20.

Kaki Risnaldi gemetaran hingga tak mampu melangkah walau hanya selangkah.

Dia hanya menoleh ke arah Mumu tanpa daya.

Mumu dengan tenang menatap Amran dan kawan-kawannya langsung mengambil posisi melingkar, mengelilingi mereka berdua.

'Sepuluh orang' Mumu menghitung dalam hati. Dari cara mereka bertindak Mumu bisa mengetahui Amran dan kawan-kawannya sudah terbiasa berkelahi dalam kelompok.

"Kamu yang bernama Amran?" Mumu menatap pemuda pongah yang berdiri sekitar lima langkah darinya.

"Kalau iya kena......?"

"Buk...!!!"

Belum sempat Amran menyelesaikan kata-katanya, sebuah bogem mentah mengenai wajahnya.

Amran terdorong mundur tiga langkah ke belakang.

Belum sempat dia menyeimbangkan diri, kembali pukulan dan tendangan mengenai tubuhnya.

Amran hanya bisa meringis menahan sakit.

Kata-kata makian yang siap terlontar dari mulutnya berganti dengan desis kesakitan.

Peristiwa itu terlalu cepat terjadi. Sehingga kawan-kawan Amran hanya diam melongo tanpa mampu berbuat apa-apa.

Kini mereka memandang Mumu dengan cara berbeda. Ada jejak ketakutan di mata mereka.

Amran bukan lah yang terkuat di antara mereka. Tapi mampu menyerang Amran dengan begitu cepat dan santai tanpa Amran mampu membalasnya sama sekali, jelas pemuda di hadapan mereka tidak bisa diremehkan sama sekali.

Mereka saling lirik. Seperti sudah sepakat, tanpa aba-aba mereka serentak menyerang ke arah Mumu. Ada yang menyerang ke arah kepalanya, leher, perut bahkan sebuah tendangan mengarah ke selangk*ngan.

Mumu yang sekarang bukan lah Mumu yang dulu yang hanya bisa berlari menghindari keroyokan musuh-musuhnya.

Sejak ia dengan rutin latihan setiap hari, ilmu bela dirinya sudah jauh maju ke depan.

Tanpa mengalami kesulitan sama sekali, Mumu berhasil menghindari dan menangkis setiap serangan yang datang bertubi-tubi dan bahkan membalasnya.

Gerakannya cepat dan akurat. Ilmu bela dirinya seakan-akan keluar begitu saja tanpa difikirkan.

Mungkin ini lah yang dikatakan ilmu yang sudah mendarah daging di dalam tubuh seseorang sehingga dengan reflek akan keluar sendiri sesuai keadaan.

Tak lama kemudian kembali terdengar suara desis kesakitan.

Bahkan ada beberapa di antara mereka yang menjerit pilu karena tangan dan kakinya langsung terkilir terkena serangan Mumu.

Mumu sedikit terpana melihat serangannya. Ia tak menyangka hasil latihannya selama ini akan sebaik itu.

Yang lebih terkejut lagi adalah Risnaldi. Mulutnya sampai ternganga melihat kehebatan Mumu.

Saking lebar mulutnya terbuka seandainya dimasukkan bola kasti dapat dipastikan akan masuk.

Tapi siapa juga yang mau repot-repot membawa bola kasti ke mana-mana sambil menunggu mulut seseorang terbuka lebar untuk memasukkan bola itu kemulutnya. Kurang kerjaan namanya.

Mumu berjalan ke arah Amran, sontak kawan-kawannya memberi jalan tanpa peringatan.

Mereka sudah cukup menderita akibat serangan pemuda ini dan mereka tidaklah cukup bod*h untuk menambah penderitaan mereka.

Sedangkan Amran yang masih terduduk di tanah, wajahnya sedikit pucat.

"Apa yang kamu inginkan?"

Tanpa menjawab pertanyaan Amran, Mumu melambaikan tangannya ke arah Risnaldi, "Sini, Nal!"

Risnaldi mendekat dengan langkah kakinya yang berat itu.

"Kamu bisa membalas atas perbuatannya sepuasnya." Ucap Mumu.

Mata Risnaldi berbinar, "Benarkah?" Risnaldi mengusap-usap tinjunya yang gemuk itu.

