Menolak Pinangan Sang Sultan

Menolak Pinangan Sang Sultan

1. Menikahlah Denganku!

Sretttttt....

Bunyi injakan rem mendadak oleh seorang pria tampan yang sedang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi hampir menabrak seorang gadis cantik yaitu Havana.

Havana menutupi wajahnya merasa tubuhnya akan dihantam oleh baja mewah itu.

Aaaaaaaaaa.....

Teriakan gadis itu sambil menutupi wajahnya. Setelah menyadari tubuhnya tidak merasakan apapun, Havana baru berani menurunkan tangannya dengan napas baik turun seakan baru saja lari maraton sejauh 3 km.

"Ya Tuhan. Apakah aku akan mati?" desis Havana memegangi dadanya dengan jantung yang berdebar kencang.

Sang pria tampan turun dari mobilnya menghampiri Havana lalu membentak gadis itu dengan murka.

"Apakah kamu sudah bosan hidup, hah?" bentak Hart.

Havana mengatupkan tangannya secara perlahan terlihat pucat dan tubuh menggigil ketakutan. Amarah Hart yang awalnya seperti api yang disiram bensin seketika mereda melihat wajah Havana yang sangat cantik.

Gadis itu menatapnya dengan air mata yang hampir menetes dengan bibir yang masih mengatup rapat tetapi terlihat bergetar di sana. Lidahnya terasa sangat kelu karena tidak tahu mau mengucapkan apa mendengar bentakan Hart ditambah lagi wajah datar Hart yang menatapnya dingin dengan mata melebar seakan ingin menelannya hidup-hidup.

"Apakah kamu mau aku masuk penjara karena kecerobohanmu itu, hah?" Hart masih mempertahankan amarahnya walaupun dilubuk hatinya ia juga merasa tidak tega.

Havana menggelengkan kepalanya dengan cepat dan berusaha meminta maaf namun tidak diterima oleh Hart begitu saja.

"Ikut denganku! Aku belum puas memarahimu," ucap Hart sambil menarik tangan Havana.

Havana menuruti saja perintah Hart karena ia memang bersalah. Hart membuka pintu mobilnya dan mendorong tubuh Havana dengan kasar untuk duduk di sampingnya.

Hart menyalakan lagi mesin mobilnya dan membawa Havana ke restoran terdekat. Havana menggenggam kedua tangannya masih dengan rasa gugup. Ia merasa hari ini hidupnya akan berakhir. Walaupun sebenarnya itu adalah keinginannya karena ia tidak ingin hidup lagi. Namun kenyataannya, ia merasa takut mati juga. Kalau bisa rasanya saat ini ia ingin pingsan. Hart melirik wajah Havana yang tertunduk dengan rambut menutupi pipi mulusnya.

Setibanya di restoran, Hart lebih dulu turun kemudian membuka pintu mobil di mana Havana duduk.

"Turun!" bentak Hart membuat Havana terlonjak kaget.

"Iya tuan!"

Hart menarik lagi pergelangan tangan Havana sambil mencari tempat yang cukup jauh dari pengunjung restoran lainnya. Begitu mendapatkan tempat yang agak privasi, Hart mendudukkan tubuh Havana lalu menarik bangkunya untuk lebih dekat dengan Havana.

"Kamu tahu apa kesalahanmu, hmm?" tanya Hart dengan intonasi yang sedikit menurun, namun terdengar horor dikupingnya Havana.

"Menyebrang jalan tidak hati-hati. Aku mohon maafkan aku," jawab Havana masih dengan wajah tertunduk takut.

"Kamu sedang melamun atau memang mau bunuh diri?" tanya Hart lagi.

"Kedua-duanya," lirih Havana nyaris tak terdengar oleh Hart.

"Kalau kamu mati, aku tidak masalah. Tapi hukum di negara ini tidak tebang pilih. Aku bisa berakhir dipenjara sementara seluruh staf perusaahan ku hidup mereka bergantung padaku. Jika Perusahaanku bangkrut karena tabrakan hari ini, maka aku akan dipenjara. Reputasi perusahaanku. akan tercoreng karena menabrak gadis bodoh sepertimu," ucap Hart dengan suara agak melunak tidak sekeras tadi.

"Tolonglah. Maafkan aku...! aku sedang melamun hingga tidak tahu jika aku sedang berjalan di jalan raya dengan posisi menyebrang," tutur Havana.

"Siapa namamu?" tanya Hart.

"Havana...," ujar Havana.

"Namaku Hart," ujar Hart.

Hart memanggil pelayan untuk memberikan air putih terlebih dahulu pada Havana untuk menghilangkan rasa syoknya.

"Berikan aku segelas air putih sebelum saya memesan makanan!" pinta Hart.

"Tidak. Aku tidak lapar. Aku mau pulang," ucap Havana.

"Kamu kira aku sudah memaafkan kamu atas kebodohanmu itu, hah? enak saja mau pulang," nyiyir Hart.

"Dengan cara apa lagi aku meminta maaf padamu? apakah kamu pikir jalanan itu milik nenek moyangmu hingga kamu mengebut seenaknya saja? kalau mau balapan bukan di jalanan tapi di sirkuit," imbuh Havana seraya berdiri dengan penuh keberanian.

"Duduk! atau aku patahkan kakimu!" bentak Hart.

Havana kembali tersentak melihat sikap Hart yang begitu tempramen. Ia juga tidak ingin berlama-lama dengan Hart karena ia sudah menuruti permintaan pria ini untuk ikut dengannya dan mendengarkan kemarahan Hart padanya.

"Sebenarnya kamu mau apa? aku sudah berulang kali minta maaf padamu. Aku juga punya urusan penting. Aku tidak punya waktu untuk menemanimu makan siang di sini," ucap Havana.

"Emangnya saya tawarin kamu makan siang di sini? saya hanya mengajak kamu ke sini untuk melampiaskan kemarahanku padamu, bukan untuk mengajakmu makan siang," ucap Hart membuat Havana sangat malu.

"Sialan...! Dia sengaja mempermalukan aku," batin Havana mengumpat Hart.

"Katakan apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku padamu agar permasalahan ini cepat selesai!" pinta Havana yang sudah mulai berani menatap wajah Hart.

"Menikahlah denganku!" ujar Hart to the point.

"Siapa kamu mau mengatur hidupku? siapa juga mau menikah denganmu? aku tidak pernah berniat untuk menikah dengan siapapun, paham?" pekik Havana menatap tajam wajah Hart.

"Emang kamu lesbi sampai tidak ingin menikah dengan pria?" tanya Hart.

"Bukan urusanmu!" ketus Havana sambil melangkah pergi, namun tubuhnya kembali di tarik oleh Hart dan langsung menggendong tubuh Havana seperti karung beras membawa lagi ke dalam mobilnya.

Hart segera meninggalkan restoran itu menuju apartemen miliknya." Apa yang kamu lakukan bodoh? aku tidak mau menikah denganmu, mengapa kamu malah menculik diriku?" protes Havana.

"Aku hanya ingin mengetahui mengapa kamu berani menolak diriku? dan ingin memastikan sendiri apakah kamu benar-benar seorang lesbi atau tidak!" ancam Hart membuat Havana melotot.

"Jangan.... jangan hancurkan hidupku untuk kedua kalinya!" jerit Havana ketakutan.

Mendengar permohonan Havana membuat Hart menginjak rem mobilnya secara mendadak. Hart membuka seat belt miliknya dan mendekati Havana yang terlihat sangat gemetar. Bahkan ia terlihat lebih kalut dari pada saat Hart hampir menabraknya beberapa menit yang lalu. Hart mendekati Havana dan menanyakan kepada gadis itu.

"Apa yang terjadi padamu, Havana? apakah ada yang telah mengambil milikmu yang paling berharga?" tanya Hart penasaran.

Havana terperangah mendengar pertanyaan Hart. Ia tidak tahu harus menjelaskan apa pada Hart, lelaki yang belum ia ketahui sama sekali. Havana memejamkan matanya lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan halus.

"Aku ingin pulang. Pasti keluargaku sedang mencari aku saat ini," ucap Havana menghindari pertanyaan Hart.

"Apakah terlalu sakit hingga kamu takut untuk bercerita, Havana?" tanya Hart.

"Kita ini baru saja bertemu. Kamu bukan apa-apa bagiku. Dan hidupku adalah urusanku. Jangan terlalu bersikap berlebihan seakan kamu sudah lama mengenal aku," ketus Havana sinis.

"Baiklah. Apa yang harus aku lakukan untuk bisa memilikimu? bolehkah aku datang meminang kamu di hadapan orangtuamu?" tanya Hart.

"Tidak...! Tidak ada yang aku inginkan dari kalian. Aku tidak mau menjalin hubungan dengan siapapun. Lupakan apa yang terjadi hari ini antara kita dan aku minta maaf telah mengulur waktumu terlalu lama karena kecelakaan tadi," ucap Havana berusaha menjauhi Hart.

Ia lalu memesan taksi untuk menjemputnya di jalan dimana saat ini mereka berhenti. Sebelum taksi itu datang menjemput Havana, entah mengapa Hart merasakan ada sesuatu yang akan hilang dari dalam dirinya jika membiarkan gadis ini pergi.

Hart meraih ponsel Havana membuat Havana sangat kaget." Hei, apa yang kamu lakukan dengan ponselku, hah?" bentak Havana sambil merebut kembali benda pipih miliknya itu.

"Batalkan order taksinya. Aku yang akan mengantarkan kamu pulang!" ucap Hart lalu menghubungi lagi taksi itu.

"Apa-apaan kamu hah?" bentak Havana yang tidak ingin Hart masuk dalam hidupnya.

Hart mengembalikan lagi ponselnya Havana. Saat Havana menerimanya, Hart langsung memeluk gadis itu dengan erat sambil berbisik.

"Menikahlah denganku Havana ...!"

Deggggg...

.....

like and vote nya cinta please!

Terpopuler

Comments

Mi Renny Astutik

Mi Renny Astutik

aku mampir juga di sini Thorr ,
sukses selalu Mak Othor 💪💪💪💪💪💪💪

2023-07-05

1

Roroazzahra

Roroazzahra

aku mampir lagi ke kayamu Thor
sepertinya ini tak kalah bagusnya sepeti cerita ,,dikira pembantu tapi ternyata............
semangat Thor💪💪

2023-07-04

2

suti markonah

suti markonah

aku mampir thorr..

2023-06-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!