2. Rambut yang Basah

Pagi menjelang, Rania bangkit dari tidurnya ia melangkah gontai menuju kamar mandi, ia bersihkan badannya setelah selesai Rania menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim, dia solat dengan khusyu Setelah selesai Rania pun berdo'a.

"Ya allah, aku tahu Engkau tidak akan menguji hambanya melebihi kemampuannya, setiap ujian akan ada hikmah di dalamnya. Maka berilah aku keikhlasan untuk menjalankan semua ini, berilah kesabaran yang tidak terbatas. Aku pasrahkan kepadaMU Ya Allah," Rania meneteskan air matanya ia terisak, bersimpuh memohon kekuatan tak lupa ia juga meminta ampunannya.

Setelah selesai Rania melangkah hendak ke dapur, terlihat Khansa sudah ada di sana sedang mengambil air minum.

"Pagi Mbak," ucap Khansa gugup sambil menudukan kepalnya.

"Iya," jawab Rania datar, lalu ia memulai menyiapakan bahan untuk di masak.

"Aku bantu, Mbak," tawar Khansa, namun gak ada jawaban dari Rania, dia terus mengelurkan bahan untuk nasi goreng buat sarapan.

Dii tengah aktifitasnya Aditama datang menghampiri mereka.

"Pagi sayang," Aditama mengecup kepala sang istri lalu membelai rambut Khansa.

Rania yang melihat itu menarik napas berat lalu menatap sang suami kemudian Khansa, keduanya terlihat rambutnya basah. Kemudian dia kembali membelakangi sang suami dan melanjutkan memasaknya.

Pikiran Rania sudah pasti mereka telah mengerjakan kewajibannya sebagi suami istri, bayangan suaminya melakukan seperti itu dengan wanita lain membuat dia memejamkan matanya sambil menarik napas berat.

"Adriana belum bangaun, Ma?" tanya Aditama sambil mengancingkan lengan kemejanya.

"Belum," jawab Rania tanpa menoleh sedikitpun.

"Mas akan bangunkan dia kalau begitu," ucap Aditama sambil melangkah Khansa pun pamit ke kamarnya.

"Dasar laki-laki! Bilangnya gak cinta tapi nyatanya? Mereka sudah melakukannya." ujar Rania seorang diri sambil memotong wortel sangat kencang setelah selesai dia pun terisak.

"Mama," teriak sang anak sambil sedikit berlari lalu memeluknya dari belakang.

"Sayang sudah banguan rupanya, wah hebat sudah rapih anak Mama." ujar Rania sambil berjongkok mensejajarkan dengan putrinya.

"Iya, pas Mas masuk kamar dia sudah rapih," ujar Aditama, Rania hanya menatap sepintas Aditama.

"Mama, kenapa ko kaya habis nangis?"Adriana menatap mata sang ibu yang terlihat memerah.

"Enggak sayang, mata Mama merah karena habis ngiris bawang," jawab Rania sambil menunjukan bawang mereh di tangannya lalu tersenyum ceria.

Sengaja Rania menutupi karena tidak mau anaknya tahu yang sebenarnya. Sementara Aditama mengehela napasnya dia tahu bukan karena bawang mereh penyebabnya.

"Khansa mana, Ma?" tanya Aditama sambil duduk sementara Rania berdiri dan melanjutkan masaknya.

"Di kamarnya mungkin," jawab Rania yang tangannya sekarang sudah mengaduk nasi itu.

"Khansa siapa, papa?" tanya Adriana sambil duduk di dekat sang papa.

"Nanti biar papa jelaskan ke Adriana, siapa itu Khansa, Ok!" ucap Aditama menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya membuntuk bulat.

Setelah selesai, Rania menata makananya di atas meja tak lupa dia menyediakan minum air hangat dan buah apel yang sudah di belah menjadi enam.

Rania tidak memiliki ART yang standby di rumah, biasanya si Mbok akan datang di jam tujuh pagi dan pulang jam lima sore, karena itu jika pagi Rania yang menyiapkan sarapan.

"Aku akan panggilkan Khansa dulu." kata Rania sambil melangkah.

Namun ketika hendak mengetuk pintu Rania mendengar percakapan Khansa yang sepertinya sedang melakukan sambungan telepon.

"Iya, pokonya beres. Aku sudah pikirkan masak-masak, Ibu jangan hawatir kaya gak tahu Khansa saja,"

Rania sedikit membuka pintu itu agar terdengar jelas, terlihat Khansa sedang membaringkan badannya di atas kasur sambil menghadap ke tembok sehingga keberadaan Rania tidak di sadarinya.

"Mama tahukan, Mas Aditama sebenrnya juga cinta sama aku, dia yang bilang seperti itu,"

Deg.

Rania merasakan sakit yang teramat mendengar ucapan dari Khansa, sebutir air mata keluar dari matanya. Tidak mau terlalu lama mendengarkan ucapan Khansa, Raniapun mengetuk pintunya.

"Sarapan sudah siap," ucap Rania datar.

Perasaan Rania berkecamuk, akankah madunya itu sedang merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan dia dari kehidupan Aditama, lalu kenapa dia bilang mas Aditama mencintainya sedangkan mas Aditama sediri bilang tidak mencintainya. Mana ini yang benar. Sebuah pergolakan hati yang di rasakan Rania.

Khansa segera bangkit dari kasurnya lalu melangkah dan bergabung dengan mereka.

Rania menaruh nasi di piring lalu dia berikan sama suaminya.

"Terimakasih," ujar Aditama sambil tersenyum.

"Tante siapa?" tanya Adriana membuat Rania, Aditama saling menoleh lalu Aditama menoleh ke arah Khansa.

"Nanti, sepelas pulang sekolah, Papa akan cerita sama Adriana." kata Aditama sambil menarik kedua sudut bibirnya.

Sepanjang makan tidak ada yang bicara, Rania terus menatap Khansa dengan tatapan selidik. Terlihat dari mukannya dia seperti polos berbeda dengan Rania yang memiliki sifat ke ibuan, walau usiannya seumuran entah kenapa sampai sekarang Khansa belum menikah juga.

Setelah sarapan Rania dan Khansa mengantar suaminya ke depan sementara Adriana mengikuti langkah sang ayah, langkah Aditama kembali mendekati kedua istrinya setelah Adriana benar-benar masuk ke dalam.

"Mas berangkat dulu, nanti malam Mas tidur di kamar kamu," ucap Aditama mengecup kening sang istri. Lalu menatap Khansa dan menyentuh pipinya terlihat ada rona merah di wajahnya dan itu tak luput dari pandangan Rania.

Setelah mengantarkan sang suami keduanya masuk tak lama Mbok datang sambil mengucap salam, si Mbok napak kaget dengan perempuan asing di rumah ini pasalnya dia belum pernah melihat sebelumnya.

"Mbok, kenalkan ini istri mas Aditama,"

"Apa?" pekik si Mbok sambil menatap sang majikan dengan tatapan tak percaya sekaligus kaget.

"Iya Mbok, mereka telah menikah siri tanpa sepengetahuan aku, luar biasa sekali bukan," sahut Rania sambil menatap ke arah Khansa yang sekarang dari sorot matanya sedikit berbeda terlihat berani.

"Karena aku sama mas Aditama saling menyukai sejak dulu," ujar Khansa sedikit angkuh.

"Baiklah sekarang tugas kita harus di bagi, mengingat kamu juga istrinya mas Aditama," Ucap Rania lembut.

Si Mbok yang melihat majikannya itu terlihat tegar namun dari sorot matanya jelas dia merasakan sakit hati yang teramat, bahkan si Mbok pun seolah merasakan sakit hati. Si Mbok yang sudah lama bekerja dengan Rania dia tahu bahwa Rania itu sangat baik dan yang tidak percaya kenapa sang bapak tega menghianati padahal istrinya sangat cantik.

"Permisi, Mbok mau mengerjakan pekerjaan dulu, sing sabar ya nduk," lirih Mbok sambil mengusap punggung Rania, sementara Rania tersenyum sambil menganghukan kepalanya.

"Mau tahu kenapa mas Aditama mau menikahi ku?" ucap Khansa membuat Rania yang mau melangkahkan kakinya berhenti lalu menoleh.

Khansa mendekat ke arah Rania kini keduanya saling bertatapan hingga airnya Khansa membisikan ketelinga Rania.

Seketika Rania terbelalak dengan tangan menutupi mulutnya sementara Khansa tersenyum melihat reaksi Rania yang shock.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!