Sungguh melelahkan, Zehra merasa kakinya teramat sakit tapi tidak kunjung ada kendaraan umum yang lewat, mobil mobil lain yang ia hadang pun tak ada satupun yang berhenti dan memberinya tumpangan.
Matahari sudah mulai terbenam, rasa takut semakin terasa dalam hatinya, takut akan bahaya lain yang menimpanya.
Zehra terus berjalan dan berdoa meminta segera di kirimkan penyelamat, Zehra juga berharap pada Rafa yang mungkin telah berubah pikiran dan datang kembali menjemputnya, Tetapi sampai matahari benar benar tenggelam pun semua harapan dan doa Zehra tidak ada satupun yang terwujud.
Dirinya lelah, sangking lelahnya kini Zehra bersimpuh di pinggir jalan, kakinya sudah tidak kuat lagi untuk bejalan, di lepasnya sandal miliknya, yang ternyata juga menggoreskan luka di kaki.
"Ya Allah, aku sudah lelah, aku tidak kuat lagi, aku berharap ada yang datang menjemput ku." Zehra bergumam tanpa putus asa, harapannya masih terus ia pupuk semoga dalam ketidak berdayaanya Tuhan mengirimkan seseorang.
setelah duduk beberapa saat, Zehra berniat untuk berjalan kembali, dirinya merasa jika waktu istirahat nya telah usai, dan dirinya mampu untuk berjalan lagi.
Namun saat dirinya mulai bangkit sebuah lampu mobil menyorot kearahnya, Rasa takut menghantui Zehra, takut jika yang datang bukanlah orang yang baik.
Zehra kembali duduk dan menyembunyikan wajahnya, karena jika lari, seperti nya ia tidak akan mampu.
Tubuhnya semakin bergetar hebat saat pengendara mobil tersebut turun dan mendekat kearahnya.
"Neng Zehra, Ya Allah, Akhirnya ketemu."
Zehra langsung mendongakkan kepalanya saat mengetahui suara tersebut yang bukan lain adalah Neni Lasmi.
"Neni, Mang ujang?" ucap Zehra lirih.
"Iya neng ini kami, Massyaallah Neng, Ayo kita pulang, Neni sangat khawatir sama Neng," ucap Neni Lasmi seraya menuntun Zehra masuk kedalam mobil.
"Pelan pelan Neng," ucap Mang ujang seraya membukakan pintu mobil.
"Maafkan saya Neng, saya terpaksa pulang karena di suruh sama Den Rafa, untung Bik lasmi ngajakin nyariin Neng Zehra, kalau tidak, wah saya sudah di pecat sama pak Bos kalau tau Neng Zehra ditinggal di jalanan." Mang Ujang menyampaikan permintamaafannya dengan tulus.
"Iya saya mengerti kok Mang, tapi saya mohon jangan ada yang bilang sama Papa ya, saya gak mau Papa khawatir." Pinta Zehra pada Mang Ujang dan Neni Lasmi.
"Tapi, Neng."
"Aku mohon Neni, aku tau Kak Rafa keterlaluan tapi aku sungguh gak mau buat Papa khawatir, cukup kalian berdua aja yang tau, Aku berterima kasih banyak, sudah mau mencari aku." Mohon Zehra dengan air mata yang mengalir deras.
"Ya sudah kalau itu maunya Neng Zehra, Syukur Neng ketemu, Neni sangat khawatir saat tau, Den Rafa pulang sendirian sampai rumah." Neni lasmi memeluk Zehra seperti anaknya sendiri.
"Kalian tau dari mana aku ada disini?"
"Tadi kita muter muter dulu Neng, cari cari Eneng dari jalan jalan yang kemungkinan di lewati sama Den Rafa, makanya kita lama datangnya Neng, Maaf ya kita lama banget nemuin Nengnya." Jelas Mang ujang.
"Gak perlu minta maaf Mang, saya yang berterima kasih, karena Mang ujang sama Neni Lasmi peduli sama Zehra sampai mau cariin Zehra." Zehra memeluk Neni Lasmi semakin erat.
"Ya Allah Neng, Neni itu sudah anggap Neng Zehra seperti anak sendiri, Apa lagi Pak Bos juga sudah kasih pesan untuk jagain Neng, jadi tentu saja kita peduli."
"Makasih ya Neni."
Neni Lasmi, yang sudah bekerja semenjak Rafa masih kecil, tentu saja akan memberikan kasih sayang yang sama pada Zehra, karena semenjak Zehra hadir dirumah Wijaya Neni Lasmi juga yang merawatnya, semua penghuni rumah tau bagaimana sikap Rafa pada Zehra, mereka ditugaskan untuk mengawasi dua anak majikannya itu yang tidak pernah akur.
Sesampainya dirumah, Neni Lasmi langsung menyiapkan air hangat untuk zehra mandi sejaligus berendam, untuk merilekskan kakainya yang luka akibat berjalan jauh tadi.
