5.

Akhirnya perang pun pecah malam itu.

Mereka bertengkar selama setengah jam. Hingga akhinya pertengkaran itu berhenti karena pak Wahab memilih untuk menghindar dan berlalu pergi dengan setengah berlari.

Pertengkaran malam ini adalah awal dari ketidakharmonisan hubungan mereka selanjutnya.

Dalam suatu rumah tangga jika sudah dijalani dengan ketidakjujuran maka apa bila ketidakjujuran itu terbongkar siap-siap lah untuk menanggung akibatnya.

Gara-gara perselingkuhan pak Wahab yang terbongkar, hubungan mereka menjadi renggang.

Perhatian yang seharusnya mereka beri kepada Mirna menjadi saling mencari kesalahan dan membongkar aib masing-masing.

Mirna menjadi tambah stres!

Masalahnya belum kelar, sekarang ditambah lagi dengan masalah percekcokan kedua orang tuanya. Suasana rumah ini mulai menjadi bak neraka baginya.

Mirna kembali muntah. Kali ini hanya air yang keluar. Rasanya pahit sekali.

Biasanya tiap malam mamanya akan datang menjenguknya. Tapi malam ini tidak sama sekali.

Mirna menggeleng lemah. Dia memejamkan matanya berusaha untuk tidur. Tapi sulit.

Karena perutnya perih. Lapar.

Dipaksa makan masakan bik Esah pembantu rumahnya, baru sesuap akhirnya keluar lagi.

Mirna hanya bisa menangis.

Apakah ini hukuman akibat dosa yang dia lakukan?

Mirna sesenggukan!

Dia sangat menyesal. Jika waktu bisa diputar kembali, maka dia tak kan pernah melakukan kebod*han ini. Akibat ingin membuktikan kehebatan diri sendiri yang berujung petaka.

Tak ada obat untuk penyesalan. Tak ada penyesalan di muka. Penyesalan itu terjadi jika sesuatu yang tak kita inginkan sudah terjadi.

...****************...

Mumu sedang mempraktekkan cara mengobati penyakit dengan menyucuk titik-titik akupuntur menggunakan serangkaian jarum perak.

Hal ini sudah ia lakukan selama tiga bulan tanpa kenal lelah sehingga ia semakin mahir dalam mengenali letak titik akupuntur dan sangat lihai dalam memainkan jarum perak tersebut.

Tak jauh darinya terlihat seorang bapak tua yang menggunakan pakaian serba putih dan sorban putih tampak mengangguk-angguk dan tersenyum melihat hasil karya Mumu.

Senyumnya merekah. Nampak keikhlasan dan kedamaian di wajah yang mulai keriput tersebut.

Mereka sedang berada di sebuah Musholla yang terbuat dari papan. Musholla tersebut dikelilingi berbagai pepohonan yang membuat udara tetap sejuk dan asri.

Lima puluh meter dari Musholla itu mengalir air dari sebuah sungai yang sangat panjang.

"Kita akhiri latihan hari ini, Nak." Terdengar suara tua yang menenangkan hati dari pria tua itu.

"Insya Allah besok ba'da Subuh kita lanjutkan belajar ilmu pengobatan dengan cara melalui do'a dan tenaga dalam.

Mumu menganggukkan kepalanya, "Terima kasih atas kesempatan dan ilmu yang datuk ajarkan kepada saya, Tuk."

Pria tua itu hanya tersenyum. Sambil mengelus janggutnya yang memutih berkatalah dia, "Pada hakikatnya semua ilmu berasal dari Allah. Saya hanya sekadar perantara saja. Asalkan kamu belajar dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan ilmu ini di jalan kebaikan, itu sudah merupakan anugrah."

Jangan lupa untuk terus mendawamkan metode pernafasan yang telah saya ajarkan! Ilmu ini akan lebih berfaedah jika dipraktekkan dengan cara pernafasan tersebut."

"Baik, Tuk."

"Sekarang pulanglah! Sudah hampir masuk waktu sholat."

Pandangan Mumu mulai terasa kabur. Ia seperti melewati lorong dan waktu. Cepat sekali. Membuat kepalanya jadi pusing dan nafasnya sesak. Tapi untunglah perasaan itu tidak berlangsung lama.

Ketika Mumu bisa menghirup nafas dengan lancar, ia segera membuka matanya dan langsung melihat sekelilingnya. Ternyata ia berada di ruangan tempat tinggalnya bekas gudang buku.

Ternyata ia hanya mimpi!

Sudah sering ia mimpi seperti itu. Tapi biasanya ketika bangun tidur, ingatannya hanya samar-samar saja terhadap hasil mimpinya. Baru kali ini ia merasakan mimpinya sangat jelas. Seolah-olah memang ia mengalami langsung.

Mumu melihat jam. Ternyata sudah jam lima pagi. Udara terasa dingin. Di luar sana berkumandang suara azan.

Mumu merasakan hatinya tergerak untuk sholat. Perasaan itu sangat kuat.

Ini belum pernah terjadi! Apakah ini hidayah?

Tanpa menunda waktu lagi, Mumu segera menuju kamar mandi.

Waktu berlalu. Masih dalam keadaan duduk sehabis sholat subuh. Mumu penasaran ingin mempraktekkan metode pernafasan yang diajarkan oleh pria tua dalam mimpinya. Metode pernafasan tersebut terpatri kuat dalam fikirannya sehingga Mumu bisa mempraktekkan dengan mudah.

Mumu menarik nafas dengan perlahan melalui hidung dan menahannya sebentar di perut lalu pelan-pelan melepas nafasnya dan mengeluarkan melalui mulut. Terus diulang-ulang. Tanpa terasa sepuluh menit berlalu.

Mumu menyudahi latihan pernafasannya.

Ia tak tahu apakah metode pernafasan itu memang bermanfaat atau tidak. Tapi yang jelas Mumu merasakan seolah-olah dirinya menjadi lebih tenang. Fikirannya menjadi lebih terang. Ada rasa kepercayaan diri yang tumbuh dalam hatinya.

Mumu mulai bersiap-siap menuju ke rumah pak Wahab, tak lupa ia memasukkan buku pengobatan tradisionalnya.

Ia yakin karena membaca buku ini lah yang membawanya ke mimpi aneh tersebut.

Kelihatannya buku ini tidak sesederhana kelihatannya. Sehingga Mumu memutuskan tidak akan meninggalkan buku tersebut kemana pun ia pergi.

Cahaya mentari pagi menyambut Mumu ketika ia menyusuri jalanan menuju rumah pak Wahab.

Terasa hangat dan menyegarkan.

Mumu sudah mulai terbiasa mengedarai motor. Caranya tidaklah sekaku dulu. Paling tidak ia sudah bisa mengendalikan tarikan gas dan rem.

Rumah pak Wahab masih seperti yang dulu. Hanya saja kelihatan sepi. Pintunya pun masih tertutup rapat.

Mumu menekan bel. Tak lama kemudian muncul seorang wanita berjiwa keibuan berusia 47 tahun yang ternyata bernama Bik Esah pembantu rumah tangga di sini.

"Bapak ada, Buk?" Tanya Mumu sambil tersenyum.

"Bapak lagi keluar, Nak. Silahkan masuk! Sudah ditunggu Ibuk di ruang tamu."

"Terima kasih, Buk." Mumu langsung menuju ruang tamu. Sedangkan Bik Esah kembali ke dapur melanjutkan aktivitasnya.

"Silahkan duduk, Mumu!" Suara Buk Fatimah terdengar serak. Matanya sembab seperti habis menangis.

"Iya, Buk." Mumu langsung duduk. Baru sekarang Mumu menyadari bahwa sikapnya lebih tenang dan tidak gugup ketika bertemu buk Fatimah. Sangat berbeda saat pertama kali bertemu. Apa mungkin karena sudah merasa kenal? Mumu menepis dugaannya.

"Semalam Bapak memanggil saya, kira-kira ada apa ya, Buk?"

"Anak saya Mirna sedang sakit tak mau makan, ini sebenarnya karena proses kehamilannya. Jadi nanti tolong kamu bawa dia ke klinik dokter kandungan."

"Tapi, Buk..." Mumu tidak menyangka jika itu tugas yang harus dilaksanakannya. "Apa Kak Mirna mau jika saya yang membawanya? Walau bagaimana pun kami tidak saling kenal."

"Dia pasti mau. Apa lagi kondisinya sekarang sangat lemah karena tak mau makan." Ujar buk Fatimah dengan sedih.

Melihat sikap buk Fatimah, Mumu tak berani menolak, sebagai gantinya ia bertanya, Mana kak Mirna sekarang, Buk? Bolehkah saya melihatnya?"

"Ayo kita ke kamarnya!" Buk Fatimah bangkit dan berjalan menuju kamar Mirna sedangkan Mumu mengekorinya di belakang.

Setelah mengetuk pintu kamar, mereka pun masuk. Betapa terkejutnya Mumu melihat kondisi Mirna.

Terpopuler

Comments

MATADEWA

MATADEWA

Boleh praktek.....

2025-03-14

0

Winter Milo

Winter Milo

👍👍👍

2024-12-03

1

MyOne

MyOne

Ⓜ️🙄🙄🙄Ⓜ️

2024-10-06

0

lihat semua
Episodes
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
18 18.
19 19.
20 20.
21 21.
22 22.
23 23.
24 24.
25 25.
26 26.
27 27.
28 28.
29 29.
30 Mengambil Alih Perusahaan
31 Rencana
32 Itu Kamu?
33 Tolong Obati Dia, Dik!
34 Jangan Abaikan Penyakit Itu!
35 Ternyata Tabibnya Sangat Muda
36 Musuh Ada Di mana-mana
37 Kewalahan
38 38.
39 39.
40 40.
41 41.
42 42.
43 43.
44 44.
45 45.
46 46.
47 47.
48 48.
49 49.
50 50.
51 51.
52 52.
53 53.
54 54.
55 55.
56 56.
57 57.
58 58.
59 59.
60 60.
61 61.
62 62.
63 63.
64 64.
65 65.
66 66.
67 67.
68 68.
69 69.
70 70.
71 71.
72 72.
73 73.
74 74.
75 75.
76 76.
77 77.
78 78.
79 79.
80 80.
81 81.
82 82.
83 83.
84 84.
85 85.
86 86.
87 87. Jelatik
88 88. Mencapai Batas
89 Itu Dia
90 Mimpi Seperti Nyata
91 Pertemuan
92 Penolakan
93 Keputusan
94 Menanggung Resiko
95 Energi Tidak Berbentuk dan Tidak Berwarna
96 Serangan
97 Masalah
98 Taruhan
99 Hadiah
100 ICU
101 Menilai Buku dari Sampul
102 Meninggal Dunia
103 Secercah Harapan
104 Tanpa Pamrih
105 Hadiah Tak Terduga
106 Hati yang Gundah-gulana
107 Kanker Otak Stadium Akhir
108 Hati yang Berbunga-bunga
109 Penyelidikan
110 Rindu
111 Kehidupan Buk Senah
112 Buah dari Kebaikan
113 Bisakah Kita Bertemu?
114 Makan Bersama
115 Tawaran Kuliah Kedokteran
116 Menolak Tawaran
117 Apa kah Ini Yang Namanya Rindu
118 'Hadiah' Untukmu
119 Cinta Yang Mulai Bersemi
120 Khodam
121 Mutasi
122 Mencari Informasi
123 Pengobatan Keliling
124 Selama Kamu Mau
125 Souvenir
126 Jangan Putuskan Komunikasi
127 Cincin Ruang
128 Pulang Kampung
129 Berubah
130 Gosip
131 Pernikahan
132 Makhluk Hitam
133 Mulai Mengobati
134 Pengobatan Kedua
135 Bernazar
136 Handphone
137 Pertemuan
138 Memulai Pengembaraan
139 70 Meter Persegi
140 Ujian Tertulis
141 Ujiannya Tidak Fair
142 Persiapan Ujian Wawancara
143 Bahasa Inggris itu Aneh
144 Wawancara
145 Mengunjungi Pasien
146 Pedang Kayu
147 Ginjal Kronis
148 Diteror