"Jangan coba-coba mendekat!" Ancam Amran dengan wajah separuh marah separuh takut.

"Kamu tidak dalam posisi mengancam sekarang." Ujar Mumu kalem.

"Awas jika kalian berani aku laporkan kepada abangku. Abangku preman pasar." Ancamnya sambil mundur dua langkah ke belakang.

Risnaldi sedikit ragu tapi Mumu langsung berkata, "Lakukan cepat, Nal! Kamu tak perlu takut. Jika abangnya ingin balas dendam, dia bisa menemuiku langsung."

Setelah mendapat jaminan dari Mumu, Risnaldi langsung menyarangkan tinju, cakaran dan jambakan ke sekujur tubuh Amran.

Amran hanya bisa mengumpat dengan hati yang penuh dendam. Dia tak berani melawan sama sekali. Bukan takut sama si gendut yang tak berg*na ini tapi ngeri terhadap Mumu.

Sepanjang jalan kembali ke Minimarket, Risnaldi tak henti-hentinya tertawa senang atas kejadian tadi.

"Kamu lihat wajahnya tadi kan, Mumu? Merah padam menahan marah akibat aku pukul berkali-kali." Risnaldi mengoceh bangga.

Mumu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah temannya ini.

"Mumu dipanggil Bos Akiong ke ruangannya." Sebuah suara menyapanya ketika Mumu memarkirkan motornya sedangkan Risnaldi sudah berlari dengan gembira ke dalam Minimarket.

"Ada apa bos memanggilku, Rat?"

Ratih menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti.

"Kamu sudah bilangkan kalau aku izin pergi tadi?"

"Kalau yang itu sudah. Seandainya tidak diberi tahu pun, Bos biasanya juga tak terlalu peduli, yang pentingkan kerja kita selesai." Ucap Ratna.

"Oke lah kalau begitu. Aku pergi dulu. Terima kasih ya." Mumu pun berlalu meninggalkan Ratna yang masih tampak berfikir.

"Tok tok..."

"Masuk!" terdengar suara dari dalam.

Mumu pun segera masuk setelah terlebih dahulu menutup pintunya kembali.

Ruangan Bos Akiong tidak terlalu besar. Hanya berukuran 2x1 meter.

Ruangan ini pun jarang ditempati karena biasanya Bos Akiong jarang stay di sini. Dengar-dengar kabar usahanya banyak jadi dia tidak bisa fokus menjaga di Minimarket ini saja.

"Kamu Mumu ya?"

"Ya, Bos."

"Silahkan duduk, Mumu." Bos Akiong melihat Mumu dari seberang meja. Dia mengambil sebuah amplop tipis berwarna putih dan menyodorkan ke arah Mumu.

"Ini adalah gaji kamu selama bekerja di sini. Tidak banyak, karena kamu belum lama bekerja di sini. Ini adalah hari terakhir kamu bekerja di sini. Jadi mulai besok dan seterusnya kamu tak perlu datang lagi."

Jantung Mumu berdebar lebih kencang. Wajahnya sedikit berubah, "Tapi kenapa, Bos? Apa salah saya?"

"Ya terserah saya dong. Mau saya berhentikan mau saya suruh kamu kerja di sini, itu kan wewenang saya. Kamu tak punya hak untuk bertanya."

"Tapi, Bos, tolong beri saya alasan kenapa saya diberhentikan secara sepihak."

"Brak...!!!" Bos Akiong menggebrak meja, "Jadi kamu berani mempertanyakan kredibilitas saya? Keluar kamu sekarang! Saya tak mau karyawan yang kurang ajar seperti kamu!"

Mumu menarik nafasnya pelan-pelan untuk menahan gejolak emosi yang semakin menguat.

Setelah ia bisa mengendalikan amarahnya, Mumu berkata, "Baik lah kalau begitu, Bos. Terima kasih atas kepercayaannya selama ini." Tanpa mengambil amplop yang berisi uang gajinya yang hanya beberapa hari bekerja di sini, Mumu langsung ke luar ruangan.

Wajahnya sedikit murung. Tapi ia berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Mumu, sini makan gorengan. Aku traktir. Sebagai bentuk syukuran." Teriak Risnaldi yang sedang makan di samping gudang. Beberapa temannya termasuk Ratih pun ada di sana.

Agar teman-temannya tak curiga, Mumu mencomot satu dan berkata, "Aku tak bisa lama-lama. Aku harus pergi. Bos menyuruh aku melakukan sesuatu, jadi aku bakalan jarang di sini nanti."

"Melakukan apa?" Ratih sedikit curiga karena ia berasumsi Mumu sedikit murung.

"Tugas rahasia. Aku pergi dulu ya teman-teman." Tanpa menunggu persetujuan mereka, Mumu langsung pergi tanpa menoleh ke belakang.

...****************...

Malahayati sedang berjalan santai di taman belakang rumahnya. Sesekali dia tersenyum sendiri dengan wajah memerah karena jengah.

Terpopuler

Comments

MATADEWA

MATADEWA

Ada yg kangen....

2025-03-15

0

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

kok gak dihajar mumu bos kayak gitu....

2024-12-12

1

Winter Milo

Winter Milo

💪

2024-12-04

0

lihat semua
Episodes
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
18 18.
19 19.
20 20.
21 21.
22 22.
23 23.
24 24.
25 25.
26 26.
27 27.
28 28.
29 29.
30 Mengambil Alih Perusahaan
31 Rencana
32 Itu Kamu?
33 Tolong Obati Dia, Dik!
34 Jangan Abaikan Penyakit Itu!
35 Ternyata Tabibnya Sangat Muda
36 Musuh Ada Di mana-mana
37 Kewalahan
38 38.
39 39.
40 40.
41 41.
42 42.
43 43.
44 44.
45 45.
46 46.
47 47.
48 48.
49 49.
50 50.
51 51.
52 52.
53 53.
54 54.
55 55.
56 56.
57 57.
58 58.
59 59.
60 60.
61 61.
62 62.
63 63.
64 64.
65 65.
66 66.
67 67.
68 68.
69 69.
70 70.
71 71.
72 72.
73 73.
74 74.
75 75.
76 76.
77 77.
78 78.
79 79.
80 80.
81 81.
82 82.
83 83.
84 84.
85 85.
86 86.
87 87. Jelatik
88 88. Mencapai Batas
89 Itu Dia
90 Mimpi Seperti Nyata
91 Pertemuan
92 Penolakan
93 Keputusan
94 Menanggung Resiko
95 Energi Tidak Berbentuk dan Tidak Berwarna
96 Serangan
97 Masalah
98 Taruhan
99 Hadiah
100 ICU
101 Menilai Buku dari Sampul
102 Meninggal Dunia
103 Secercah Harapan
104 Tanpa Pamrih
105 Hadiah Tak Terduga
106 Hati yang Gundah-gulana
107 Kanker Otak Stadium Akhir
108 Hati yang Berbunga-bunga
109 Penyelidikan
110 Rindu
111 Kehidupan Buk Senah
112 Buah dari Kebaikan
113 Bisakah Kita Bertemu?
114 Makan Bersama
115 Tawaran Kuliah Kedokteran
116 Menolak Tawaran
117 Apa kah Ini Yang Namanya Rindu
118 'Hadiah' Untukmu
119 Cinta Yang Mulai Bersemi
120 Khodam
121 Mutasi
122 Mencari Informasi
123 Pengobatan Keliling
124 Selama Kamu Mau
125 Souvenir
126 Jangan Putuskan Komunikasi
127 Cincin Ruang
128 Pulang Kampung
129 Berubah
130 Gosip
131 Pernikahan
132 Makhluk Hitam
133 Mulai Mengobati
134 Pengobatan Kedua
135 Bernazar
136 Handphone
137 Pertemuan
138 Memulai Pengembaraan
139 70 Meter Persegi
140 Ujian Tertulis
141 Ujiannya Tidak Fair
142 Persiapan Ujian Wawancara
143 Bahasa Inggris itu Aneh
144 Wawancara
145 Mengunjungi Pasien
146 Pedang Kayu
147 Ginjal Kronis
148 Diteror
149 Terlambat
150 Andika
151 Naik Pesawat
152 Masuk Universitas
153 Pertunangan
154 Wulan...?!
155 Sindikat
156 Curhat
157 Makhluk Apa Lagi?
158 Ke RSUD
159 Shofia Yang Malang
160 Hari yang Sibuk
161 Pertemuan
162 Ke RSUD Lagi
163 Ngukur Baju Pengantin
164 Mama Wulan
165 Aku Ingin Bertemu Untuk Terakhir Kali
166 Perpisahan
167 'Orang Pintar'
168 Kromosom
169 Seberkas Cahaya
170 Psikiatri
171 Tujuh Batang Jarum
172 Bertemu dengan Mirna
173 Berdiskusi
174 Mengobati Wulan
175 Ungkapan Perasaan
176 Tertidur Lelap
177 Imelda
178 Pertemuan di Cafe Elit
179 S1 Kedokteran
180 Persiapan Pernikahan Wulan
181 Janji Emak
182 Mengikuti dr. Revi Pratama
183 Papa Imelda
184 Ariani Utari
185 Geng Motor
186 Populer
187 Konsultasi
188 Seminggu Lagi
189 Persiapan Ujian Kompetensi
190 Ujian Kompetensi dimulai
191 Mbah Kung Sakit
192 Permintaan Mbah Kung
193 Ijab Qabul
194 Poli Akupuntur
195 Spesialis Akupuntur Medik
196 Aku Tak Mau dimadu
197 Masalah
198 Mimpi Buruk
199 Bertemu Wulan
200 Keinginan Wulan
201 Kesurupan
202 250 Meter Persegi
203 Pertemuan Tanpa Disengaja
204 Mirna yang Pendiam
205 Keinginan Belum Terpenuhi
206 Dihina
207 Hari yang Sibuk
208 Konspirasi
209 Ada Orang yang Tidak Senang dengan Pernikahan Kita
210 Pertemuan Di Tempat Biasa
211 Berkunjung ke Rumah Wulan
212 Sebuah Keluarga Yang...
213 Pernikahan Bersyarat
214 Marah
215 Penyesalan
216 Pertolongan
217 Paranormal
218 Madu
219 Diserang
220 Melayani Pasien
221 Tidak Waras
222 Jakarta
223 Mengobati Halimah
224 Mirna dan Imelda
225 Menemui Jalan Buntu
226 Tiba di Pekan Baru
227 Cari dan Undang Dia
228 Di Rumah Pak Anggara
229 Identitas Yang Lain
230 Kangen
231 Sang Penolong Misterius Itu Ternyata Dia
232 Kakek Tua Sakit
233 Terpaksa Pulang
234 Di Aula RSUD
235 Bisakah Anda Diam Sebentar?
236 Pasien Tidak Sadar
237 Persalinan
238 Penderitaan Wulan
239 Pria Bertopeng
240 Eric Yang Malang
241 Menikah lah
242 Direktur Yang Kocak
243 Berkelahi
244 Permana Group
245 Diagnosa
246 Memulai Pengobatan
247 Pulang ke Jogja
248 Jika Siap Menjadi Miskin
249 Diagnosanya Sama Persis
250 Permintaan Imelda
251 Hanya Batu Kerikil Biasa
252 Nekad
253 Intel
254 Menghilang
255 Menyelidiki Sendiri
256 Sebuah Pertolongan dari Sang Menantu
257 Pergi Tanpa Pamit
258 Penyakit Non Medis
259 Bertemu Lewat Mimpi
260 Desa Kauman
261 Pulang Kampung
262 Teleportasi
263 Halusinasi?
264 Rencana Resign
265 Rumah Angker
266 Kehidupan di Bengkalis
267 Makhluk Tinggi Besar
268 Serangan lagi
269 Panggilan dari Jogja
270 Mengobati Putri Pak Suprapto
271 Setahun Berlalu
272 Sungguh Malang Nasibmu, Kawan
273 Bertemu Erna
274 Sebagai Kenangan
275 Skandal
276 Ego?
277 Mengadu
278 Marah
279 Ikut Mencari Korban Bencana
280 Keberuntungan?
281 Melarikan Diri
282 Luka yang Sangat Parah
283 Pertolongan Tepat Waktu
284 Saling Mengalah
285 Ayam Cemani
286 Sudah Tidak Sejalan
287 Tersambar Petir
288 Malu untuk Bertemu
289 Terluka
290 Sudah Tiba di Penghujung Jalan
291 Meninggal dengan Tenang
292 Normal Kembali
293 Memerlukan Sosok Seorang Ibu
294 Mengobati Purnama
295 Harus Lebih Berani
296 Apakah Masih Ada Rasa
297 Pertemuan
298 Tidak Nampak Bukan Berarti Tidak Ada
299 Fendi Tato
300 Bahtera Mahligai
301 Pengumuman
Episodes

Updated 301 Episodes

1
1.
2
2.
3
3.
4
4.
5
5.
6
6.
7
7.
8
8.
9
9.
10
10.
11
11.
12
12.
13
13.
14
14.
15
15.
16
16.
17
17.
18
18.
19
19.
20
20.
21
21.
22
22.
23
23.
24
24.
25
25.
26
26.
27
27.
28
28.
29
29.
30
Mengambil Alih Perusahaan
31
Rencana
32
Itu Kamu?
33
Tolong Obati Dia, Dik!
34
Jangan Abaikan Penyakit Itu!
35
Ternyata Tabibnya Sangat Muda
36
Musuh Ada Di mana-mana
37
Kewalahan
38
38.
39
39.
40
40.
41
41.
42
42.
43
43.
44
44.
45
45.
46
46.
47
47.
48
48.
49
49.
50
50.
51
51.
52
52.
53
53.
54
54.
55
55.
56
56.
57
57.
58
58.
59
59.
60
60.
61
61.
62
62.
63
63.
64
64.
65
65.
66
66.
67
67.
68
68.
69
69.
70
70.
71
71.
72
72.
73
73.
74
74.
75
75.
76
76.
77
77.
78
78.
79
79.
80
80.
81
81.
82
82.
83
83.
84
84.
85
85.
86
86.
87
87. Jelatik
88
88. Mencapai Batas
89
Itu Dia
90
Mimpi Seperti Nyata
91
Pertemuan
92
Penolakan
93
Keputusan
94
Menanggung Resiko
95
Energi Tidak Berbentuk dan Tidak Berwarna
96
Serangan
97
Masalah
98
Taruhan
99
Hadiah
100
ICU
101
Menilai Buku dari Sampul
102
Meninggal Dunia
103
Secercah Harapan
104
Tanpa Pamrih
105
Hadiah Tak Terduga
106
Hati yang Gundah-gulana
107
Kanker Otak Stadium Akhir
108
Hati yang Berbunga-bunga
109
Penyelidikan
110
Rindu
111
Kehidupan Buk Senah
112
Buah dari Kebaikan
113
Bisakah Kita Bertemu?
114
Makan Bersama
115
Tawaran Kuliah Kedokteran
116
Menolak Tawaran
117
Apa kah Ini Yang Namanya Rindu
118
'Hadiah' Untukmu
119
Cinta Yang Mulai Bersemi
120
Khodam
121
Mutasi
122
Mencari Informasi
123
Pengobatan Keliling
124
Selama Kamu Mau
125
Souvenir
126
Jangan Putuskan Komunikasi
127
Cincin Ruang
128
Pulang Kampung
129
Berubah
130
Gosip
131
Pernikahan
132
Makhluk Hitam
133
Mulai Mengobati
134
Pengobatan Kedua
135
Bernazar
136
Handphone
137
Pertemuan
138
Memulai Pengembaraan
139
70 Meter Persegi
140
Ujian Tertulis
141
Ujiannya Tidak Fair
142
Persiapan Ujian Wawancara
143
Bahasa Inggris itu Aneh
144
Wawancara
145
Mengunjungi Pasien
146
Pedang Kayu
147
Ginjal Kronis
148
Diteror
149
Terlambat
150
Andika
151
Naik Pesawat
152
Masuk Universitas
153
Pertunangan
154
Wulan...?!
155
Sindikat
156
Curhat
157
Makhluk Apa Lagi?
158
Ke RSUD
159
Shofia Yang Malang
160
Hari yang Sibuk
161
Pertemuan
162
Ke RSUD Lagi
163
Ngukur Baju Pengantin
164
Mama Wulan
165
Aku Ingin Bertemu Untuk Terakhir Kali
166
Perpisahan
167
'Orang Pintar'
168
Kromosom
169
Seberkas Cahaya
170
Psikiatri
171
Tujuh Batang Jarum
172
Bertemu dengan Mirna
173
Berdiskusi
174
Mengobati Wulan
175
Ungkapan Perasaan
176
Tertidur Lelap
177
Imelda
178
Pertemuan di Cafe Elit
179
S1 Kedokteran
180
Persiapan Pernikahan Wulan
181
Janji Emak
182
Mengikuti dr. Revi Pratama
183
Papa Imelda
184
Ariani Utari
185
Geng Motor
186
Populer
187
Konsultasi
188
Seminggu Lagi
189
Persiapan Ujian Kompetensi
190
Ujian Kompetensi dimulai
191
Mbah Kung Sakit
192
Permintaan Mbah Kung
193
Ijab Qabul
194
Poli Akupuntur
195
Spesialis Akupuntur Medik
196
Aku Tak Mau dimadu
197
Masalah
198
Mimpi Buruk
199
Bertemu Wulan
200
Keinginan Wulan
201
Kesurupan
202
250 Meter Persegi
203
Pertemuan Tanpa Disengaja
204
Mirna yang Pendiam
205
Keinginan Belum Terpenuhi
206
Dihina
207
Hari yang Sibuk
208
Konspirasi
209
Ada Orang yang Tidak Senang dengan Pernikahan Kita
210
Pertemuan Di Tempat Biasa
211
Berkunjung ke Rumah Wulan
212
Sebuah Keluarga Yang...
213
Pernikahan Bersyarat
214
Marah
215
Penyesalan
216
Pertolongan
217
Paranormal
218
Madu
219
Diserang
220
Melayani Pasien
221
Tidak Waras
222
Jakarta
223
Mengobati Halimah
224
Mirna dan Imelda
225
Menemui Jalan Buntu
226
Tiba di Pekan Baru
227
Cari dan Undang Dia
228
Di Rumah Pak Anggara
229
Identitas Yang Lain
230
Kangen
231
Sang Penolong Misterius Itu Ternyata Dia
232
Kakek Tua Sakit
233
Terpaksa Pulang
234
Di Aula RSUD
235
Bisakah Anda Diam Sebentar?
236
Pasien Tidak Sadar
237
Persalinan
238
Penderitaan Wulan
239
Pria Bertopeng
240
Eric Yang Malang
241
Menikah lah
242
Direktur Yang Kocak
243
Berkelahi
244
Permana Group
245
Diagnosa
246
Memulai Pengobatan
247
Pulang ke Jogja
248
Jika Siap Menjadi Miskin
249
Diagnosanya Sama Persis
250
Permintaan Imelda
251
Hanya Batu Kerikil Biasa
252
Nekad
253
Intel
254
Menghilang
255
Menyelidiki Sendiri
256
Sebuah Pertolongan dari Sang Menantu
257
Pergi Tanpa Pamit
258
Penyakit Non Medis
259
Bertemu Lewat Mimpi
260
Desa Kauman
261
Pulang Kampung
262
Teleportasi
263
Halusinasi?
264
Rencana Resign
265
Rumah Angker
266
Kehidupan di Bengkalis
267
Makhluk Tinggi Besar
268
Serangan lagi
269
Panggilan dari Jogja
270
Mengobati Putri Pak Suprapto
271
Setahun Berlalu
272
Sungguh Malang Nasibmu, Kawan
273
Bertemu Erna
274
Sebagai Kenangan
275
Skandal
276
Ego?
277
Mengadu
278
Marah
279
Ikut Mencari Korban Bencana
280
Keberuntungan?
281
Melarikan Diri
282
Luka yang Sangat Parah
283
Pertolongan Tepat Waktu
284
Saling Mengalah
285
Ayam Cemani
286
Sudah Tidak Sejalan
287
Tersambar Petir
288
Malu untuk Bertemu
289
Terluka
290
Sudah Tiba di Penghujung Jalan
291
Meninggal dengan Tenang
292
Normal Kembali
293
Memerlukan Sosok Seorang Ibu
294
Mengobati Purnama
295
Harus Lebih Berani
296
Apakah Masih Ada Rasa
297
Pertemuan
298
Tidak Nampak Bukan Berarti Tidak Ada
299
Fendi Tato
300
Bahtera Mahligai
301
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!