Papa hanya bisa menghembuskan nafasnya, merasa lelah dengan sikap sang anak yang selalu acuh tak acuh saat membicarakan sang adik, Sang Papa sedikit bingung bagaimana cara agar kedua anaknya itu bisa berdamai dan hidup berdampingan dengan rukun.
Waktu cepat berlalu, kini mata hari hampir saja menghilang dari pandangan langit, Zehra masih setia menunggu sang Papa yang sudah berjanji akan menjemputnya pulang, tidak banyak yang akan Zehra bawa karena memang hanya sedikit barang barang yang tersisa, karena sebelumnya para asisten rumah tangga sang Papa telah datang dan membawa beberapa barang lainnya.
"Ma, aku akan pulang, dan hidup bersama Kakak, Apa Mama suka, aku harap Mama menyukinya." Zehra berbicara senduri dalam hatinya.
Tak berselang lama sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan gerbang asrama, dan keluarlah seorang pria paruh baya, dengan senyum yang menambah kharisma.
Zehra membalasnya dengan senyum bahaia meskipun hatinya terusik dengan harapan yang ternyata tak terapai.
Sang Kakak yang ia harapkan ikut, ternyata tak terlihat kehadirannya.
"Maaf ya Papa terlambat, jalanan macet jadi sampai sini terlalu sore." Kata sang Papa setelah mereka sudah masuk kedalam mobil.
"Aku paham kok Pa, ini kan hari minggu jadi wajar kalau macet, Banyak orang yang akan balik sebelum besok beraktifitas lagi." Zehra menjawab dengan senyum yang mengembang.
Menutupu kesedihan hati, dan rasa kecewa atas ketidakhadiran sang Kakak, Meskipun dirinya sudah tau bahwa hal ini akan terjadi, tetapi tetap saja rasa kecewa meliputi hati.
"Papa senang, kamu bisa pulang lagi ke rumah, Papa juga berharap kita semua bisa berkumpul bersama, sayangnya Papa masih belum bisa menyelesaikan semua urusan yang ada di Australia, sabar ya sayang, begitu semua sudah beres Papa sama Mama Dewi akan pulang berkumpul bersama kalian," ucap Sang Papa seraya membelai lmbut kepala Zehra.
"Aamiin, kalau bisa di segerakan ya Pa, pasti Kak Rafa juga bakalan seneng kalau Papa tinggal dirumah lagi."
"Iya Sayang," ucap Sang Papa dengan senyuman sementara itu Zehra mengalihkan pandngannya ke luar jendela, senja telah hilang berganti dengan gelapnya malam yang menjadi terang akan keberadaan cahaya lampu jalanan.
Dulu saat Mama Jasmin masih ada, semuanya masih baik baik saja, dan penuh dengan kebahgiaan, sudah sepuluh tahun berlalu, dan kekacauan ini tak kunjung membaik, malah suami akan semakin jauh dan kacau, kenang Zehra.
Tanpa terasa mereka sudah sampai dirumah, Keadaan rumah sungguh sepi, motor sang Kakak tidak terparkir di garasi itu artinya dia masih belum pulang, itulah yang ada di pikiran Zehra.
Tapi saat Zehra hendak membuka pintu dan masuk kedalam rumah.
"Kakak," ucap Zehra dengan suara yang tercekat , jantungnya berdegup kencang akibat terkejut melihat Rafa ada di depan matanya.
"Ck, menyebalkan." Rafa berkata dengan nada yang dingin lalu pergi menghampiri temannya yang baru saja datang membawa motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments