Isteri Kontrak Tuan Kejam

Isteri Kontrak Tuan Kejam

Bab 1

“Tanda tangan!” lelaki itu melempar map ke arah gadis di depannya.

Gadis itu meraih map di meja lalu membukanya. “Apa ini?” tanya gadis itu.

Lelaki itu berdecak, “Lo buta! Baca sendiri lah.”

Gadis itu meringis pelan mendengar bentakan si lelaki. “Surat kontrak?” tanyanya memastikan.

“Hmm, pernikahan kita cuman satu tahun, setelah semuanya selesai lo bebas pergi dan otomatis lo lepas dari gue. Syarat lo, lo hanya perlu hamil dan tinggalin anak lo sama gue,” ujar si lelaki menjelaskan isi kontrak tersebut.

“Jadi, aku cuman istri kontrak kamu?” tanya gadis itu dengan suara bergetar.

Lelaki itu tersenyum miring, “Kenapa? Lo berharap gue anggap lo istri sah gitu? Lo itu cuman orang asing yang kebetulan singgah di hidup gue. Lo sama gue cuman orang asing, garis bawahi itu.”

Gadis itu merasakan sesak di dadanya. Apa ini? Kenapa rasanya sesakit ini. Jadi, dia dinikahi hanya untuk melahirkan anak lalu meninggalkannya. “Tapi---”

“Gak ada tapi-tapian. Terima gak terima ya terserah lo! Satu hal yang harus lo ingat, jangan pernah campuri hidup gue!” tekan si lelaki penuh ancaman.

Gadis itu menundukkan kepalanya meratapi nasibnya yang begitu miris. Pernikahan yang selama ini ia dambakan ternyata sesakit ini, meskipun berdasar perjodohan tapi dia berusaha untuk menerimanya.

“Gak usah sok sedih lo, serbet--- siapa nama lo, oh beth---”

“Annabeth!” ujar gadis itu membenarkan, panggil dia Anna.

“Lah itu, gak penting juga. Lo harus patuhi semua peraturan yang tertulis di kontrak itu, lo berani ngadu sama bokap gue, lo habis sama gue!” ujar lelaki itu mengancam.

Anna diam tidak menjawab. Dia bingung.

“Jawab!”

“I–ya, Leon.”

Leon pergi meninggalkan Anna yang masih tertunduk gugup. Jangankan mengajak Anna, bertanya pada Anna pun tidak ia lakukan, sekarang apa yang harus Anna lakukan.

Anna mulai membaca tiap nomor di dalam kontrak tersebut. Mata Anna membulat kaget saat membaca setiap peraturan yang tertera di sana.

Pihak kedua tidak berhak mencampuri urusan pihak pertama.

Pihak pertama selalu benar.

Pihak kedua wajib menuruti perintah mutlak pihak pertama.

Tidak satu kamar. Tidak ada penolakan!

Bikin anak lancar.

Dst.

Sepertinya untuk poin 4 dan 5 agak aneh. Anna mengerutkan keningnya, tidak sekamar? Bagaimana bisa bikin anak kalau tidak sekamar, pikir Anna.

Anna memukul kepalanya. “Mesum!”

Anna menggeret kopernya. Dia bingung harus pergi kemana, mau ke kamar Leon tapi tidak tahu, ingin ke kamar lain dia tidak tahu juga. Rumah ini terlalu besar dari rumah biasanya, seperti mansion yang ada di televisi.

“Nyonya?” panggil salah satu maid sembari menghampiri Anna.

Anna menoleh, dia melihat maid yang berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya. “Kenapa kamu lari-lari, ada apa?”

Maid itu menundukkan kepalanya hormat. “Tuan muda Leon memberikan ini untuk Nyonya.”

Maid itu menyodorkan secarik kertas kepada Anna. Anna menerimanya lalu membacanya.

“Kamar lo ada disebelah kamar gue. Mau tolak ataupun tidak itu terserah lo, mau tidur di gudang pun terserah.” Anna terkekeh pelan sambil membaca surat kecil itu.

“Saya permisi dulu Nyonya.”

“Eh sebentar, kamar Leon ada dimana?” tanya Anna.

“Di sebelah sana Nyonya, mari saya antar.”

“Tidak perlu. Terimakasih!”

***

Anna menatap sekeliling kamar barunya. Saat di rumahnya kamarnya tidak sebesar ini, kamar ini setara dengan ruang tamu di rumahnya. Anna tidak bisa membayangkan sekaya apa keluarga suaminya.

Annabeth Syhna Lovani gadis berusia delapan belas tahun yang harus mengalami nasib buruk, yaitu harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak ia kenal. Pemaksaan dari Ayah tirinya membuat Anna tidak bisa berkutik, jika dia menolak maka Ibunya akan menderita. Ancaman Ayah tirinya itu tidak main-main, walaupun harus berkorban demi keluarga tapi Anna tetap bersyukur bahwa dia masih bisa melanjutkan Sekolahnya dengan status barunya.

Anna memasukan baju-bajunya ke dalam lemari. Setelah selesai dia mengganti bajunya lalu pergi tidur. Sudah dua jam lamanya Anna bergerak tidak nyaman, sekarang sudah larut malam tapi Anna tidak bisa memejamkan matanya.

“Ayo tidur. Janji deh, besok gak akan ikut ekskul sehari,” gumam Anna sembari memukul kepalanya kasar.

“Ayolah!”

Anna membuka ponselnya lalu memutar lagu kesukaannya, Anna berharap dia segera tidur karena besok adalah hari yang melelahkan. Anna menutup seluruh tubuhnya dengan selimut lalu memejamkan matanya sambil menikmati alunan musik.

Tepat di kamar sebelah Anna. Leon membanting semua benda yang ada di sekitarnya. Tidak tanggung-tanggung dia membanting vas bunga yang harganya setara dengan motornya, Leon tidak peduli sekarang dia hanya ingin meluapkan amarahnya.

“Damn it! Harusnya lo tolak. Lo bego banget Leon!” Leon menarik rambutnya kasar.

“I'm sorry Princess ....”

Leon tertunduk lesu sambil menelungkup kan wajahnya diantara lututnya. Pikirannya kacau, dia butuh ketenangan namun ketanangan itu telah hilang membawa seluruh jiwanya.

Leon mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

“Gue butuh itu sekarang!” perintahnya.

“............”

“Bodo amat! Mau gue mati sekalipun, gue gak peduli.” Leon mencengkram kuat ponselnya.

“...........”

“Banyak bacot lo! Cepet bawa atau rumah lo gue bakar!” ancamnya tidak main-main.

Leon menutup telponnya sepihak. Tidak penting dengan gerutuan di seberang sana, yang pasti dia butuh ketenangan sekarang, meskipun dengan cara yang dilarang.

“Hug me Princess ....”

“I love you.” Perlahan tapi pasti Leon menutup matanya.

Pagi-pagi sekali Anna sudah rapi dengan seragam sekolahnya, dia sedang berada di dapur bersama beberapa maid mambantunya memasak. Anna mencoba menyesuaikan diri di rumah ini walaupun sebenarnya masih terasa kaku.

“Tuan muda menyukai makanan manis Nyonya, misalnya dessert dan cake coklat,” ujar maid itu memberitahu.

Anna mengangguk mengerti, lain waktu Anna ingin membuatnya. “Mmm, ada lagi selain itu?”

“Tuan muda paling suka ayam kecap tapi, segala olahan ayam pun Tuan muda menyukainya.”

Sekarang Anna sedikit tahu tentang kesukaan Leon. Anna membawa masakannya ke atas meja, dia segera pergi ke kamarnya untuk mengambil tasnya.

“Leon makan dulu.” Anna melihat Leon yang baru turun.

Leon menatap malas Anna. “Jangan caper! Gak ada pengaruhnya buat gue.”

Anna menunduk, padahal dia tulus membuat sarapan untuk Leon tapi, Leon salah mengartikan semua itu. “Tapi---”

“Halah banyak bacot lo! Kasih aja sama kucing, kalo nggak buang aja.” Leon pergi dengan kata-kata pedasnya.

Mata Anna berkaca-kaca. Anna sadar dia hanya istri kontrak, tapi apa Leon sama sekali tidak menghargainya setidaknya dia mencicipi sedikit saja sudah membuat Anna senang.

Sesakit inikah menikah dengan Albert Leonard Cenze.

***

Anna berjalan memasuki kelasnya. Di sana sudah ada Eliza yang menunggunya. “Sorry, gue lama ya?”

Eliza berdecak kesal. “Mau beruban gue nunggu lo kayak orang bego di sini.”

Anna tertawa pelan, Eliza ini memang tipe cewek yang sulit diatur dan tidak suka menunggu, walaupun begitu bagi Anna, Eliza adalah sahabat sekaligus rumahnya.

“Tumben lo telat? Pasti karena si tua bangka gak berguna itu, kan?” tanya Eliza sambil mengepalkan tangannya.

Anna tak habis pikir, sebenci itukah Eliza kepada Ayah tirinya. “Jangan begitu, dia tetap orang tua yang harus kita hormati.”

Eliza memutar bola matanya jengah. “Nah ini masalahnya, lo terlalu baik sampai semua orang manfaatin lo termasuk si tua itu.”

Anna mengusap punggung sahabatnya. Anna sangat beruntung memiliki sahabat seperti Eliza yang perhatian kepadanya. “Udah jangan marah-marah nanti cepet tua menurut teori warga 62+.”

Mata Eliza melotot sempurna. “Apa-apaan itu?!”

“Jangan dipikirin mending ke kelas.”

Anna berlari menuju lapangan, setelah selasai rapat osis dia langsung menyusul Eliza di sana. Sekarang Sekolah mereka akan tanding basket dengan Sekolah tetangga. Mereka tampak antusias menyambut acara besar ini, dimana para suporter akan saling menyemangati masing-masing club.

Anna adalah seorang ketua osis jadi, dia yang bertanggungjawab dengan acara ini. Anna duduk pojokan bersama Eliza dan juga teman sekelasnya. Anna melihat pertandingan tersebut dengan penuh semangat, namun matanya memicing saat melihat sosok yang dikenalinya.

“Leon?” gumamnya pelan.

Anna tidak menyangka jika Leon merupakan anak Sekolah tetangga. Anna juga tidak tahu kalau Leon ikut tanding hari ini, tahu begitu Anna akan menyiapkan bekal untuk Leon. Ingatkan Anna bahwa Leon tidak menganggapnya!

Anna diam-diam tersenyum memperhatikan Leon. Wajah Leon yang penuh keringat itu semakin menambah kesan seksi di mata Anna dan dia sangat tampan.

Tanpa Anna sadari, tingkahnya tak luput dari pandangan seseorang.

Pertandingan pun selesai. Poin kedua tim itu sama, rencananya akan dilanjutkan besok untuk memastikan siapa yang kalah dan yang menang. Pertandingan ini bukan untuk mengetes siapa yang paling hebat, tapi untuk mempererat tali persaudaraan antara sekolah mereka.

Anna mengangkat satu kotak berisi air mineral untuk para pemain basket. Anna sedikit kesusahan tiba-tiba ada seseorang yang membantunya.

“Biar gue bantu,” ujarnya sembari memegangi ujung kotak.

“Terimakasih!”

“Woi! Minum dulu, cewek gue udah bawain.”

Anna tersentak kaget, itu tidak benar dia tidak memiliki pacar. “Kenzo,” cicit Anna pasalnya mereka menjadi pusat perhatian.

“Kenapa? Sebentar lagi lo akan jadi pacar gue.” Kenzo menekankan kata-katanya.

Itu tidak mungkin, dan tidak akan pernah terjadi.

Anna tersenyum tipis, dia menyodorkan sapu tangan miliknya kepada Kenzo.

“Wih, cewek gue emang perhatian banget.” Kenzo mengambil sapu tangan itu lalu mulai mengelap keringatnya.

“Genit ya lo!”

Refleks Anna menoleh ke belakang. “Leon?!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!