Sementara itu Rafa sudah tidak ada dirumah, kata pembantu yang lain Rafa telah pergi selepas magrib tadi.
Usai mandi dan berendam, kini Zehra tengah merebahkan tubunya di atas kasur yang empuk, luka di kakinya telah di obati oleh Neni Lasmi, bagi Zehra keberadaan Neni Lasmi mengingatkannya kembali akan kasih sayang sang Mama.
Tanpa terasa dirinya telah tertidur tanpa memakan makanan yang telah disiapkan oleh Neni Lasmi.
Sementara itu Rafa tengah berada di rumah Bambam, dirinya tengah bermain game, tetapi otaknya masih memikirkan Zehra yang ia tinggalkan sendiri dijalanan.
"Ck, haruskah aku mengecek apakah Mang ujang dan Neni sudah menemukannya, kalau sampai tidak di temukan Bagaimana, Papa bakalan marah besar dan benar benar akan menarik semua fasilitas dong, nyusahin bener tuh anak, bakalan seneng banget gue kalau dia ngilang sendiri." Pikir Rafa sampai tidak mendengarkan Bambam memanggilnya.
"Woi Rafa budek, bengek ya manggil lo gak nyahut nyahut, mikir apa sih lo?" Teriak Bambam kesal gamenya kalah karena Rafa tidak fokus.
"Gue mikir Nasi goreng, Keluar, Beli." Rafa langsung bangkit meninggalkan bambam yang masih terbengong menengar jawaban Rafa yang tidak masuk akal.
"Kesambet Apa lo mikirin nasi goreng, laper lo, sini gue buatin." Teriak Bambam sambil berlari menyusul Rafa.
"Ngapain lo ngejar gue, mau cari nasgor juga?" tanya Rafa saat melihat Bambam sudah masuk kedalam mobilnya.
"Gue gak nyari nasgor, nyari perawan mana yang ngebuat lo jadi sinting begini. Nasgor mah gue bisa buat sendiri."
"Lo tuh yang sinting." Setelah meledek balik Bambam, Rafa langsung mengemudikan mobilnya.
Rafa merasa khawatir jika Zehra tidak ditemukan, atau tidak bisa pulang sendiri, bisa berbahaya bagi dirinya sendiri, meskipun malas, Rafa harus mengecek masih disana kah Zehra, walau bagaimanapun jika Zehra kenapa kenapa yang akan disalahkan dirinya juga.
"Heh, Sinting. Lo itu mau kemana, katanya beli nasgor noh didepan juga ada, ini malah jalan ke yang lain, sebenarnya mau kemana sih?" tanya Bambam bingung.
"Tutup mulut lo, atau gue turunin sekarang."
Bambam hanya bisa menghela nafanya mendengar jawaban sang sahabat yang jika sudah seperti itu tidak bisa di ganggu gugat.
"Ni Anak kenapa sih, uring uringan mulu, pasti ada sesuatu, ck awas aja ntar kalau mau curhat sama gue, gue cuekin." Batin Bambam.
"Gue gak pernah curhat ke elo, jadi gak usah mikir macem macem."
Bambam mendelik mendengar perkataan Rafa yang seolah tau akan apa yang ia bicarakan di dalam hati.
"Cenayang lu, sok tau pikiran gue," ucap Bambam yang tak di hiraukan oleh Rafa.
Setelah perjalanan jauh, akhirnya tiba di jalan yang mana tadi Rafa menurunkan Zehra, Rafa melambankan laju mobilnya sambil meperhatikan bahu jalan, mencari sosok Zehra.
Namun hingga ujung jalan pun tidak ada sosok Zehra, Rafa pun memgambil ponselnya dan menghubungi Mang ujang.
"Halo Den Rafa?"
"Dimana?"
"Saya sudah dirumah Den,"
"Cuma Mang Ujang aja di rumah?"
"Ya sama yang lainnya dong Den, Neng.." Belum sempat Mang ujang melanjutkan kalimatnya Rafa sudah memutus sambungan teleponnya.
"Heh, sebenarnya lo itu mau cari apa sih, sampai sejauh ini?" tanya Bambam yang sudah tidak tahan lagi dengan sikap Rafa yang tidak jelas.
"Nasgornya tutup," ucap Rafa enteng.
"Hah, Ya udah kita cari yang lainnya."
Rafa menurunkan Bambam di pinggir jalan yang ada tukang nasgor, Bambam langsung keluar dari mobil, sementara Rafa melajukan mobilnya meninggalkan Bamabam disana.
"Gue ada urusan, lo pulang pakai ojol aja." Bunyi whatshap Rafa yang membuat Bambam darah tinggi.
"Awas lu Raf, besok gue becek becek tuh tampang ngeselin loe." Kesal Bambam seraya meninju ninju ponselnya yang masih memperlihatkan hasil pesan dari Rafa.
"Dasar Temen kagak ada Akhlaq."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments