Tiba-Tiba Membawa Madu

Tiba-Tiba Membawa Madu

1. Membawa Madu.

Rania sedang menyisir rambutnya di kamar dia tersenyum membayangkan pernikahan mereka yang harmonis, sosok suami yang baik, perhatian tanggungjawab, Rania sangat bersyukur di pernikahannya yang memasuki sepuluh tahun baik-baik saja walau mereka kadang juga bertengkar tapi itu tak lama karena Aditama pasti akan membjuk Rania agar tidak merajuk.

Sebuah bel terdengar membuat Rania segera bergegas karena sudah pasti sang suami yang datang.

Rania membuka pintunya dengan melebarkan senyumannya namun dia sedikit terkejut ketika ada sosok perempuan di belakang suaminya yang sedang menunduk.

"Mas, siapa dia?" tanya Rania sambil menatap Aditama.

"Kita masuk dulu sayang," ujar Aditama sambil mengecup kening istrinya lalu menggandeng tanganya. Wanita itu mengikuti mereka di belakang.

"Adriana dimana?" tanya Aditama sambil meneguk air minum yang sudah di sediakan oleh Rania. Aditama melihat jam tangannya menunjukan pukul sembilan malam.

"Sudah tidur," jawab Rania sambil menatap wanita yang di bawa suaminya yang sedang menunduk tajam.

"Sebelumnya, mas, mau minta maaf sama kamu, mungkin ini akan terdengar menyakitkan," ujar Aditama sambil membuang napasnya lalu menggengam tangan sang istri.

"Katakan ada apa? Dan siapa dia?" kata Rania mengangkat dagunya ke arah Khansa yang dari tadi menunduk.

"Rania, dia adalah adik madu mu, Mas harap kamu bisa menerima dia,"

Bak petir di siang bolong Rania kaget bukan kepalang, dia menggelengkan kepalannya antara percaya dan tidak.

"Katakan ini becanda, kamu becanda kan mas! Kamu bohongkan sama aku!" mata Rania mulai berembun dia mencoba untuk tidak percaya ucapan suaminya.

"Sayang, mas tidak sedang becanda dia benar adik madu kamu," Aditama menatap mata Rania yang meneteskan airmatanya.

"Tidak, aku tidak mau di madu mas!" teriak Rania sambil bangkit dari duduknya.

"Kamu tunggu di sini, saya akan membujuk Rania dulu," ujar Aditama, Khansa menganggukan kepalannya. Lalu Aditama mengejar sang istri.

"Sayang dengar kan aku dulu, mas akan jelaskan semuanya," Aditama menggengam tangan Rania.

"Apapun itu alsannya membuat aku sakit hati mas," sahut Rania dengan suara bergetar." Apa mas tidak berfikir dampak kedepannya seperti apa? terlebih ada Adriana," isak Riana pada ahirnya bahunya berguncang Riana meleruhkan badannya yang langsung di tangkap oleh Aditama lalu membawa kepelukaknya.

di kejauhan Khansa melihat adegan itu dia menghela napasnya sambil membuang pandangan karena melihat mereka berpelukan, ada rasa sesak di dadanya melihat mereka seperti itu.

"Aku minta maaf sayang, mari kita bicar baik-baik biar tidak ada kesalah fahaman sampai mas bisa nikahi dia," bisik Aditama sambil mengeratkan pelukannya. karena dia juga tidak tega melihat Rania menangis seperti itu.

Aditama merangkul pundak sang istri mereka melangkah di mana Khansa sedang duduk.

"Siapa nama mu?" tanya Rania membuat Khansa mendongakan kepalanya.

"Khansa, Mbak. Maaf jika kehadiran ku membuat Mbak tidak nyaman," ujarnya lalu dia kembali menunduk.

"Mas akan jujur kenapa mas menikahi dia, Mas harap kamu mengerti dan Faham kondisi seperti ini. Jujur Mas juga tidak ada niat untuk mendua dari kamu," Aditama menjeda ucapannya lalu menatap Rania terdengar helaan napas darinya.

"Mas kasian sama dia, dia akan di jadikan wanita malam sama orang tuanya. Melihat itu, mas gak tega dia menangis minta tolong karena di bawa paksa sama peria hidung belang, sementara ibunya tersenyum sambil mengipaskan uangnya ke mukanya. Mas yang kebetulan ada di rumah ibu tidak tega melihat itu semua dan..."

"Apa tidak ada solusi lain selain menikah?" Potong Rania dengan suara bergetar.

"Dengarkan mas dulu ya sayang, mas belum selesai bicara," Aditama mengelus kepala Rania, sementara Rania meneteskan air matanya. Khansa dari tadi diam saja sambil memainkan jari-jarinya.

"Mas berusha bicara baik-baik sama Ibunya, Khansa, namun gak mempan, ahirnya mas spontan bicara akan menikahi dia dengan jaminan Khansa akan hidup terjamin.

"Ekonomi mereka sedang di uji, usahanya menurun hutang di mana-mana, karena gelap mata Khansa di suruh menjadi wanita malam, alsannya bukan karena hutang piutang saja melainkan karena tidak mau melihat Khansa kekurangan uang, dari situ ibunya Khansa menyuruh dia menjadi wanita malam dengan harga yang sangat fantastis karena dia masih Virgin," Aditama menjelaskan panjang.

"Tapi ini bukan solusinya mas!" tekan Rania sambil melirik sama Khansa yang sedang menatapnya lalu kembali menunduk.

"Sayang, Mas, melakukan ini karena mas yakin kamu akan mengerti, Mas juga menikahi dia karena tahu kehidupan dia seperti apa, mas sudah kenal dia lama dia orangnya baik, mas yakin kalian akan hidup akur," Ujar Aditama.

Rania tidak habis fikir dengan jalan pikiran suaminya, hanya karena itu dia mau menikahi Khansa dan lebih menyakitkan mereka menikah siri diam-diam tanpa memberi tahunya terlebih dahulu.

"Disini saya yang salah Mbak, saya gak papa tidak di anggap sebagai istri," Khansa membuka suaranya yang sejak tadi diam saja mendengarkan percakapan suami istri itu.

"Beri aku waktu untuk berfikir," Rania beranjak dari duduknya sambil menghapus airmatanya yang sejak tadi tidak mau berhenti.

"Kamu tidur dulu di kamar tamu, istirahatlah!" Aditama menatap Khansa yang menganggukan kepalanya. Lalu ia bangkit dari duduknya dan mengejar sang istri, Khansa membuang napasnya lalu ia juga bangkit dari duduknya menuju kamar ruang tamu yang tadi sudah di tunjuk oleh Aditama.

Rania terisak di kamarnya dia menyelimuti tubuhnya, perasaan benci, kecewa, sakit hati berkecamak dalam dirinya. Rasa sesak yang teramat sangat menyakitkan untuk Rania.

Sebuah ketukan di pintu terdengar namun Rania memilih diam, Aditama masuk terlihat Ranisa sedang meringkuk terdengar isakan pelan dari Rania. Aditama lalu duduk di samping sang istri.

"Sayang," ujar Aditama sambil mengecup pucuk kepala sang istri, membuat Rania memejamkan matanya tetesan airmata itu terus membanjiri pipinya.

"Sayang, Mas, mengerti tidak mudah untuk kamu menerima ini semua, mengingat ini sangat mendadak tapi percayalah cinta mas cuma buat kamu seorang, tidak semudah itu mas mencintai seseorang. Khansa tetangga mas tapi mas tidak begitu dekat dengannya apalagi karena perbedaan usia kami yang terpaut lima tahun, itu tandanya kamu seumuran sama dia,"

Ranisa beringsut dari tidurnya lalu duduk dan menatap Aditama dengan tatapan sendunya.

"Bagai mana jika Adriana menanyakan Khansa itu siapa? Bagai mana jika dia tahu ayahnya menghianati ibunya! bahakn bagi anak perempuan sosok seorang ayah adalah cinta pertamanya, kamu bukan cuma menghianati aku saja mas! tapi Adriana pasti akan sakit hati!" sahut Ranisa sambil menghapus air matanya sementara Aditama menghela napasnya sambil menunduk.

"Bukan itu solusi untuk menyelamtkan dia, Mas bisa menghubungi kantor polisi dan urusan Khansa biar polisi yang menanganinya, bukan berarti Mas menikahi dia," tekan Rania di ahir kalimatnya.

"Saat itu mas panik sayang, mas tidak berfikir jauh dan spontan mas bicara seperti itu," ujar Aditama sambil mengangkat tangannya hendak menghapus air mata Rania namun segera di tepis oleh Rania.

"Tinggalkan aku sendiri, mas. Aku ingin sendiri," kata Rania sambil membaringkan tubuhnya dan membelakangi suaminya.

"Rania.."

"Pergilah ke istri barumu biar bagai manapun dia wajib untuk kamu gauli karena sudah menjadi suami istri," Rania bicara masih membelaking suaminya.

"Rania, mas minta maaf, mas salah, aku tidak bermaksud untuk menyakiti mu," Aditama ikut berbaring di dekat sang istri lalu Aditama mengertakn pelukannya. Tangisan Rania makin menjadi air mata itu keluar dengan derasnya dan berualng kali Rania menghapusnya.

"Pergilah mas!"

"Aku akan tetap disini," Aditama mengeratkan pelukannya.

"Aku bilang pergi!"

"Rania.." Aditama terisak pada ahirnya.

"Biarkan aku tenang dulu." kata Rania.

"Baiklah, namun kamu harus ingat bahwa cinta mas sangat besar untuk kamu satu hal yang harus kamu tahu, Mas tidak mencintai dia," Aditama bangkit lalu mengecup pipi sang istri.

"Mas akan tidur di sofa ruang tamu,"lanjut Aditama sambil menyeka sudut matanya.

Terdengar pintu tertutup, Rania menangis sejadi-jadinya dia tumpahkan sambil tangannya meremas selimut sangat kuat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!