di paksa turun

Sesampainya di ruang makan, sesuai dengan apa yang diberitahukn oleh Neni Lasmi, Papa dan Kak Rafa sudah ada di meja makan bahkan mereka sudah memulai sarapannya.

"Sini sayang, sarapan bersama, papa kangen dengan suasana kumpul bersama seperti ini." Ajak sang Papa, Zehra tersenyum dan menuruti ucapan sang papa, sementara Itu Rafa tak merespon sedikit pun yang di bicarakan Sang Papa, seolah dirinya hanya makan sendiri di tempat itu.

Zehra masih belum berani untuk menyapa, ia tidak mau bertengkar di depan sang Papa, ia tidak mau membuat sang Papa khawatir, apa lagi Sang Papa akan kembali ke Australia nanti sore.

Usai Makan Rafa hendak langsung berangkat sekolah tetapi di tahan oleh sang Papa.

"Kita bicara sebentar Raf, Papa mau kasih tau kalau nanti sore papa akan berangkat, Papa akan tunggu kamu pulang dan kita bersama sama ke bandara ya,"

"Tumben, biasanya aja langsung pergi, gak usahlah nungguin aku, toh ada anak kesayangan Papa, biar dia aja yang anter, aku males." Rafa langsung melangkah pergi meninggalkan sang Papa.

"Papa tidak mau tau, nanti Papa akan jemput kamu di sekolah." Tegas sang Papa dengan suara yang keras, tidak mungkin Rafa tidak mendengarnya.

Zehra hanya bisa menghela nafanya melihat sikap sang Kakak.

Di sekolah tidak seperti biasanya, Rafa sedikit banyak diam, membuat teman temananya mengira dia tengah sakit.

"Kenapa sih Raf, kayaknya kamu lagi kusut begitu, sakit lo?" tanya Bambam teman dekat Rafa.

"Gue gak sakit, lagi males aja." Rafa memilih merebahkan kepalanya di meja serta memejamkan matanya. Tanpa ia sadari telah tertidur dan bermimpi.

"Bunganya cantik, makasih ya Kak, ini bunga apa?" suara manis gadis kecil menyejukkan hati.

"Itu bunga matahari, aku kasih itu suapa kamu bisa seperti bunga matahari yang memberikan kehidupan pada semua makhluk di bumi melalui cahayanya."

"Wah, aku gak ngerti maksudnya, hehehe," jawab sang gadis yang memang masih polos itu.

"Suatu saat kamu bakalan tau, aku juga taunya dari Mama, karena Mama adalah matahariku."

"Mama.. "Desis Rafa yang kemudian membuka matanya, dan mengingat kembali mimpinya barusan, tetapi ia sama sekali tidak bisa mengingat wajah gadis kecil yang ada di mimpinya tersebut, hanya kata Mama saja yang ia ingat.

"Dah bangun lo, ck gak asik lo, jam kos bukannya nongki, malah tidur. Dah lah ayo pulang." Bambam pergi duluan menenteng tasnya menyusul anak anak lain yang berhamburan keluar kelas.

Sementara Rafa masih meregangkan badanya yang pegal akibat tidur dengan duduk, di luar kelas Bambam sudah menunggunya, tidak hanya Bambam tapi beberapa siswa lain pun menunggu terutama siswa cewek yang mengidolakan Rafa, maklum Rafa termasuk salah satu jajaran cogan di sekolah tersebut, dan sikapnya yang cool membuat para cewek semakin penasaran dengan sosoknya.

Ternyata Sang Papa tidak main main dengan omongannya, dia benar benar menjemputnya, sehingga mau tidak mau Rafa harus ikut mengantarnya ke bandara.

Zehra yang ikut menjemput, bisa sekalian melihat lihat sekolah yang besok akan ia masuki itu, yah meski pun hanya sekilas, bagi Zehra itu sudah lebih dari cukup.

Selama di perjalanan menuju bandara sikap Rafa sungguh sangat mengecewakan, pasalnya dia sama sekali tidak menegur sapa bahkan melihat ke arah Zehra pun tidak, pandanganya hanya lurus ke depan dan lebih berfokus pada ponselnya.

Beberapa kali sang Papa mencoba membuka topik pembicaraan, hanya Zehra sendiri yang menanggapinya.

Sungguh kecanggungan dirasakan oleh Zehra tetapi mau bagaimana lagi ini permintaan dari sang Papa yang akan pergi jauh, mungkin akan butuh waktu lama untuk mereka bisa bertemu lagi, sebisa mungkin Zehra bersikap normal.

Sesampainya di bandara, sang Papa mengajak Rafa untuk berbicara sebentar sebelum masuk kedalam pesawat.

"Apa lagi sih pa, mau ngomong apa lagi?" tanya Rafa dengan malas, moodnya sungguh buruk hari ini.

"Papa cuma mau bilang, hati hati dirumah, jaga dirimu, dan juga jaga adikmu, bantu dia disekolah, rubahlah sikapmu, dia itu adikmu Raf, Papa masih yakin dan percaya jika kamu masih menyayangi dia seperti dulu, Papa akan segera pulang begitu semuanya sudah beres."

"Jangan pulang, jika Papa membawa wanita itu, masih kurang kah, papa memberikan ku beban adik sialan itu." Rafa berkata dengan entengnya tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Jaga ucapanmu Rafa, Papa tidak pernah mengajarkan hal buruk seperti itu padamu, mereka berdua adalah keluarga kita, yang harus di sayangi dan di lindungi, Papa harap kamu mau merubah sikap kamu itu, atau Papa akan tarik semua fasilitas yang sudah kamu nikmati selama ini."

"Ck, Aku tidak peduli." Rafa pergi begitu saja meninggalkan sang Papa, tak di hiraukan lagi panggilan dari sang Papa berulang kali, Zehra yang sedari tadi khawatir dan penasaran juga dengan apa yang Papa dan Kakaknya itu bicarakan hanya bisa menerima tatapan tajam saat Rafa melewatinya tadi.

"Ada apa Pa?" tanya Zehra yang tau jika ada sesuatu yang terjadi.

"Tidak ada apa apa, kamu tenang saja, Papa hanya berdebat kecil saja dengan Kakak kamu."

"Pesawatnya sebentar lagi mau berangkat, Papa buruan cek in tiketnya, gak Papa kok Zehra mau tungguin disini sampai pesawatnya lepas landas."

"Anak cantik Papa, sangat perhatian, jaga diri baik baik ya sayang, jangan hiraukan sikap Kakak mu yang dingin itu, karena sebenarnya dia sayang kok sama kamu,"

"Iya, Zehra tau kok Pa, Papa juga hati hati ya, semoga perjalannya lancar, kalau sudah sampai hubungi Zehra ya, oh ya Salam buat Mama Dewi."

"Siap cantiknya Papa."

Sang Papa pun akhirnya memasuki Pesawat, sesuai perkataannya Zehra menunggu disana hingga pesawat nya terbang, setelah terbang barulah Zehra pergi keluar mencari sang sopir untuk diajak pulang.

Namun betapa kagetnya dirinya saat tidak menemukan sang sopir tetapi malah sang Kakak yang menunggungnya dengan wajah dingin dan tatapan tajamnya.

"Pak ujang kemana Kak, kok Kakak yang nyetir?" tanya Zehra berusaha bersikap normal.

"Naik," ucap Rafa, dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Zehra, dan malah dengan ketusnya menyuruh Zehra masuk kedalam mobil.

Dalam hati Zehra merasa tidak enak, dirinya sedikit takut melihat raut wajah Rafa yang sangat dingin, sedikit senyum pun tak ada.

Benar praduga Zehra, sesuatu mengerikan kini terjadi, Rafa menbawa laju mobil dengan kecepatan yang sangat cepat, bahkan terus menyalip mobil mobil yang ada di depannya, membuat Zehra ketakutan.

"Kak berhenti, ini terlalu cepat, lajukan mobilnya dengan pelan kan bisa." Teriak Zehra seraya berpegangan dengan kuat.

Bukannya memelankan laju mobil, Rafa semakin menambah kecepannya, membuat Zehra sampai memejamkan matanya, sebuah ingatan kecelakaan kembali berseliweran di pikirannya, Air matanya tidak sanggup lagi ia tahan.

Rafa yang melihatnya semakin murka, dia tidak suka melihat ketegaran pada diri Zehra, yang Rafa mau, Zehra menangis dan memohon padanya tetapi zehra sama sekali tidak melakukannya, membuatnya menghentikan mobil secara mendadak, Alhasil Kepala Zehra terbentur dasbor mobil dengan keras hingga kelaur darah dari keningnya.

Rafa tidak peduli, dirinya turun dan menyeret Zehra turun juga.

"Kau tau aku tidak menyukai keberadaanmu, kau sendiri yang datang ke rumah ku, jangan pernah harap perlakuan manis dari ku, aku tidak peduli jika Papa lebih menyayangimu, karean bagiku, kau hanya cewek pembawa sial. jadi jangan lagi menampakkan mukamu di hadapan ku, menjauhlah darku, sialan."

Setelah mengatakan kalimat menyakitkan tersebut Rafa masuk kedalam mobil dan menanjab gas meninggalkan Zehra sendirian di pinggir jalan yang sepi.

Zehra yang sedari tadi syok, tubuhnya langsung terduduk di tanah, dengan tangis yang tak lagi ia tahan tahan, sakit hati, tentu saja, orang yang harusnya melindung dan menjaganya malah tega membuang dan meninggalkannya di jalanan yang sepi seperti ini.

"Aku pembawa sial, pembawa sial bagaimana, apa yang sudah akau lakukan, samapai dia terus berpikir seperti itu, dasar jahat, kenaoa sikapnya berubah Ya Allah, kembalikan Kakak ku yang dulu, yang selalu tersenyum manis pada ku, hiks hiks hiks." Zehra terus menangis meluapkan rasa sakit di dadanya.

Setelah beberapa saat, barulah Zehra bangkit dan berjalan dengan harapan ada kendaraan umum yang lewat.

Namun setelah berjalan cukup jauh, tidak kunjung di temui kendaraan umum yang lewat, hanya beberpa mobil pribadi saja.

Lelah tentu saja, bahkan kakinya sampai lecet karena terlalu lama berjalan, di tambah lagi matahari yang terik membutnya semakin tersiksa, Zehra tidak mempedulikan hal itu sekarang, yang ada di benaknya sekarang ia harus cepat mendapatkan kendaraan atau menemukan keramaian, karena waktu sudah menunjukkan pukul lima, meskipun cuaca cerah jika matahari sudah terbenam, jalanan yang sepi itu semakin menyeramkan dan berbahaya.

Rafa benar benar tidak berperasaan, dia memilih jalan yang sepi, untuk membuat menderita Zehra, Dalam hatinya sangat puas bisa membuat Zehra menderita seperti itu, Rafa sudah bertekat akan membuat hidup Zehra sengsara agar pergi menjauh dari hidupnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!