Keduanya menangis, Aditama menyesal telah membentak Rania sementara Rania sakit hati dengan fakta yang ada di tambah bentakan dari Aditama menambah luka yang ada karena baru pertama kali Rania di perlakukan seperti itu.
"Sayang, mas minta maaf," ucap Aditama sambil mengeratkan pelukannya.
"Mas jahat!" lirih Rania sambil terisak.
"Mas memang yang pertama kali menyentuh, Khansa. Tapi itu dulu..dulu sekali sebelum kita bertemu, mas memang pernah tertarik sama dia namun hanya sebatas cinta monyet.
"Khansa yang waktu itu masih kelas dua SMP meminta bantuan Mas untuk datang kerumahnya dia memberikan mas minum, setelah beberapa menit tubah mas merasa beda ada hawa panas yang menjalar, setelah itu barulah dia bilang telah menaruh sesuatu di minuman, dan dari situlah terjadi hal yang tidak di inginkan, tapi mas hanya sekali melakukan sama dia setelahnya, mas memilih kuliah di jogja agar menghindar dari Khansa yang berani menjebak mas." papar Aditama menjelaskan masa lalu bersama Khansa," mas juga menyesal dan mas tahu perbuatan seperti itu salah maka mas memilih kuliah di nana."
"Mas sangat sayang sama kamu, Rania. Mas gak mau kehilangan kamu dan Adriana kalian harta mas," lanjut Aditama dengan meneteskan air matanya.
"lalu apa alasan mas membawa Khansa kembali dalam hidup mas?" Rania melerai pelukannya kini keduannya saling bertatapan.
"Mas hanya ingin menyelamtkan dia dari pekerjaannya menjadi wanita malam," jawab Aditama membuat Rania membuang wajahnya.
"Itu bukan solusi mas! Malah akan bermasalah dalam rumah tangga kita," tekan Rania sambil bangkit dari duduknya.
"Rania, percayalah mas hanya sebatas menolong, gak lebih. cinta mas gak akan pernah berkurang sama kamu," kata Aditama membuat Rania menyipitkan matanya.
"Jelas-jelas dia ingin merebut kamu dari aku, Mas." Kata Rania kembali emosi.
"Mas pikir, kamu akan mendukung dengan keputusan mas yang menolong dia supaya tidak menjadi wanita malam," ucap Aditama dengan lembut.
Gak ada balasan dari Rania dia lebih memilih diam, Rania duduk di tepian kasur dengan pandangan mengarah ke jendela. Rania memejamkan matanya dengan tetesan air mata yang tidak tertahan lagi, tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya.
Aditama duduk di samping Rania dia mengangakt tangannya hendak menyentuh kepala Rania namun ia turunkan kembali tangan itu dan lebih memilih menunduk terdengar isakan pelan dari Rania.
keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing, Rania sebagai perempuan dia jelas tidak mau di madu walau dengan alasan menyelamatkan Khansa tapi itu bukan solusi yang terbaik, apalagi mereka pernah menjalin hubungan walau cuma sebentar.
Berbeda dengan Aditama yang membenarkan tindakannya itu dengan dalih menolong.
Padahal masih banyak cara untuk menolong Khansa tanpa harus menikahinya.
Tak terasa kini pagi menjelang Aditama membukakan matanya terlihat istrinya sudah tidak ada. Aditama bangkit dari duduknya lalu ia menuruni anak tangga satu persatu.
Terlihat Rania sedang menyiapkan sarapan, Aditama langsung memeluk Rania dari belakang.
"Pagi sayang,"
"lepas mas!" ujar Rania dengan wajah datar.
"Gak mau, mas ingin seperti ini terus," sahut Aditama membuat Rania menghembuskan napasnya.
Rania menaruh spatulannya lalu ia matikan kompor kemudian membalikan badannya kini keduanya saling bertatapan.
Namun di saat keduanya saling bertatapan sebuah pelukan mendarat di punggung Aditama.
"Aku juga ingin di peluk, bukan kah aku juga istrimu? Harusnya kamu bersikap adil!" ujar Khansa manja, Aditama melepaskan tangan Khansa yang ada di perutnya lalu menatap Rania yang langsung membalikan badanya dan meneruskan aktiftasnya.
"lepasin Khansa, ada saatnya aku juga bersama kamu," ujar Aditama tanpa ekspersi, namum mampu membuat dada Rania terasa sesak dengan ucapannya suaminya.
Tidak sadarkah dengan perkatannya itu menyakitkan hati istrinya?
Khansa lalu memeluk lengan Aditama dan itu tak luput dari pandangan Rania.
"Aku harus mandi dulu," ucap Aditama yang langsung melangkah.
Rania lebih memilih diam dan menghiraukan Khansa yang dari tadi menatapnya.
Sementara Khansa mengamati pergerakan Rania sambil menarik sudut bibirnya.
Ketika hendak melangkah tangan Rania di cekal oleh Khansa.
"Mau memanggil Adrianakan? Biar aku saja!" katanya sambil melangkah meningglkan Rania yang mematung.
Rania menarik napas berat lalu dia duduk sambil menatap kosong.
Tak lama kini ketiganya turun dengan posisi Aditama menggenggam Adriana dan Khansa berada di sebelah Aditama sunggun potret seperti itu adalah kebiasaan mereka dan kini Khansa yang berada di situ.
Sebuah senyuman terkembang di bibir Khansa tatkala melihat perubahan wajah Rania, terlihat guratan cemburu melekat di wajah Rania dan itu yang di inginkan Khansa.
"Mama," teriak Adirana sambil berlali ketika sudah berada di anak tangga terahir.
"Sayang," Rania memeluk Adriana dengan menatap Aditama dan Khansa yang masih berdiri.
Mereka pun sarapan sambil mendengarkan cerita dari Adirana selama di sekolahnya dan menceritakan tentang temennya yang memiliki ibu dua.
"Tapi Adriana kasian banget sama dia, katanya dia sering di marahi sama ibu tirinya," ujarAdriana dengan polosnya sementara Rania menatap Aditama yang sedang menatapnya.
"Tidak semua ibu tiri itu jahat sayang," sahut khansa sambil menatap Aditama dan Rania bergantian.
Setelah sarapan Adriana di jemput supir yang biasa menjemputnya.
Seperti biasa Rania dan Khansa mengantar Aditama sampai depan, Aditama mencium kening Rania cukup lama lalu menatap khansa yang tersenyum, Aditama hanya menarik kedua sudut bibirnya lalu dia melangkah pergi tanpa memperlakukan Khansa sama dengan Rania.
"lihat saja bentar lagi kamu akan mencintai ku," ucap Khansa dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments