Anak Kos Di Rumah Sebelah, Selingkuhan Suamiku

Anak Kos Di Rumah Sebelah, Selingkuhan Suamiku

Tanda Merah Dila

Hari senin seperti biasa, rumahku yang bertetanggaan dengan kos-kosan milik mbak Tami tetangga ku, ikutan ramai ketika beberapa orang anak kost putri bersiap pergi ke sekolah, mereka berdiri di depan rumah Mbak Tami menunggu ojek langganan, atau juga teman mereka yang membawa kendaraan.

Begitu pun aku, setelah menemani Mas Ricko sarapan aku membawa tas Mas Ricko dan mengantarnya ke depan. Suamiku bekerja sebagai pengajar di sebuah SMA Negeri.

"Hati-hati ya Mas." ucapku menyodorkan pipiku kepadanya.

Cup...cup.

Aku mendapat dua ciuman di pipi kiri dan keningku. Hari ini dia akan berangkat ke kabupaten. Statusnya yang baru saja diangkat menjadi PNS membuat suamiku sering kali pergi beberapa hari untuk melengkapi berkas pengangkatannya.

Tak segera masuk, aku menatap punggung suamiku yang pelan akhirnya hilang di tikungan depan. Aku bahagia juga sedih, tentu aku akan sangat merindukannya karena kali ini dia akan pergi selama satu Minggu.

"Lama perginya San?" tanya ibu kos tetanggaku.

"Iya Mbak, satu Minggu." jawabku tersenyum, meski jarang mengobrol, tapi sering bertegur sapa.

Ku lirik seorang siswi yang bersekolah di SMA yang sama dengan suamiku, duduk sambil memainkan ponsel berseragam abu-abu ketat, hingga satu kancing di dadanya seolah ingin melompat. Sepertinya hanya dia yang belum mendapatkan ojek, sedangkan yang lain sudah naik ke ojek langganan mereka. Atau sedang menunggu seseorang, aku tidak tahu tentunya.

Jujur, aku kurang suka dengan anak kos yang satu ini, selain cara berpakaian yang memancing syahwat, matanya juga terlalu pintar pencuri pandang kepada siapa saja yang berjenis kelamin laki-laki. Aku khawatir, toh Mas Ricko juga laki-laki normal, terlebih lagi masih muda.

Bergegas aku masuk ke dalam, menutup pintu dan akan lebih baik aku melanjutkan aktivitas bersih-bersihku.

Ku pikir lagi, di rumah sendirian tak perlu aku terburu-buru mengemas rumah, lagipula Mas Ricko akan pergi selama satu Minggu.

Ku raih ponsel di atas nakas, seraya duduk menyandar di ranjang, berselancar di dunia maya sejenak.

"Ga semangat, ditinggal lama." begitu status singkat Dila, anak kos yang suka berpakaian super ketat dengan dada membusung besar, mungkin dia masih di depan.

"Eh, harusnya aku yang buat status begitu." pikirku.

Aku suka iseng melihat status Facebooknya. Dia salah satu anak kos yang menyita perhatian orang-orang, selain cantik dan seksi gaya hidupnya juga lumayan dibandingkan anak-anak lainnya, padahal orangtuanya hanya petani biasa.

Tidak berkomentar, lantaran mereka adalah anak-anak SMA yang labil, apa-apa harus di posting, termasuk perasaan galau sering melanda tanpa alasan.

Malamnya, aku mencoba menelpon Mas Ricko, sibuk? Susah sekali menghubungi Mas Ricko. Hingga setelah lebih satu jam kemudian, Mas Ricko menelpon balik.

"Lagi apa Mas? Kok aku telepon beberapa kali ga bisa?" kesal ku karena ini sudah menunjukkan pukul 23:00.

"Oh, tadi menghubungi kepala sekolah." jawabnya.

"Malam-malam begini?" tanya ku melanjutkan kekesalanku.

"Ya, karena penting Sayang." jawabnya meyakinkan. "Oh iya, besok tolong titip sama si Dila Absensi anak-anak kemarin ku bawa untuk mengisi tabel ulangan harian."

"Kamu wali kelasnya Dila Mas?" tanyaku, karena aku baru mendengarnya.

"Bukan, tapi mengajar juga di kelasnya Dila."

"Oh, ya sudah." akhirnya aku mengakhiri pembicaraan lewat telepon tersebut, lagipula besok Mas Ricko harus bangun pagi.

Aku menarik selimut, tapi malah sulit memejamkan mata. Satu-satunya yang mudah ku lakukan adalah kembali meraih ponsel dan melihat sosial media.

"Habis telponan sama Ayang. Senengnya." emoj cium dua kali.

Ku lihat waktu yang tertera di bawahnya, sembilan belas menit yang lalu.

Aku melihat jam dinding di kamarku. 23:20.

"Kok waktunya sama?"

***

Satu Minggu sudah, hari ini Mas Ricko pulang dari kabupaten. Sore pukul empat aku sudah bersiap, mandi dan berdandan dengan pakaian yang baik dan wangi.

Itu menjadi kebiasaan ku untuk menyambut Mas Ricko pulang.

Ku buka pintu keluar, aku ingin ketika Mas Ricko pulang aku langsung menyambutnya.

Aku memperhatikan teras yang seharian ini tidak ku sapu juga tidak kotor karena memang tidak ada yang datang.

Eh, si Dila udah cantik aja, bahkan memakai lipstik pink dengan pakaian tanpa lengan, kancing membelah di sepanjang gaun selututnya. "Mengapa aku merasa saingan sama dia ya?"

Tak berapa lama, suara motor Mas Ricko terdengar memasuki teras ketika aku malah ikut ganti baju, merasa pakaian ku kurang bagus untuk menyambut Mas Ricko. Aku segera keluar dengan gaun selutut.

"Mas!" panggilku, kulihat Dila dan Mas Ricko sedang saling menatap penuh isyarat, aku curiga.

"Sayang." Mas Ricko tersenyum lebar, melepas helm dan segera memelukku. Sedikit ku lirik Dila membuang muka. Heran!

Lepas makan malam, aku melihat Mas Ricko meraih jaket di balik pintu kamar.

"Mau kemana Mas?" tanya ku heran, bukankah capek baru saja pulang menempuh perjalan dua jam pakai sepeda motor.

"Aku harus ke rumah kepala sekolah. Ada yang harus di tanda tangani sama dia." jawab mas Ricko.

"Pulang jam berapa?" tanya ku tak ikhlas.

"Belum tahu Sayang, kalau enggak rame aku segera pulang, kalau rame ya ga enak juga, mungkin ngobrol sebentar." ucapnya.

Aku mengikuti Mas Ricko berjalan ke pintu depan.

"Ga bawa motor?" tanya ku heran.

"Biar nanti di depan aku nebeng Andi. Ribet di rumah kepala sekolah parkirnya sempit." jawabnya memang benar begitu.

"Kalau kamu ngantuk tidur duluan saja, Mas bawa kunci rumah kok." jawabnya merogoh kantong jaketnya.

Tak ku jawab, kemudian segera menutup pintu dengan kesal. Entah kenapa semenjak beberapa bulan ini sikap Mas Ricko sedikit berubah.

Yah, tidak mau berprasangka, lagipula dia sibuk mengurus berkas pengangkatan PNS. Mungkin hanya aku yang merasa kurang diperhatikan. Empat bulan yang lalu aku keguguran, itu bukan yang pertama, tapi yang ketiga kalinya setelah hampir dua tahun menikah.

Malam kian larut, selain karena Mas Ricko masih diluar, tentu rasa rinduku ini tak tertahankan ingin menghabiskan malam bersama Mas Ricko. Aku berpikir untuk mengirim pesan.

"Mas, masih lama?" pesan terkirim, centang dua abu-abu.

Lama, hingga hampir lima belas menit kemudian baru ada balasan.

"Sebentar lagi, masih enak ngobrolnya."

Arghh..

Enak ngobrol, bukannya lebih enak di kelonin istri? Aku mendengus kesal, membanting ponsel ku di kasur.

Hingga pukul 23:25. Pintu kamar ku terdengar di buka.

Aku membuka mataku tanpa membalikkan badan. Dari meja rias di depanku aku dapat melihat Mas Ricko masuk melepaskan jaketnya.

Ku pikir dia akan membangunkan aku, meminta jatahnya. Mas Ricko bukan tipe laki-laki yang bisa menahan nafsu hingga berhari-hari. Bisa di bilang dia termasuk hiper ***. Tapi dugaan ku salah, dia malah langsung tidur di sebelahku, tak butuh waktu lama, dengkuran halus terdengar di belakang telingaku.

Aku membuka mata, berbalik pelan dan melihat wajah suamiku.

Dia pulang seperti habis beraktifitas berat, tidurnya sampai ngangap, tubuhnya tak bergerak sama sekali.

***

Pagi-pagi sekali aku segera bangun, meskipun hari minggu ya tetap saja aku harus menyiapkan sarapan.

"Bangun Mas." ucapku seraya menyibak gorden jendela.

Ku lirik Mas Ricko hanya bergerak lalu tidur lagi. Ku lanjutkan membuka gorden jendela samping yang berhadapan dengan rumah Mbak Tami.

Kalau hari kerja, pasti ramai anak-anak kost yang berdiri di samping, bersiap pergi ke sekolah ataupun bekerja. Tapi hari libur biasanya anak-anak pulang ke rumah orang tuanya yang berada di kecamatan sebelah, jarak lumayan jauh membuat mereka harus kos untuk melanjutkan pendidikan di pusat kecamatan. Maklum saja, jalan yang kurang memadai membuat mereka kesulitan mengendarai sepeda motor ketika hujan.

Tapi, ada yang menyita perhatianku.

Dila baru saja selesai mandi dengan handuk melilit di dadanya, dia sengaja keluar untuk menjemur pakaian di halaman belakang, sehingga aku dapat melihat dengan jelas, tanda merah sisa bercinta di leher Dila.

Astaghfirullah, apakah semalam dia menghabiskan malam dengan pacarnya?

Hatiku nyeri sekaligus iri, biasanya Mas Ricko membuat tanda itu pada ku, persis begitu.

Terpopuler

Comments

Endang Supriati

Endang Supriati

bodoh jd istri suami selingkuh sama anak murid malah pergi!! pergi setelah menghancurkan suamimu.liat prolog nya kok goblog. mana pantas jd anak org kaya! loe pantasnya jd anak tukang sapu disekolahan.
kan bisa dilaporkan ! buat bukti
langsungdi pecat tuh suamimu!

2024-07-20

0

♬ Caca 💕

♬ Caca 💕

masih kecil udah jadi pelakor

2023-09-10

2

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

aku mampir Thor, baru baca hati udah nyesek

2023-07-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!