NovelToon NovelToon

You Are The Sun In My Day

Kepulangan

"Mama, Zehra takut. Jangan tinggalin Zehra Ma. Papa tolong Mama."

"Tenang sayang, Mama disini. Zehra jangan takut ya, Papa akan selamatkan kita."

"Hiks hiks hiks, Zehra takut Ma, hiks hiks hiks,"

"Pegang pohonya kuat kuat sayang, jangan sampai dilepas."

"Mama, juga pegang yang kuat biar gak jatuh, Papa pasti datang sebentar lagi."

"Maaf Sayang, Mama sudah gak kuat lagi, kamu harus bertahan ya, Apa pun yang terjadi jangan pernah di lepas pegangannya, dan tutup mata kamu, Mama sayang kamu Nak."

"Zehra gak akan lepas Ma, Mama juga jangan lepas." Mulut Zehra terus mendesiskan kata kata yang sama berulang kali, keringat bercucuran di sekujur tubuhnya, Mata terpejamnya seolah terusik dengan apa yang ia lihat dalam alam bawah sadarnya.

Ya itu sebuah mimpi, yang hampir setiap hari menghantuinya, membuatnya sedikit takut untuk tidur, membuatnya memiliki insomnia cukup parah.

Sebuah gedoran dari pintu kamarnya berhasil membutnya membuka mata, dalam kesadarannya, Zehra berusaha menetralkan kondisi tubuhnya yang bergetar, nafas yang tak karuan, diraihnya segelas air putih dengan tangan yang masih bergetar.

"Zehra, ayo bangun. Katanya mau joging, Ayo keburu panas nih." Suara dari luar membuat Zehra sedikit lega karena tandanya dirinya sudah berada dalam dunia yang nyata.

Perlahan tapi pasti, Zehra berjalan dan membuka pintu kamarnya, yang sudah berdiri tegak sang sahabat dengan wajah yang dibuat cemberut.

"Maaf, aku baru bangun, tungguin bentar ya, aku mandi bentar, kamu masuk dulu aja." Pinta Zehra pada Lala yang langsung masuk begitu Zehra memintanya menunggu.

"Ya iya lah Ra, masa iya. Aku mau nungguin diluar, kayak patung gitu, buruan mandi, awas kalau lama, aku dobrak paksa tuh kamar mandi kamu." Ketus Lala yang kini sudah duduk di atas kasur milik Zehra.

"Iya, Lala poo." Zehra langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Zehra dengan cepat menyelesaikan ritual mandinya, dirinya bukan tipe wanita yang suka berlama lama di dalam kamar mandi, setelah semuanya sudah selesai barulah Zehra keluar kamar mandi dengan penampilan yang fres dan cantik.

Lala yang melihatnya mengangguk anggukkan kepalanya, membuat Zehra bingung dengan sikap sahabatnya itu.

"Kenapa mangut mangut ngelihatin aku begitu?" tanya Zehra heran.

"Emang the best ya, sahabat yang paling memegang janji, dan tampil selalu cantik, padahal cuma pakai baju olga, kok aura lo memancar begitu sih, cih dasar bikin iri aja." Lala mengerucutkan bibirnya setelah mengatakan isi hatinya.

"Dah lah, pagi pagi udah ngedumel, Yuk berangkat. keburu siang, panas tau." Zehra melempar handuknya pada Lala, yang awalnya akan ia jemur di depan jendela tetapi malah iseng ia lemparkan pada sang sahabat.

"Ih, Zehra apaan sih, handuk basah di kasih ke orang, bau tau." Lala melempar handuk jauh dari dirinya, Zehra hanya tersenyum dan melanjutkan menyemprotkan parfum.

"Dahlah yuk, jalan jangan cemberut terus ntar cantik nya tambah ilang." Zehra menyeret Lala untuk keluar dari kamarnya mereka pun bergegas pergi untuk berolahraga pagi, mumpung mereka masih berada di asrama, sebelum keluarganya datang untuk menjemput mereka pulang kerumah masing masing.

Zehra maupun Lala, tinggal di asrama yang sama. Mereka bertemu sejak pertama kali masuk ke asrama dan bersahabat hingga sekolah pertama usai.

Kini mereka menghabiskan waktu bersama mungkin untuk yang terakhir kalinya sebelum akhirnya berpisah.

Papa Zehra sudah berjanji akan menjempunya sore hari ini, Sementara itu Lala akan di jemput pada siang nanti.

Bagi Zehra, kelulusan SMP ini adalah sebuah awal langkah kakinya untuk memulai hidup yang sesungguhnya, karena pada akhirnya dirinya bisa pulang dan hidup bersama sama sang Kakak, meskipun itu hanya sebuah kebahagiaan yang sepihak.

"Aku berharap, aku tidak bejuang sendiri," gumam Zehra dalam hati.

"Jangan ngelamun aja lah Ra, awas ntar kecebur loh kamu," ucap Lala saat mengetahui sang sahabat tengah melamun.

Mereka berdua tengah beristirahat setelah berlari beberapa putaran di jalanan area asrama, dan kini tengah duduk bersantai di depan danau buatan.

"Kamu jadi di jemput nanti siang, kenapa gak sore aja sih La?" tanya Zehra mengalihkan pembahasan.

"Iya mau gimana lagi keluarga ku bisanya jam segitu, lagian cuma Mama doang kok yang jemput, Papa lagi keluar kota, masih satu minggu lagi pulangnya." Lala ikut duduk di samping Zehra.

"Iya deh paham," ucap Zehra seraya kembali memandang kedepan, menerawang jauh dengan tatapan yang sendu.

"Papa kamu yang jadi jemput?" tanya Lala penuh ke hati hatian.

Zehra tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya, Melihat reaksi sahabatnya yang tidak ingin membahas jauh tentang kepulangannya, Lala menarik lengan Zehra untyk bangkit untuk pergi mencari sarapan di ujung jalan.

Sementara itu di sebuah rumah mewah tengah duduk dua orang pria tampan di ruang makan yang tengah menghabiskan sarapan mereka.

"Tumben papa pulang?" tanya sang pria muda saat sang Papa telah menyelasaikan makannya.

"Kamu tidak ada kegiatan kan hari ini, sore nanti ikut Papa jamput adek kamu, dia akan tinggal dirumah, bersama kamu karena dia akan lanjut sekolah di sekolahan mu."

"Oh, jadi karena dia papa pulang." Pria muda yang bernama Rafa meletakkan sendoknya di atas meja dan bangkit dari duduknya hendak pergi meninggalkan sarapan yang belum selesai ia santap.

"Habis kan sarapan mu Raf," ucap Sang Papa melihat tingkah sang anak.

"Udah kenyang," jawab Rafa sembari berlalu tanpa menengok kebelakang.

Sang Papa hanya bisa menghembuskan nafasnya, merasa lelah dengan sikap sang anak yang selalu acuh tak acuh saat membicarakan sang adik, Sang Papa sedikit bingung bagaimana cara agar kedua anaknya itu bisa berdamai dan hidup berdampingan dengan rukun.

Waktu cepat berlalu, kini mata hari hampir saja menghilang dari pandangan langit, Zehra masih setia menunggu sang Papa yang sudah berjanji akan menjemputnya pulang, tidak banyak yang akan Zehra bawa karena memang hanya sedikit barang barang yang tersisa, karena sebelumnya para asisten rumah tangga sang Papa telah datang dan membawa beberapa barang lainnya.

"Ma, aku akan pulang, dan hidup bersama Kakak, Apa Mama suka, aku harap Mama menyukinya." Zehra berbicara senduri dalam hatinya.

Tak berselang lama sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan gerbang asrama, dan keluarlah seorang pria paruh baya, dengan senyum yang menambah kharisma.

Zehra membalasnya dengan senyum bahaia meskipun hatinya terusik dengan harapan yang ternyata tak terapai.

Sang Kakak yang ia harapkan ikut, ternyata tak terlihat kehadirannya.

"Maaf ya Papa terlambat, jalanan macet jadi sampai sini terlalu sore." Kata sang Papa setelah mereka sudah masuk kedalam mobil.

"Aku paham kok Pa, ini kan hari minggu jadi wajar kalau macet, Banyak orang yang akan balik sebelum besok beraktifitas lagi." Zehra menjawab dengan senyum yang mengembang.

Menutupu kesedihan hati, dan rasa kecewa atas ketidakhadiran sang Kakak, Meskipun dirinya sudah tau bahwa hal ini akan terjadi, tetapi tetap saja rasa kecewa meliputi hati.

"Papa senang, kamu bisa pulang lagi ke rumah, Papa juga berharap kita semua bisa berkumpul bersama, sayangnya Papa masih belum bisa menyelesaikan semua urusan yang ada di Australia, sabar ya sayang, begitu semua sudah beres Papa sama Mama Dewi akan pulang berkumpul bersama kalian," ucap Sang Papa seraya membelai lmbut kepala Zehra.

"Aamiin, kalau bisa di segerakan ya Pa, pasti Kak Rafa juga bakalan seneng kalau Papa tinggal dirumah lagi."

"Iya Sayang," ucap Sang Papa dengan senyuman sementara itu Zehra mengalihkan pandngannya ke luar jendela, senja telah hilang berganti dengan gelapnya malam yang menjadi terang akan keberadaan cahaya lampu jalanan.

Dulu saat Mama Jasmin masih ada, semuanya masih baik baik saja, dan penuh dengan kebahgiaan, sudah sepuluh tahun berlalu, dan kekacauan ini tak kunjung membaik, malah suami akan semakin jauh dan kacau, kenang Zehra.

Tanpa terasa mereka sudah sampai dirumah, Keadaan rumah sungguh sepi, motor sang Kakak tidak terparkir di garasi itu artinya dia masih belum pulang, itulah yang ada di pikiran Zehra.

Tapi saat Zehra hendak membuka pintu dan masuk kedalam rumah.

"Kakak," ucap Zehra dengan suara yang tercekat , jantungnya berdegup kencang akibat terkejut melihat Rafa ada di depan matanya.

"Ck, menyebalkan." Rafa berkata dengan nada yang dingin lalu pergi menghampiri temannya yang baru saja datang membawa motornya.

Masih sunyi

"Sudah bertahun tahun kita gak ketemu, sikap kamu gak juga berubah kak, apa sebenernya yang buat kamu kayak gini, kesalahan apa yang aku buat sampai kamu seperti ini sama aku." Keluh Zehra dalam hati, pandanganya masih belum teralihkan dari Rafa yang berjalan menjauh darinya.

Genangan air mata susah payah di tahan agar tak terjatuh, agar sang Papa tidak khawatir melihat nya menangis.

"Rafa, mau kemana kamu, Rafa." Teriak sang Papa, tetapi tidak di gubris oleh Rafa dan tetap pergi meninggalkan rumah begitu saja.

"Sudahlah, biar Papa nanti yang bicara sama Kakak mu, kamu masuk ke kamar, bersih bersih dan istirahat ya, Sayang."

Sang Papa mencoba menenangkan Zehra, karena Sang Papa tau jika sikap Rafa yang seperti itu menyakiti hati Zehra.

"Gak papa kok Pa, mungkin Kak Rafa emang udah ada janji sama temennya buat main. Zehra suka Papa masih di sini, Zehra harap Papa gak langsung balik ke Australia."

Mereka masuk bersama ke dalam rumah.

"Maafkan Papa ya Sayang, tapi Besok Papa harus kembali ke Australia, banyak pekerjaan yang Papa tunda, jika semakin lama Papa disini, maka akan semakin lama juga Papa mengurus segalanya dan tidak bisa segera pindah pulang ke sini. Kamu paham kan maksud Papa."

Meski dengan hati kecewa Zehra mengerti dengan apa yang di maksud oleh sang Papa, sudah sering kali Papanya mengatakan jika dia akan segera kembali tinggal di indonesia, tetapi banyak hal yang harus di urus, sebelum benar benar pindah dan menetap di rumah ini lagi.

"Butuh berapa tahun lagi Pa, aku takut kalau Kak Rafa berpikir jika Papa hanya bohong mengatakan akan pulang kerumah dan tinggal disini selamanya."

"Tunggu satu hingga dua tahun lagi, Papa pasti akan buktikan dan pindah menetap disini bersama kalian."

Sang Papa memeluk Zehra dengan penuh kasih sayang, Zehra merasa bahagia bisa merasakan pelukan ini lagi, sudah hampir satu tahun mereka tidak bertemu, meski hanya sesaat, bagi Zehra itu sudah cukup untuk mengobati rasa rindunya.

Zehra pergi kekamarnya untuk membersihkan diri dan menata beberpa barangnya, beberapa waktu kemudian Sang Papa datang dengan dua gelas coklat hangat di tangannya.

"Sudah selesai beres beresnya?" tanya Sang Papa seraya masuk dan duduk di sofa kamar Zehra.

Zehra menganggukkan kepalanya melihat sang Papa msuk ke kamarnya, yah karena Zehra memang membiarkan pintu kamarnya terbuka sehingga sang papa langsung bisa masuk.

"Lusa kamu sudah bisa masuk sekolah, Maaf lagi lagi Papa tidak bisa mendampingi kamu, Sayang."

"Gak Papa kok, kan ada Kak Rafa, Papa gak perlu khawatir, semuanya akan baik baik saja." Zehra berusaha meyakinkan sang Papa, seraya menyeruput coklat hangat yang ia sangat sukai.

Usai sedikit mengobrol dengan sang Papa Zehra kini tengah duduk di balkon kamarnya, mengenang masa kecilnya yang ia rasakan tak ada perbedaanya, sunyi, sepi, itulah yang ia rasakan, setelah teragedi kecelakaan sepuluh tahun yang lalu, hubunganya dengan Rafa sang Kakak menjadi jauh sejauh jauhnya, saat ini pun tak ada bedanya.

Rafa terlihat tidak mengharapkan kehadiran Zehra dirumah ini, bahakan terlihat sangat benci, tetapi Zehra sudah bertekat akan menghadapi sikap dingin Kakaknya itu, dia tidak mau kabur lagi, mungkin dulu karena ia masih kecil dan memilih untuk bersembuyi, tapi kini dia sudah besar dan ingin masalah diantara mereka usai, dan berubah menjadi hubungan yang harmonis.

Dari kejauhan, suara motor terdengar samar di telinga Zehra, tetapi ia bisa menebak jikalau itu adalah sang Kakak yang baru pulang, dilihatnya jam dinding yang tergantung di atas kasur, sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Zehra berpikir apakah sang Kakak sering pulang malam di hari libur.

Ingin rasanya ia menyapa, tapi mengingat kejadian tadi sore, Zehra mengurungkan niatnya, tidak ingin semakin di benci maka dia memilih diam dan menahan.

Rasa kantuk masih belum menghampirinya, sepertinya penyakit susah tidurnya kambuh lagi, dia akan seperti ini setelah mengalami mimpi buruk itu, akan berhari hari ia susah tidur, bahkan bisa berminggu minggu, tidak ingin penyakitnya di ketahui Papa atau sang Kakak, Zehra mencari obat yang telah di resepkan oleh dokter, saat mau meminumnya air di gelasnya telah habis, mau tidak mau ia harus mengambil ke dapur yang terletak di lantai bawah.

Dengan menenteng gelas kosong Zehra berjalan menuruni tangga dengan pelan, Zehra pikir semua orang sudah tidur termasuk Rafa, karena ini sudah Pukul setengah satu malam.

Saat sampai di dapur ternyata Rafa juga ada disana dan sedang mengambil air minum juga, suasana menjadi canggung saat Rafa hanya melirik sekilas pada Zehra.

Bibir Zehra terpaksa terkunci, saat melihat sikap tak ramah Rafa, yang tidak menganggap akan kehadiran dirinya.

Zehra hanya bisa melihat kepergian Rafa tanpa suara, meski itu menyakitkan tapi Zehra berusaha kuat, karena ini masih belum apa apa, ia harus kuat demi perdamaian.

Setelah mengambil Air minum Zehra kembali ke kamarnya, sebelum masuk ke dalam kamar Zehra mamandangi pintu kamar Rafa yang memang berada di depan pintu kamarnya.

Sementara itu di dalam kamar Rafa, tengah berusaha memejamkan matanya, meskipun sulit, di dalam pikirannya, mengapa Zehra harus kembali, selama ini hidupnya sudah tenang, tanpa kehadiran perempuan yang ia anggap sebagai pembawa sial.

"Kenapa dia hasus kembali, sudah bagus dia tidak tinggal di rumah ini, kenapa dia kembali Tuhan, aku sangat benci dia, sangat sangat benci," gumam Rafa seraya mengarahkan tinjunya ke udara.

"Akhhh sial, gara gara dia aku tidak bisa tidur, ck sial sial sial, lihat saja, aku tidak akan peduli padanya, akan aku buat dia pergi sendiri dari sini seperti dulu." Rafa menatap dingin ke arah pintu kamarnya seolah ia tengah menatap pintu kamar Zehra.

Pagi hari yang cerah Zehra telah bangun dari tidurnya, seperti biasa ia membersihakan diri lalu merapikan kamarnya, meskipun ia tahu jika ini bukan lagi asrama, menurut Zehra merapikan sendiri kamar tidurnya adalah kewajibannya.

Sebelum sarapan Zehra sudah berencana untuk keliling rumah, mumpung masih pagi dengan suasana cerah yang menyegarkan.

Beberapa kenangan muncul di benanknya, saat melewati beberapa tempat di sudut rumah tersebut, sungguh ia merindukan masa masa dimana ia pertama kali menginjakkan kaki dirumah ini.

Zehra berhenti di taman bunga milik sang Mama, taman tersebut tidak berubah, semua bunga tetap mekar seperti dulu, para asisten merawatnya dengan sangat baik, membuat Zehra tak terasa meneteskan air mata.

"Neng Zehra, rindu Mama ya? " Sebuah suara yang cukup Zehra rindukan juga.

"Neni Lasmi." Zehra menghadap Neni lasmi dengan menyunggingkan senyuman, dan menghapus air matanya.

"kapan Neni datangnya?" tanya Zehra karena semalam Neni Lasmi tidak ada.

"Tadi pagi habis subuh Neng, bagaimana kabarnya?"

"Sehat kok, makasih ya Neni selalu merawat taman kesukaan Mama, Aku juga suka taman ini," ucap Zehra dengan tulus.

"Sama sama Neng, itukan sudah menjadi tugas saya, Oh iya, sarapan sudah siap, Pak bos minta saya buat manggil neng tadi, Den Rafa juga sudah ada di meja makan."

"Oh, iya Neni, makasih ya, kalau begitu saya kesana dulu." Pamit Zehra yang langsung meninggalkan area taman.

di paksa turun

Sesampainya di ruang makan, sesuai dengan apa yang diberitahukn oleh Neni Lasmi, Papa dan Kak Rafa sudah ada di meja makan bahkan mereka sudah memulai sarapannya.

"Sini sayang, sarapan bersama, papa kangen dengan suasana kumpul bersama seperti ini." Ajak sang Papa, Zehra tersenyum dan menuruti ucapan sang papa, sementara Itu Rafa tak merespon sedikit pun yang di bicarakan Sang Papa, seolah dirinya hanya makan sendiri di tempat itu.

Zehra masih belum berani untuk menyapa, ia tidak mau bertengkar di depan sang Papa, ia tidak mau membuat sang Papa khawatir, apa lagi Sang Papa akan kembali ke Australia nanti sore.

Usai Makan Rafa hendak langsung berangkat sekolah tetapi di tahan oleh sang Papa.

"Kita bicara sebentar Raf, Papa mau kasih tau kalau nanti sore papa akan berangkat, Papa akan tunggu kamu pulang dan kita bersama sama ke bandara ya,"

"Tumben, biasanya aja langsung pergi, gak usahlah nungguin aku, toh ada anak kesayangan Papa, biar dia aja yang anter, aku males." Rafa langsung melangkah pergi meninggalkan sang Papa.

"Papa tidak mau tau, nanti Papa akan jemput kamu di sekolah." Tegas sang Papa dengan suara yang keras, tidak mungkin Rafa tidak mendengarnya.

Zehra hanya bisa menghela nafanya melihat sikap sang Kakak.

Di sekolah tidak seperti biasanya, Rafa sedikit banyak diam, membuat teman temananya mengira dia tengah sakit.

"Kenapa sih Raf, kayaknya kamu lagi kusut begitu, sakit lo?" tanya Bambam teman dekat Rafa.

"Gue gak sakit, lagi males aja." Rafa memilih merebahkan kepalanya di meja serta memejamkan matanya. Tanpa ia sadari telah tertidur dan bermimpi.

"Bunganya cantik, makasih ya Kak, ini bunga apa?" suara manis gadis kecil menyejukkan hati.

"Itu bunga matahari, aku kasih itu suapa kamu bisa seperti bunga matahari yang memberikan kehidupan pada semua makhluk di bumi melalui cahayanya."

"Wah, aku gak ngerti maksudnya, hehehe," jawab sang gadis yang memang masih polos itu.

"Suatu saat kamu bakalan tau, aku juga taunya dari Mama, karena Mama adalah matahariku."

"Mama.. "Desis Rafa yang kemudian membuka matanya, dan mengingat kembali mimpinya barusan, tetapi ia sama sekali tidak bisa mengingat wajah gadis kecil yang ada di mimpinya tersebut, hanya kata Mama saja yang ia ingat.

"Dah bangun lo, ck gak asik lo, jam kos bukannya nongki, malah tidur. Dah lah ayo pulang." Bambam pergi duluan menenteng tasnya menyusul anak anak lain yang berhamburan keluar kelas.

Sementara Rafa masih meregangkan badanya yang pegal akibat tidur dengan duduk, di luar kelas Bambam sudah menunggunya, tidak hanya Bambam tapi beberapa siswa lain pun menunggu terutama siswa cewek yang mengidolakan Rafa, maklum Rafa termasuk salah satu jajaran cogan di sekolah tersebut, dan sikapnya yang cool membuat para cewek semakin penasaran dengan sosoknya.

Ternyata Sang Papa tidak main main dengan omongannya, dia benar benar menjemputnya, sehingga mau tidak mau Rafa harus ikut mengantarnya ke bandara.

Zehra yang ikut menjemput, bisa sekalian melihat lihat sekolah yang besok akan ia masuki itu, yah meski pun hanya sekilas, bagi Zehra itu sudah lebih dari cukup.

Selama di perjalanan menuju bandara sikap Rafa sungguh sangat mengecewakan, pasalnya dia sama sekali tidak menegur sapa bahkan melihat ke arah Zehra pun tidak, pandanganya hanya lurus ke depan dan lebih berfokus pada ponselnya.

Beberapa kali sang Papa mencoba membuka topik pembicaraan, hanya Zehra sendiri yang menanggapinya.

Sungguh kecanggungan dirasakan oleh Zehra tetapi mau bagaimana lagi ini permintaan dari sang Papa yang akan pergi jauh, mungkin akan butuh waktu lama untuk mereka bisa bertemu lagi, sebisa mungkin Zehra bersikap normal.

Sesampainya di bandara, sang Papa mengajak Rafa untuk berbicara sebentar sebelum masuk kedalam pesawat.

"Apa lagi sih pa, mau ngomong apa lagi?" tanya Rafa dengan malas, moodnya sungguh buruk hari ini.

"Papa cuma mau bilang, hati hati dirumah, jaga dirimu, dan juga jaga adikmu, bantu dia disekolah, rubahlah sikapmu, dia itu adikmu Raf, Papa masih yakin dan percaya jika kamu masih menyayangi dia seperti dulu, Papa akan segera pulang begitu semuanya sudah beres."

"Jangan pulang, jika Papa membawa wanita itu, masih kurang kah, papa memberikan ku beban adik sialan itu." Rafa berkata dengan entengnya tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Jaga ucapanmu Rafa, Papa tidak pernah mengajarkan hal buruk seperti itu padamu, mereka berdua adalah keluarga kita, yang harus di sayangi dan di lindungi, Papa harap kamu mau merubah sikap kamu itu, atau Papa akan tarik semua fasilitas yang sudah kamu nikmati selama ini."

"Ck, Aku tidak peduli." Rafa pergi begitu saja meninggalkan sang Papa, tak di hiraukan lagi panggilan dari sang Papa berulang kali, Zehra yang sedari tadi khawatir dan penasaran juga dengan apa yang Papa dan Kakaknya itu bicarakan hanya bisa menerima tatapan tajam saat Rafa melewatinya tadi.

"Ada apa Pa?" tanya Zehra yang tau jika ada sesuatu yang terjadi.

"Tidak ada apa apa, kamu tenang saja, Papa hanya berdebat kecil saja dengan Kakak kamu."

"Pesawatnya sebentar lagi mau berangkat, Papa buruan cek in tiketnya, gak Papa kok Zehra mau tungguin disini sampai pesawatnya lepas landas."

"Anak cantik Papa, sangat perhatian, jaga diri baik baik ya sayang, jangan hiraukan sikap Kakak mu yang dingin itu, karena sebenarnya dia sayang kok sama kamu,"

"Iya, Zehra tau kok Pa, Papa juga hati hati ya, semoga perjalannya lancar, kalau sudah sampai hubungi Zehra ya, oh ya Salam buat Mama Dewi."

"Siap cantiknya Papa."

Sang Papa pun akhirnya memasuki Pesawat, sesuai perkataannya Zehra menunggu disana hingga pesawat nya terbang, setelah terbang barulah Zehra pergi keluar mencari sang sopir untuk diajak pulang.

Namun betapa kagetnya dirinya saat tidak menemukan sang sopir tetapi malah sang Kakak yang menunggungnya dengan wajah dingin dan tatapan tajamnya.

"Pak ujang kemana Kak, kok Kakak yang nyetir?" tanya Zehra berusaha bersikap normal.

"Naik," ucap Rafa, dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan Zehra, dan malah dengan ketusnya menyuruh Zehra masuk kedalam mobil.

Dalam hati Zehra merasa tidak enak, dirinya sedikit takut melihat raut wajah Rafa yang sangat dingin, sedikit senyum pun tak ada.

Benar praduga Zehra, sesuatu mengerikan kini terjadi, Rafa menbawa laju mobil dengan kecepatan yang sangat cepat, bahkan terus menyalip mobil mobil yang ada di depannya, membuat Zehra ketakutan.

"Kak berhenti, ini terlalu cepat, lajukan mobilnya dengan pelan kan bisa." Teriak Zehra seraya berpegangan dengan kuat.

Bukannya memelankan laju mobil, Rafa semakin menambah kecepannya, membuat Zehra sampai memejamkan matanya, sebuah ingatan kecelakaan kembali berseliweran di pikirannya, Air matanya tidak sanggup lagi ia tahan.

Rafa yang melihatnya semakin murka, dia tidak suka melihat ketegaran pada diri Zehra, yang Rafa mau, Zehra menangis dan memohon padanya tetapi zehra sama sekali tidak melakukannya, membuatnya menghentikan mobil secara mendadak, Alhasil Kepala Zehra terbentur dasbor mobil dengan keras hingga kelaur darah dari keningnya.

Rafa tidak peduli, dirinya turun dan menyeret Zehra turun juga.

"Kau tau aku tidak menyukai keberadaanmu, kau sendiri yang datang ke rumah ku, jangan pernah harap perlakuan manis dari ku, aku tidak peduli jika Papa lebih menyayangimu, karean bagiku, kau hanya cewek pembawa sial. jadi jangan lagi menampakkan mukamu di hadapan ku, menjauhlah darku, sialan."

Setelah mengatakan kalimat menyakitkan tersebut Rafa masuk kedalam mobil dan menanjab gas meninggalkan Zehra sendirian di pinggir jalan yang sepi.

Zehra yang sedari tadi syok, tubuhnya langsung terduduk di tanah, dengan tangis yang tak lagi ia tahan tahan, sakit hati, tentu saja, orang yang harusnya melindung dan menjaganya malah tega membuang dan meninggalkannya di jalanan yang sepi seperti ini.

"Aku pembawa sial, pembawa sial bagaimana, apa yang sudah akau lakukan, samapai dia terus berpikir seperti itu, dasar jahat, kenaoa sikapnya berubah Ya Allah, kembalikan Kakak ku yang dulu, yang selalu tersenyum manis pada ku, hiks hiks hiks." Zehra terus menangis meluapkan rasa sakit di dadanya.

Setelah beberapa saat, barulah Zehra bangkit dan berjalan dengan harapan ada kendaraan umum yang lewat.

Namun setelah berjalan cukup jauh, tidak kunjung di temui kendaraan umum yang lewat, hanya beberpa mobil pribadi saja.

Lelah tentu saja, bahkan kakinya sampai lecet karena terlalu lama berjalan, di tambah lagi matahari yang terik membutnya semakin tersiksa, Zehra tidak mempedulikan hal itu sekarang, yang ada di benaknya sekarang ia harus cepat mendapatkan kendaraan atau menemukan keramaian, karena waktu sudah menunjukkan pukul lima, meskipun cuaca cerah jika matahari sudah terbenam, jalanan yang sepi itu semakin menyeramkan dan berbahaya.

Rafa benar benar tidak berperasaan, dia memilih jalan yang sepi, untuk membuat menderita Zehra, Dalam hatinya sangat puas bisa membuat Zehra menderita seperti itu, Rafa sudah bertekat akan membuat hidup Zehra sengsara agar pergi menjauh dari hidupnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!