Jangan-jangan selingkuh?

Entah mengapa hariku menjadi Kacau, terus mengingat tanda merah di tubuh bagian depan Dila.

Dosa jika aku iri karena Mas Ricko terkesan cuek dan semakin sibuk. Tapi sebagai wanita dewasa yang sudah menikah, tentu hal itu adalah kebutuhan pokok selain makan dan minum.

"Mas."

Malam itu aku memulai pembicaraan setelah makan malam.

"Ada apa?" tanya Mas Ricko.

"Hemm, sejak pulang kamu selalu sibuk. Apa aku sudah tidak cantik lagi sehingga di biarkan saja?" aku memasang wajah merajuk manja, duduk di sampingnya.

"Kamu ngomong apa? Kan Mas lagi sibuk." jawabnya membuatku mendengus kesal.

"Tapi aku kangen Mas." ucapku tak putus asa, karena malam sebelumnya aku mencoba merayu hanya dengan sikap dan pakaian seksi saja dia tak mempan. Aneh!

"Masih ada hari besok." ucapnya, dia beranjak ke dapur membuatkan aku teh hangat.

Sejak beberapa hari ini pula dia rajin bikin minuman untuk ku. Begitulah akhirnya aku melupakan keinginanku hingga lelap sampai pagi menjelang.

Aku bangun untuk menyiapkan sarapan, hanya nasi goreng di pagi ini tentu aku tak butuh waktu lama untuk menyiapkannya.

Aku kembali naik ke lantai dua, membangunkan Mas Ricko, seperti biasa pula aku menyibak gorden agar pencahayaan alami masuk.

Dan untuk ke sekian kali aku kembali melihat gadis dengan dada montok itu menjemur baju di halaman, namun kali ini handuk dan kain berpadu menutupi bagian depannya.

Dan terlihat kesal wajah Dila ketika salah satu baju yang di jemur malah jatuh.

Ia berjongkok mengambilnya, kain yang menutup dada bagian atasnya ikut melorot dan memperlihatkan bagian yang cukup membuatku tercengang.

Lagi-lagi, dada bagian depannya di penuhi tanda merah, pasti laki-laki yang bercinta dengan Dila sangat buas, itu yang aku tahu karena Mas Ricko seperti itu.

Aku memperhatikan hingga gadis itu kembali masuk ke kamarnya. Sungguh, aku penasaran dengan siapa dia pacaran. Kalau anak SMA seusianya? Ku rasa tidak akan sampai begitu mereka bercinta. Kalau bukan anak SMA lalu siapa? Tak pernah aku melihat laki-laki datang ke rumah sebelah, atau sekedar menjemput Dila pergi ke sekolah, dia selalu naik ojek atau terkadang berjalan kaki.

Jiwa kepo ku meronta-ronta karena sering melihat bekas gigitan laki-laki di dada seorang gadis yang masih SMA, apalagi dia anak kos di rumah tetangga.

Jujur saja, khawatir dan curiga mulai mengisi otak kepala. Jangan-jangan?

***

Pukul sembilan pagi, sengaja aku menjemur karpet dan mengibas debu dengan sapu. Selain agar kuman tak bersarang di karpet beludru tersebut, rasa penasaranku juga harus segera di atasi.

"San!" suara Mbak Tami menyapaku, rupanya ibu dua anak itu baru saja selesai nyapu. Mungkin pembantu rumah tangganya belum datang.

"Iya Mbak." aku tersenyum lebar, melepaskan sapu lidi dan berjalan menuju rumah Mbak Tami. Kesempatan untuk mencari tahu!

"Rajin amat?" tanya Mbak Tami seraya mengajak duduk di bangku bawah pohon jambu rumahnya.

"Iseng aja tadi, lihat karpet berdebu." jawab ku asal.

"Sejenak berbasa-basi, aku sudah tidak tahan ingin menanyakan tentang Dila. Dan mendadak aku ingat saat Minggu lalu Mas Ricko baru pulang dari kabupaten, aku memergoki mereka sempat saling menatap.

"Mbak." panggilku ragu-ragu.

"Ya?" Mbak Tami menoleh padaku.

"Saya mau tanya, tentang si Dila." ucapku jelas, sejenak mulut Mbak Tami tak tertutup rapat, entah mungkin heran dengan mendadak aku bertanya tentang Dila.

"Ada apa Dengan Dila?" tanya Mbak Tami membenarkan posisi duduknya.

"Anu Mbak, itu... hampir setiap pagi aku melihat dia habis mandi jemur pakaian di halaman belakang." ucapku menggantung.

"Ya." Mbak Tami mendengarkan serius.

"Itu di dadanya banyak sekali bekas merah-merah, kaya gigitan laki-laki." ucapku meringis, takut salah bicara walaupun benar kenyataannya.

"Hah! Yang bener kamu San?" tanya Mbak Tami terkejut.

"Benar Mbak, aku sudah beberapa kali melihatnya, bahkan pertama kali melihatnya sangat parah, dari leher sampai ke area dadanya. Banyak!"

Mbak Tami tampak berpikir.

"Dia punya pacar Mbak? Siapa?" tanyaku tak sabaran.

"Enggak tahu, tapi perasaan tidak ada San. Anak kost di rumah ini di larang pacaran." jawab Mbak Tami.

"Tapi itu Mbak?" tentu aku ingin Mbak Tami tahu, dan aku sangat ingin tahu.

"Gini, kita lihat CCTV." ucapnya mengajakku masuk, dia meraih ponselnya dan segera membuka rekaman CCTV.

Sayangnya, CCTV rumah Mbak Tami hanya tampak bagian depannya saja. Tentu karena bagian belakang di kelilingi tembok pagar yang tinggi, tak ada tempat masuk ataupun keluar selain lewat depan saja.

"Tidak ada kan?" Tami tersenyum ke padaku.

"Tapi aku benar-benar melihatnya Mbak." aku meyakinkan Mbak Tami.

"Ya, mungkin dia ketemuan di luar. Kita enggak bisa menjaga anak-anak kost kalau di luaran." sahutnya tenang.

Sia-sia, akhirnya aku pulang dengan rasa kesal, malu dan sebagainya. Bisa jadi sekarang Mbak Tami sedang menertawai sikap Kepo ku yang jarang terlihat.

Sudahlah, lagi pula hanya perasaan saja. Tapi tak bisa ku hilangkan juga curiga dan cemburu ini menjadi satu. Bukan tidak mungkin kalau si Dila menyukai Mas Ricko. Dia termasuk guru muda yang tampan di sekolahnya.

Apalagi sikap Dila seperti selalu memancing nafsu ketika duduk di depan rumah Mbak Tami. Tentu laki-laki bisa khilaf jika terus seperti itu.

***

Akhir pekan, ku lihat Dila keluarga pagi-pagi dengan jeans dan kaos ketat. Sepertinya dia akan pergi belanja. Tapi tidak sendiri seperti sebelumnya, dia mengajak teman kostnya yang masih polos, bisa dikatakan anak orang kurang mampu.

Dan entah kenapa pula aku jadi selalu ingin tahu apa saja yang dilakukan Dila, padahal kalau dipikir, terserah dia mau melakukan apa saja. Entahlah.. haruskah aku berhenti memperhatikan anak orang tersebut, kalau curiga sepertinya tak cukup alasan. CCTV itu menunjukkan rekaman dari beberapa hari lalu. Curiga Mas Ricko selingkuh dengan Dila pun tak beralasan. Tentu kedatangan Mas Ricko ke sana akan terekam kamera bukan?

Tak berapa lama kemudian Dila pulang naik ojek, diikuti temannya Cindy.

"Dari mana Cindy?" sapa ku yang sejak tadi sengaja duduk di teras.

"Nemenin Dila belanja Tante." jawabnya halus, dia memang sopan sejak dua tahun lalu ia ngekos di rumah sebelah. Berbeda dengan Dila yang baru kos beberapa bulan yang lalu. Sombong lagi.

"Banyak sekali belanjanya." aku melanjutkan basa-basi sekaligus Kepo.

"Iya Tan, Dila banyak duitnya. Cindy juga di beliin baju tadi." dia mengangkat kantong berisi pakaian.

"Alhamdulillah, rezeki." ucapku kepada Cindy, melirik Dila. Darimana dia dapat duit segitu banyak? Ukuran anak kos itu udah berlebihan mengingat keluarganya terlihat kesusahan mengatur belanja saat datang menginap beberapa waktu lalu. Uang kost pun belum lunas, kata Mbak Tami.

"Mari Tante." ucap Cindy juga Dila tersenyum sedikit padaku.

Baiknya ku akhiri saja curiga ku ini, lagi pula Mas Ricko adalah seorang guru, tentu dia akan menjaga wibawanya. Belum lagi gelar PNS yang baru saja di dapatkan, masak iya Mas Ricko bersedia tersandung kasus perselingkuhan?

Aku menuruni anak tangga di samping rumah yang berbatas pagar sekitar 2 meter. Niat hati ingin meletakkan pot bekas yang sudah rusak, namun sayup ku dengar suara Dila berbicara.

"Dila udah beli baju yang Bapak mau. Asal enggak lupa ganti uang Dila ya!"

"Bapak?" gumamku tak yakin.

Aku merapatkan diri ke tembok pembatas itu memasang telinga lebih tajam. Samar terdengar suara laki-laki dari suara ponselnya. Terakhir malah terdengar kata-kata yang membuat kepo ku bangkit semakin tinggi.

"Nanti malam Dila tunggu!"

Terpopuler

Comments

♬ Caca 💕

♬ Caca 💕

si dila kenapa bisa mau ya sama om om ya?

2023-09-14

2

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

anak sekolah sdh jadi pelakor.

2023-07-26

1

yamink oi

yamink oi

up

2023-06-10

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!