"kamu kaget? Jangan mudah percaya sama suami kamu," ujar Khansa sambil melipatkan kedua tangannya di dada.
Rania terduduk dia tidak kuat untuk memopang tubuhnya, kakinya tiba-tiba lemas air matanya menetes.
"Jika tidak percaya tanyakan langsung sama mas Aditama," lanjut Khansa, si Mbok yang melihat itu langsung menghampiri sang majikan lalu di dudukan di sofa yang ada di ruang tamu.
"Sabar, Nduk." Kata Si Mbok menatap majikannya lalu menatap Khansa yang tersenyum penuh kemenangan.
"Aku kesini hendak menjemput mas Adit, dia cinta pertama ku dan kami sudah kenal lama," Khansa terus bicara sementara Rania diam membisu seoalah mulut itu susah untuk di gerakkan.
"Ck, Kita lihat siapa yang akan bertahta dan memenangkan hati mas Adit,"
"Sudah cukup! Aku tidak mau mendengarkan ucapan kamu, itu masa lalu kalian tidak seharusnya kamu membuka aib kamu sendiri!" ujar Rania dengan suara bergetar.
"Baiklah, lihat saja nanti siapa yang akan di pilih oleh mas Adit nantinya, AKU atau KAMU!" tekan Khansa di ahir kalimat lalu ia melangkah meningglkan Rania dan si Mbok.
Rania menangis di pelukan si Mbok, dia tumpahkan agar rasa sakit itu sedikit berkurang, si Mbokpun ikut meneteskan air matanya bahkan dia juga sampai terisak melihat majikannya menangis dia ikut merasakan apa yang di rasakan Rania.
Tangisan Rania terdengar sangat pilu bahkan napas dia sedikit tersengal.
"Ini ujin Nduk, sing sabar, Mbok juga ikut sedih melihat Nduk seperti ini," ucap si Mbok sambil mengelus kepala Rania.
"Aku gak menyangka Mas Adit melakukan hal seperti itu sebelumnya," isak Rania dengan suara terbata.
"Jangan mudah percaya, mungkin itu akal-akalan dia, Mbok tahu pak Adit itu sangat baik,"
Gak ada jawaban dari Rania, dia terus terisak dengan bahu berguncang hingga lama kelamaan isakan itu semakin pelan.
"Terimakasih Mbok, Mbok sudah aku anggap ibu sendiri." Kata Rania sambil melerai pelukannya.
"Iya, Mbok juga sayang sama kamu," si mbok menghapus air mata di pipi Rania, berbarengan dengan air mata si Mbok yang terjatuh.
Si Mbok sudah lama kerja di sini, semenjak mereka menikah. Jadi sudah tahu karakter masing-masing. Maka dia sedikit terkejut ketika tahu Aditama menikah lagi. Karena setahu si Mbok, Aditama sangat mencintai sang istri bahkan dia termasuk laki-laki idaman perempuan.
Setelah tenang Rania pun hendak ke kamarnya. Namun ketika si Mbok menawarkan diri untuk mengantarnya, Rania menolak.
Ketika melintas di kamar Khansa dia berhenti karena mendengar Khansa sedang berbicara lewat sambungan telepon.
"Iya Ibu tenang saja, Khansa, akan menghancurkan mental dia dulu. Ibu tahu? tadi Khansa sudah bilang sama dia bahwa Khansa sudah gak perawan gara-gara mas Adit, hahahah lucu bukan!"
Rania memejamkan matanya, kalimat sudah gak perawan terngiang di pikirannya. Rania menarik napas berat lalu melangkah dengan gontai dia menaiki anak tangga satu persatu dengan perasaan berkecamuk.
"Akan aku adu domba kalian biar pisah, dan sepenuhnya mas Adit akan jadi milik aku," gumam Khansa ketika panggilan sudah terputus,
dia begitu ambisi dengan Aditama.
Waktu sudah menunjukan pukul dua siang namun Adriana belum juga pulang.
Rania pun menghubungi supir yang biasa mengantar jemput. Sekoalah Adriana memiliki fasilitas kendaraan yang bisa mengantar jemput anak didiknya, apa lagi yang jaraknya luamayan jauh seperti halnya Adriana.
"ko gak di angakat!" gumam Rania sambil kembali menghubungi supir itu.
Khansa tiba-tiba mendekati Rania dan ikut duduk di sebelahnya. Tak ada obrolan dari keduanya.
"Secepatnya aku akan menyuruh mas Adit untuk meresmikan pernikahan kami," ucap Khansa pada ahirnya, lalu ia menatap Rania yang menatap lurus.
Di saat bersamaan mobil berhenti terlihat Adriana sedikit berlari sambil merentangkan kedua tangannya lalu memeluk sang Mama yang di balas oleh Rania.
"Uhhh, anak Mama. Gak kerasa sudah besar," Rania membelai rambut Adriana yang di ikat menjadi dua bagian.
"Tante ko belum pulang?" tanya Adriana sambil menatap Khansa yang tersenyum.
"Tante akan selamanya tinggal di sini, akan menemani Papa," jawab Khansa sambil melirik ke arah Rania yang menghembuskan napasnya namun pandangnnya masih menatap lurus.
"Ayo kita tidur siang sebentar," ajak Rania sambil menggenggam tangan Adriana.
"Kalau bukan karena mas Adit ogah banget bersifat manis sama anak itu," gumam Khansa ketika mereka sudah benar-benar masuk ke dalam.
Waktu sangatlah cepat si Mbok sebelum pulang dia sudah menyiapkan makanan untuk makan malam, dan sekarang sudah pukul tujuh malam.
Terdengar deru suara mobil dan itu sudah sangat hafal di telinga Adriana dan Rania. Adriana berlari lalu membuka pintu dan langsung memeluk sang ayah.
"Anak ayah," kata Aditama sambil membelai rambut Adriana yang terurai. Mereka berjalan beriringan, Adriana sangat manja dengan Aditama. Mereka pun duduk di ruang santai lalu Rania ikut duduk di kursi tunggal.
Tak lama Khansa ikut gabung dengan mereka.
Rania mengamati perbedaan wajah Khansa, sungguh sangat berbeda ketika Aditama ada di rumah, wajah polos dan alimnya ia tunjukan di depan Aditama sangat berbeda ketika tidak ada Aditama.
"kalian sudah makan?" tanya Aditama sambil menatap satu persatu.
"Belum," jawab Rania dan Khansa bersamaan.
"Papa, tante ini ko belum pulang dari rumah ini? Apa dia akan kerja di sini?" ujar Adriana dengan wajah polosnya has anak-anak umur delapan tahun, pun Adirana usianya delapan tahun.
Aditama menatap Rania yang memasang wajah datar lalu dia menghembuskan napasnya perlahan.
"Kita makan dulu, yuk!" ajak Aditama antusias sengaja agar anaknya lupa dengan pertanyaan itu, karena sebenrnya Aditama juga bingung hendak menjelaskan seperti apa agar anaknya itu tidak terpukul dengan sebuah kenyataan.
Walau dia tidak mencintai Khansa namun dia memilki kewajiban terhadap Khansa.
"Menurut kamu! bagai mana kita memberi tahu Adriana, bahwa Khansa Ibunya juga?"kata Aditama. Mereka sekarang sudah ada di kamar setelah selesai makan.
"Pikir saja sendiri," ucap Rania dengan ketus.
"Sayang ko seperti itu?" Aditama memeluk sang istri dari belakang.
"lepas mas! Aku jijik sama kamu!" sahut Rania sambil berontak matanya mulai berembun.
"Sayang lihat mas," ucap Aditama sambil membalikan Rania kini keduanya saling menatap satu sama lain.
Air mata Rania tidak bisa terbendung lagi hingga ahirnya lolos dengan sendirinya.
"Sayang, mas sangat terpukul melihat kamu seperti ini," Aditama memeluk Rania, Rania berontak menolak di peluk oleh Aditama.
"Mas bohong! Khansa bilang mas sudah merenggut kesucian dia sebelum kamu nikah sama aku! Dan kalian saling mencintai!" Rania menatap Aditama yang menunduk.
"Jawab mas!" ucap Rania dengan suara parau.
"Diamnya Mas, sudah cukup membuat aku mengerti," lanjut Rania sambil menghapus air matanya dengan kasar.
"Dengarkan mas dulu sayang, mas bisa jelasin semuanya," Sahut Aditama sambil mengenggan tangan Rania yang langsung di tepis olehnya.
"Apa? Kebohongan apa lagi yang mas akan berikan kepadaku, hah!"ujar Rania.
"Aku sakit hati mas! Aku benci kamu!" teriak Rania sambil menujuk ke muka Aditama.
"Iya aku mencintainya, Aku sudah merenggut kesucian Khansa, dan semua cerita di awal itu bohong! puas kamu!" Balas Aditama yang tak kalah tinggi suaranya.
Rania yang baru pertama kali di bentak oleh suaminya, meluruh seketika dia terduduk sambil bersandar di dinding. Rania terus menangis hingga bahunya berguncang hebat.
Aditama yang merasa khilaf dia mendekat lalu mensejajajrkan dengan Rania. Aditama mencoba membawa Rania ke pelukaknya lagi dan lagi Rania mencoba menolaknya namun tenaganya tidak kuat lagi hingga ahirnya Aditama berhasil membawa Rania kepelukannya, kini keduanya menangis dalam pelukan.
Aditama menyesal telah membentak Rania. Sementara itu Khansa yang dari tadi menguping dengan sedikit membuka pintunya tersenyum bahagia penuh kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments