18.

Mumu duduk bersila di kamar kostnya. Nafasnya turun naik dengan teratur sesuai dengan metode pernafasan yang selama ini ia pelajari. Sudah satu jam ia meditasi dengan posisi seperti itu.

Hari ini ia lelah sekali.

Bagaimana ia tak lelah, pengobatan menggunakan jarum akupuntur membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi agar tidak terjadi kesalahan disaat menancapkan jarum ditubuh pasien. Begitu banyak titik-titik saraf di tubuh manusia yang saling berdekatan. Masing-masing titik itu melambangkan hal yang berbeda.

Ditambah lagi saat jari-jarinya dengan terpaksa menyentuh kulit Mala, membuat Mumu mengeluarkan tenaga dan fikiran yang lebih ekstra agar fokusnya tidak buyar.

Mumu akui ia masih sangat muda dan ia adalah pemuda yang normal.

Pengalaman tadi adalah suatu siksaan baginya. Walaupun tidak sampai menjurus ke hal-hal negatif. Tapi ya, tetap saja ia merasa tak nyaman jika harus mengobati kaum hawa.

Walau bagaimana pun Mumu bertekad agar bisa lebih mengendalikan diri dan fikirannya agar tidak kehilangan fokus dalam mengobati orang.

Tidak menutup kemungkinan juga bahwa di masa yang akan datang ia akan bertemu lagi dengan kejadian yang seperti ini. Jadi ia harus lebih menyiapkan mentalnya.

Mumu bersiap-siap karena sebentar lagi ia mau berangkat kerja.

Dalam pada itu di sebuah Coffee Shop yang terletak di jalan Merbau, Rahma sedang berduaan dengan pacarnya, Syaukani.

Syaukani seorang pria yang tampan. Berkulit putih dan berambut ikal. Penampilannya smart terus. Hal ini sesuai dengan tempat kerjanya di perbankan. Biasanya perbankan sangat menekankan pada penampilan karyawannya terutama yang bagian pelayanan nasabah.

Mereka sedang berbincang tentang masa depan hubungannya.

Sebenarnya bukan berbincang tapi lebih tepatnya Syaukani sedang berbicara sendiri sedangkan Rahma lebih banyak diam dan termenung.

"Rahma...rahma....!"

"Eh, iya, Mas. Ayo minum." Rahma meraih gelas dan minum dengan perlahan.

"Kamu kenapa sih? Mas dari tadi cerita terus tentang hubungan kita. Planning masa depan kita tapi kamu malah bengong.

Ada apa sih? Apa Mas ada salah sama kamu ya, sayang?"

Rahma menggelengkan kepalanya, "Tidak, Mas."

"Lalu apa? Apakah kamu sedang ada masalah? Coba ceritakan sama Mas. Mana tahu Mas bisa bantu." Ujar Syaukani dengan sabar.

"Benar, Mas. Aku tidak ada masalah apa-apa. Cuma fikiran sedikit tak fokus saja. Hanya itu. Mas tak usah khawatir ya." Pinta Rahma.

Syaukani terlalu baik kepadanya. Tak mungkin dia tega menambah masalah yang tak perlu kepada Syaukani.

"Muter-muter yuk, Mas! Suntuk. Setelah itu kita ke Mini market ya. Aku mau beli cemilan di rumah." Rahma menarik tangan Syaukani.

"Woiiii...kalau mau keluar tu lihat-lihat kiri-kanan." Mereka berdua baru saja keluar dari Coffee Shop ketika dari arah depan dua motor memasuki halaman Coffee Shop. Hampir saja terjadi tabrakan.

"Maaf, Bang. Tak sengaja." Ucap Syaukani dengan nada tulus.

"Maaf, maaf. Sana pergi kamu!" Salah seorang dari pengendara motor itu menendang stang. Syaukani dan Rahma hampir jatuh. Sedangkan Syaukani sudah pucat pasi. Tanpa disuruh dua kali, dia pun langsung melajukan motornya sedangkan Rahma melihat melihat pria yang menendang tadi dengan perasaan dongkol.

'Kalau saja dia ada di sini pasti para cecunguk itu dihajarnya dengan mudah.' Rahma kembali dalam angan-angannya.

Walau pun perasaanya terhadap Syaukani tidak berubah tapi dia juga tak bisa melupakan sosok pemuda yang telah menolongnya kala itu. Entah kapan dia bisa bertemu lagi dengan pemuda yang sederhana namun gagah itu.

Baju pemuda itu sampai sekarang tidak Rahma cuci tapi dia gantung di lemari pakaiannya biar tetap menjadi kenangan.

...****************...

Di salah satu ruangan karoke yang berada di jalan Kartini. Dua orang pria sedang memukuli seorang pemuda tanpa ampun.

"Rasakan ini bangs*t!!" Sebuah tinju kembali menghantam wajah pemuda itu yang memang sudah babak belur. Pemuda itu meringis tanpa suara.

"Kami tunggu hingga besok siang. Jika kamu tidak melunasi hutang-hutang itu tepat waktu kamu akan tahu akibatnya. Bos sudah bosan dengan segala janji-janji bohong mu itu."

Setelah menendangnya sekali lagi, mereka berdua langsung pergi tanpa menghiraukan nasib pemuda itu lagi.

Pemuda malang itu mengerang tanpa henti. Sekujur tubuhnya sakit-sakit semua. Nyeri. Wajahnya berdarah. Dengan susah payah dia mengeluarkan ponselnya dan mencari nama seseorang di kontak telpon. Setelah ketemu dia langsung memencet tombol panggil. Tak lama kemudian panggilannya tersambung.

"Bang jemput aku di tempat biasa. Kamar 109." Suaranya lemah. Jika Mumu ada di sini ia akan mengenali sosok pemuda ini.

Karena pemuda ini lah yang telah menghinanya di gerbang kantor Bupati sewaktu pertama kali Mumu datang ke kota Selatpanjang untuk mencari kerja. Pemuda ini bernama Roni anak seorang pejabat PUPR.

Saat ini tidak ada jejak kesombongan di wajahnya yang tertutup darah itu yang ada hanyalah raut kesakitan.

Di atas langit ada langit. Jika kita menghina seseorang kita pun bakalan dihina baik oleh orang yang pernah kita hina atau pun melalui orang lain.

Itulah hukum alam. Hukum sebab akibat.

Seorang pria tinggi besar dan berkulit hitam memasuki tempat karoke nomor 109.

Dia segera menolong Roni yang tergeletak tanpa daya di lantai.

Setelah mendudukkannya di kursi serta membersihkan darah di wajah Roni, pria yang bernama Heri itu bertanya, "Siapa yang menghajarmu hingga babak belur begini?"

Bukannya menjawab, Roni malah minta dihidupkan rokok untuknya.

Setelah tiga kali hisap barulah dia memandang wajah Heri dan berkata, "Aku telat bayar hutang sama Bang Mizan, entah bagaimana mereka tahu aku di sini sehingga Debt Collector itu datang menagih hutang. Karena aku tak mampu membayarnya, mereka akhirnya menghajarku," Ujar Roni dengan penuh dendam.

"Kamu suka mencari masalah. Sebaiknya kamu segera membayar hutang tersebut. Bang Mizan itu tak bisa kamu provokasi, Ron."

Roni mengepalkan tinjunya.

"Apakah kita tidak bisa membalasnya, Bang?" Sekujur tubuhnya memang sakit, tapi hatinya lebih sakit lagi. Dia yang terbiasa jumawa kini dihajar seperti anj*ng liar, siapa yang tak sakit hati.

"Sudah abang bilang, Bang Mizan tak bisa kamu provokasi. Ayahmu sendiri tak bisa berkutik di hadapan Bang Mizan, dia ada bekingan polisi."

Roni terdiam dengan wajah yang penuh dendam.

"Mari Abang antar ke Rumah Sakit. Luka mu parah." Sejujurnya Heri tak terlalu peduli dengan Roni. Dia hanya bekerja untuk ayah Roni. Jika bukan karena sering diberi uang oleh Roni, Heri tak akan menjawab panggilan telpon dari Roni tadi.

Heri memapah Roni keluar dari ruangan itu langsung menuju mobil.

Ini adalah mobil dinas Pak Ozy Fawash, ayahnya Roni.

Heri bekerja sebagai sopir yang merangkap pengawal pribadi pak Ozy.

Dia sangat dipercaya oleh Pak Ozy. Apa pun tugas yang diberi oleh Pak Ozy, selama ada uang, Heri akan selesaikan pekerjaan tersebut walaupun dengan cara kekerasan sekalipun.

Yang dia pedulikan hanyalah uang. Karena uang bisa mendapatkan segalanya.

Dalam pada itu, Mumu sedang tidur ketika ia dikejutkan oleh dering handphonenya.

'Siapa yang menelpon tengah malam begini' gumamnya.

Terpopuler

Comments

MATADEWA

MATADEWA

Akan banyak gadis yg ter....

2025-03-15

0

Winter Milo

Winter Milo

👍

2024-12-04

0

Winter Milo

Winter Milo

🤐

2024-12-04

0

lihat semua
Episodes
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
18 18.
19 19.
20 20.
21 21.
22 22.
23 23.
24 24.
25 25.
26 26.
27 27.
28 28.
29 29.
30 Mengambil Alih Perusahaan
31 Rencana
32 Itu Kamu?
33 Tolong Obati Dia, Dik!
34 Jangan Abaikan Penyakit Itu!
35 Ternyata Tabibnya Sangat Muda
36 Musuh Ada Di mana-mana
37 Kewalahan
38 38.
39 39.
40 40.
41 41.
42 42.
43 43.
44 44.
45 45.
46 46.
47 47.
48 48.
49 49.
50 50.
51 51.
52 52.
53 53.
54 54.
55 55.
56 56.
57 57.
58 58.
59 59.
60 60.
61 61.
62 62.
63 63.
64 64.
65 65.
66 66.
67 67.
68 68.
69 69.
70 70.
71 71.
72 72.
73 73.
74 74.
75 75.
76 76.
77 77.
78 78.
79 79.
80 80.
81 81.
82 82.
83 83.
84 84.
85 85.
86 86.
87 87. Jelatik
88 88. Mencapai Batas
89 Itu Dia
90 Mimpi Seperti Nyata
91 Pertemuan
92 Penolakan
93 Keputusan
94 Menanggung Resiko
95 Energi Tidak Berbentuk dan Tidak Berwarna
96 Serangan
97 Masalah
98 Taruhan
99 Hadiah
100 ICU
101 Menilai Buku dari Sampul
102 Meninggal Dunia
103 Secercah Harapan
104 Tanpa Pamrih
105 Hadiah Tak Terduga
106 Hati yang Gundah-gulana
107 Kanker Otak Stadium Akhir
108 Hati yang Berbunga-bunga
109 Penyelidikan
110 Rindu
111 Kehidupan Buk Senah
112 Buah dari Kebaikan
113 Bisakah Kita Bertemu?
114 Makan Bersama
115 Tawaran Kuliah Kedokteran
116 Menolak Tawaran
117 Apa kah Ini Yang Namanya Rindu
118 'Hadiah' Untukmu
119 Cinta Yang Mulai Bersemi
120 Khodam
121 Mutasi
122 Mencari Informasi
123 Pengobatan Keliling
124 Selama Kamu Mau
125 Souvenir
126 Jangan Putuskan Komunikasi
127 Cincin Ruang
128 Pulang Kampung
129 Berubah
130 Gosip
131 Pernikahan
132 Makhluk Hitam
133 Mulai Mengobati
134 Pengobatan Kedua
135 Bernazar
136 Handphone
137 Pertemuan
138 Memulai Pengembaraan
139 70 Meter Persegi
140 Ujian Tertulis
141 Ujiannya Tidak Fair
142 Persiapan Ujian Wawancara
143 Bahasa Inggris itu Aneh
144 Wawancara
145 Mengunjungi Pasien
146 Pedang Kayu
147 Ginjal Kronis
148 Diteror
149 Terlambat
150 Andika
151 Naik Pesawat
152 Masuk Universitas
153 Pertunangan
154 Wulan...?!
155 Sindikat
156 Curhat
157 Makhluk Apa Lagi?
158 Ke RSUD
159 Shofia Yang Malang
160 Hari yang Sibuk
161 Pertemuan
162 Ke RSUD Lagi
163 Ngukur Baju Pengantin
164 Mama Wulan
165 Aku Ingin Bertemu Untuk Terakhir Kali
166 Perpisahan
167 'Orang Pintar'
168 Kromosom
169 Seberkas Cahaya
170 Psikiatri
171 Tujuh Batang Jarum
172 Bertemu dengan Mirna
173 Berdiskusi
174 Mengobati Wulan
175 Ungkapan Perasaan
176 Tertidur Lelap
177 Imelda
178 Pertemuan di Cafe Elit
179 S1 Kedokteran
180 Persiapan Pernikahan Wulan
181 Janji Emak
182 Mengikuti dr. Revi Pratama
183 Papa Imelda
184 Ariani Utari
185 Geng Motor
186 Populer
187 Konsultasi
188 Seminggu Lagi
189 Persiapan Ujian Kompetensi
190 Ujian Kompetensi dimulai
191 Mbah Kung Sakit
192 Permintaan Mbah Kung
193 Ijab Qabul
194 Poli Akupuntur
195 Spesialis Akupuntur Medik
196 Aku Tak Mau dimadu
197 Masalah
198 Mimpi Buruk
199 Bertemu Wulan
200 Keinginan Wulan
201 Kesurupan
202 250 Meter Persegi
203 Pertemuan Tanpa Disengaja
204 Mirna yang Pendiam
205 Keinginan Belum Terpenuhi
206 Dihina
207 Hari yang Sibuk
208 Konspirasi
209 Ada Orang yang Tidak Senang dengan Pernikahan Kita
210 Pertemuan Di Tempat Biasa
211 Berkunjung ke Rumah Wulan
212 Sebuah Keluarga Yang...
213 Pernikahan Bersyarat
214 Marah
215 Penyesalan
216 Pertolongan
217 Paranormal
218 Madu
219 Diserang
220 Melayani Pasien
221 Tidak Waras
222 Jakarta
223 Mengobati Halimah
224 Mirna dan Imelda
225 Menemui Jalan Buntu
226 Tiba di Pekan Baru
227 Cari dan Undang Dia
228 Di Rumah Pak Anggara
229 Identitas Yang Lain
230 Kangen
231 Sang Penolong Misterius Itu Ternyata Dia
232 Kakek Tua Sakit
233 Terpaksa Pulang
234 Di Aula RSUD
235 Bisakah Anda Diam Sebentar?
236 Pasien Tidak Sadar
237 Persalinan
238 Penderitaan Wulan
239 Pria Bertopeng
240 Eric Yang Malang
241 Menikah lah
242 Direktur Yang Kocak
243 Berkelahi
244 Permana Group
245 Diagnosa
246 Memulai Pengobatan
247 Pulang ke Jogja
248 Jika Siap Menjadi Miskin
249 Diagnosanya Sama Persis
250 Permintaan Imelda
251 Hanya Batu Kerikil Biasa
252 Nekad
253 Intel
254 Menghilang
255 Menyelidiki Sendiri
256 Sebuah Pertolongan dari Sang Menantu
257 Pergi Tanpa Pamit
258 Penyakit Non Medis
259 Bertemu Lewat Mimpi
260 Desa Kauman
261 Pulang Kampung
262 Teleportasi
263 Halusinasi?
264 Rencana Resign
265 Rumah Angker
266 Kehidupan di Bengkalis
267 Makhluk Tinggi Besar
268 Serangan lagi
269 Panggilan dari Jogja
270 Mengobati Putri Pak Suprapto
271 Setahun Berlalu
272 Sungguh Malang Nasibmu, Kawan
273 Bertemu Erna
274 Sebagai Kenangan
275 Skandal
276 Ego?
277 Mengadu
278 Marah
279 Ikut Mencari Korban Bencana
280 Keberuntungan?
281 Melarikan Diri
282 Luka yang Sangat Parah
283 Pertolongan Tepat Waktu
284 Saling Mengalah
285 Ayam Cemani
286 Sudah Tidak Sejalan
287 Tersambar Petir
288 Malu untuk Bertemu
289 Terluka
290 Sudah Tiba di Penghujung Jalan
291 Meninggal dengan Tenang
292 Normal Kembali
293 Memerlukan Sosok Seorang Ibu
294 Mengobati Purnama
295 Harus Lebih Berani
296 Apakah Masih Ada Rasa
297 Pertemuan
298 Tidak Nampak Bukan Berarti Tidak Ada
299 Fendi Tato
300 Bahtera Mahligai
301 Pengumuman
Episodes

Updated 301 Episodes

1
1.
2
2.
3
3.
4
4.
5
5.
6
6.
7
7.
8
8.
9
9.
10
10.
11
11.
12
12.
13
13.
14
14.
15
15.
16
16.
17
17.
18
18.
19
19.
20
20.
21
21.
22
22.
23
23.
24
24.
25
25.
26
26.
27
27.
28
28.
29
29.
30
Mengambil Alih Perusahaan
31
Rencana
32
Itu Kamu?
33
Tolong Obati Dia, Dik!
34
Jangan Abaikan Penyakit Itu!
35
Ternyata Tabibnya Sangat Muda
36
Musuh Ada Di mana-mana
37
Kewalahan
38
38.
39
39.
40
40.
41
41.
42
42.
43
43.
44
44.
45
45.
46
46.
47
47.
48
48.
49
49.
50
50.
51
51.
52
52.
53
53.
54
54.
55
55.
56
56.
57
57.
58
58.
59
59.
60
60.
61
61.
62
62.
63
63.
64
64.
65
65.
66
66.
67
67.
68
68.
69
69.
70
70.
71
71.
72
72.
73
73.
74
74.
75
75.
76
76.
77
77.
78
78.
79
79.
80
80.
81
81.
82
82.
83
83.
84
84.
85
85.
86
86.
87
87. Jelatik
88
88. Mencapai Batas
89
Itu Dia
90
Mimpi Seperti Nyata
91
Pertemuan
92
Penolakan
93
Keputusan
94
Menanggung Resiko
95
Energi Tidak Berbentuk dan Tidak Berwarna
96
Serangan
97
Masalah
98
Taruhan
99
Hadiah
100
ICU
101
Menilai Buku dari Sampul
102
Meninggal Dunia
103
Secercah Harapan
104
Tanpa Pamrih
105
Hadiah Tak Terduga
106
Hati yang Gundah-gulana
107
Kanker Otak Stadium Akhir
108
Hati yang Berbunga-bunga
109
Penyelidikan
110
Rindu
111
Kehidupan Buk Senah
112
Buah dari Kebaikan
113
Bisakah Kita Bertemu?
114
Makan Bersama
115
Tawaran Kuliah Kedokteran
116
Menolak Tawaran
117
Apa kah Ini Yang Namanya Rindu
118
'Hadiah' Untukmu
119
Cinta Yang Mulai Bersemi
120
Khodam
121
Mutasi
122
Mencari Informasi
123
Pengobatan Keliling
124
Selama Kamu Mau
125
Souvenir
126
Jangan Putuskan Komunikasi
127
Cincin Ruang
128
Pulang Kampung
129
Berubah
130
Gosip
131
Pernikahan
132
Makhluk Hitam
133
Mulai Mengobati
134
Pengobatan Kedua
135
Bernazar
136
Handphone
137
Pertemuan
138
Memulai Pengembaraan
139
70 Meter Persegi
140
Ujian Tertulis
141
Ujiannya Tidak Fair
142
Persiapan Ujian Wawancara
143
Bahasa Inggris itu Aneh
144
Wawancara
145
Mengunjungi Pasien
146
Pedang Kayu
147
Ginjal Kronis
148
Diteror
149
Terlambat
150
Andika
151
Naik Pesawat
152
Masuk Universitas
153
Pertunangan
154
Wulan...?!
155
Sindikat
156
Curhat
157
Makhluk Apa Lagi?
158
Ke RSUD
159
Shofia Yang Malang
160
Hari yang Sibuk
161
Pertemuan
162
Ke RSUD Lagi
163
Ngukur Baju Pengantin
164
Mama Wulan
165
Aku Ingin Bertemu Untuk Terakhir Kali
166
Perpisahan
167
'Orang Pintar'
168
Kromosom
169
Seberkas Cahaya
170
Psikiatri
171
Tujuh Batang Jarum
172
Bertemu dengan Mirna
173
Berdiskusi
174
Mengobati Wulan
175
Ungkapan Perasaan
176
Tertidur Lelap
177
Imelda
178
Pertemuan di Cafe Elit
179
S1 Kedokteran
180
Persiapan Pernikahan Wulan
181
Janji Emak
182
Mengikuti dr. Revi Pratama
183
Papa Imelda
184
Ariani Utari
185
Geng Motor
186
Populer
187
Konsultasi
188
Seminggu Lagi
189
Persiapan Ujian Kompetensi
190
Ujian Kompetensi dimulai
191
Mbah Kung Sakit
192
Permintaan Mbah Kung
193
Ijab Qabul
194
Poli Akupuntur
195
Spesialis Akupuntur Medik
196
Aku Tak Mau dimadu
197
Masalah
198
Mimpi Buruk
199
Bertemu Wulan
200
Keinginan Wulan
201
Kesurupan
202
250 Meter Persegi
203
Pertemuan Tanpa Disengaja
204
Mirna yang Pendiam
205
Keinginan Belum Terpenuhi
206
Dihina
207
Hari yang Sibuk
208
Konspirasi
209
Ada Orang yang Tidak Senang dengan Pernikahan Kita
210
Pertemuan Di Tempat Biasa
211
Berkunjung ke Rumah Wulan
212
Sebuah Keluarga Yang...
213
Pernikahan Bersyarat
214
Marah
215
Penyesalan
216
Pertolongan
217
Paranormal
218
Madu
219
Diserang
220
Melayani Pasien
221
Tidak Waras
222
Jakarta
223
Mengobati Halimah
224
Mirna dan Imelda
225
Menemui Jalan Buntu
226
Tiba di Pekan Baru
227
Cari dan Undang Dia
228
Di Rumah Pak Anggara
229
Identitas Yang Lain
230
Kangen
231
Sang Penolong Misterius Itu Ternyata Dia
232
Kakek Tua Sakit
233
Terpaksa Pulang
234
Di Aula RSUD
235
Bisakah Anda Diam Sebentar?
236
Pasien Tidak Sadar
237
Persalinan
238
Penderitaan Wulan
239
Pria Bertopeng
240
Eric Yang Malang
241
Menikah lah
242
Direktur Yang Kocak
243
Berkelahi
244
Permana Group
245
Diagnosa
246
Memulai Pengobatan
247
Pulang ke Jogja
248
Jika Siap Menjadi Miskin
249
Diagnosanya Sama Persis
250
Permintaan Imelda
251
Hanya Batu Kerikil Biasa
252
Nekad
253
Intel
254
Menghilang
255
Menyelidiki Sendiri
256
Sebuah Pertolongan dari Sang Menantu
257
Pergi Tanpa Pamit
258
Penyakit Non Medis
259
Bertemu Lewat Mimpi
260
Desa Kauman
261
Pulang Kampung
262
Teleportasi
263
Halusinasi?
264
Rencana Resign
265
Rumah Angker
266
Kehidupan di Bengkalis
267
Makhluk Tinggi Besar
268
Serangan lagi
269
Panggilan dari Jogja
270
Mengobati Putri Pak Suprapto
271
Setahun Berlalu
272
Sungguh Malang Nasibmu, Kawan
273
Bertemu Erna
274
Sebagai Kenangan
275
Skandal
276
Ego?
277
Mengadu
278
Marah
279
Ikut Mencari Korban Bencana
280
Keberuntungan?
281
Melarikan Diri
282
Luka yang Sangat Parah
283
Pertolongan Tepat Waktu
284
Saling Mengalah
285
Ayam Cemani
286
Sudah Tidak Sejalan
287
Tersambar Petir
288
Malu untuk Bertemu
289
Terluka
290
Sudah Tiba di Penghujung Jalan
291
Meninggal dengan Tenang
292
Normal Kembali
293
Memerlukan Sosok Seorang Ibu
294
Mengobati Purnama
295
Harus Lebih Berani
296
Apakah Masih Ada Rasa
297
Pertemuan
298
Tidak Nampak Bukan Berarti Tidak Ada
299
Fendi Tato
300
Bahtera Mahligai
301
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!