149 Terlambat
150 Andika
151 Naik Pesawat
152 Masuk Universitas
153 Pertunangan
154 Wulan...?!
155 Sindikat
156 Curhat
157 Makhluk Apa Lagi?
158 Ke RSUD
159 Shofia Yang Malang
160 Hari yang Sibuk
161 Pertemuan
162 Ke RSUD Lagi
163 Ngukur Baju Pengantin
164 Mama Wulan
165 Aku Ingin Bertemu Untuk Terakhir Kali
166 Perpisahan
167 'Orang Pintar'
168 Kromosom
169 Seberkas Cahaya
170 Psikiatri
171 Tujuh Batang Jarum
172 Bertemu dengan Mirna
173 Berdiskusi
174 Mengobati Wulan
175 Ungkapan Perasaan
176 Tertidur Lelap
177 Imelda
178 Pertemuan di Cafe Elit
179 S1 Kedokteran
180 Persiapan Pernikahan Wulan
181 Janji Emak
182 Mengikuti dr. Revi Pratama
183 Papa Imelda
184 Ariani Utari
185 Geng Motor
186 Populer
187 Konsultasi
188 Seminggu Lagi
189 Persiapan Ujian Kompetensi
190 Ujian Kompetensi dimulai
191 Mbah Kung Sakit
192 Permintaan Mbah Kung
193 Ijab Qabul
194 Poli Akupuntur
195 Spesialis Akupuntur Medik
196 Aku Tak Mau dimadu
197 Masalah
198 Mimpi Buruk
199 Bertemu Wulan
200 Keinginan Wulan
201 Kesurupan
202 250 Meter Persegi
203 Pertemuan Tanpa Disengaja
204 Mirna yang Pendiam
205 Keinginan Belum Terpenuhi
206 Dihina
207 Hari yang Sibuk
208 Konspirasi
209 Ada Orang yang Tidak Senang dengan Pernikahan Kita
210 Pertemuan Di Tempat Biasa
211 Berkunjung ke Rumah Wulan
212 Sebuah Keluarga Yang...
213 Pernikahan Bersyarat
214 Marah
215 Penyesalan
216 Pertolongan
217 Paranormal
218 Madu
219 Diserang
220 Melayani Pasien
221 Tidak Waras
222 Jakarta
223 Mengobati Halimah
224 Mirna dan Imelda
225 Menemui Jalan Buntu
226 Tiba di Pekan Baru
227 Cari dan Undang Dia
228 Di Rumah Pak Anggara
229 Identitas Yang Lain
230 Kangen
231 Sang Penolong Misterius Itu Ternyata Dia
232 Kakek Tua Sakit
233 Terpaksa Pulang
234 Di Aula RSUD
235 Bisakah Anda Diam Sebentar?
236 Pasien Tidak Sadar
237 Persalinan
238 Penderitaan Wulan
239 Pria Bertopeng
240 Eric Yang Malang
241 Menikah lah
242 Direktur Yang Kocak
243 Berkelahi
244 Permana Group
245 Diagnosa
246 Memulai Pengobatan
247 Pulang ke Jogja
248 Jika Siap Menjadi Miskin
249 Diagnosanya Sama Persis
250 Permintaan Imelda
251 Hanya Batu Kerikil Biasa
252 Nekad
253 Intel
254 Menghilang
255 Menyelidiki Sendiri
256 Sebuah Pertolongan dari Sang Menantu
257 Pergi Tanpa Pamit
258 Penyakit Non Medis
259 Bertemu Lewat Mimpi
260 Desa Kauman
261 Pulang Kampung
262 Teleportasi
263 Halusinasi?
264 Rencana Resign
265 Rumah Angker
266 Kehidupan di Bengkalis
267 Makhluk Tinggi Besar
268 Serangan lagi
269 Panggilan dari Jogja
270 Mengobati Putri Pak Suprapto
271 Setahun Berlalu
272 Sungguh Malang Nasibmu, Kawan
273 Bertemu Erna
274 Sebagai Kenangan
275 Skandal
276 Ego?
277 Mengadu
278 Marah
279 Ikut Mencari Korban Bencana
280 Keberuntungan?
281 Melarikan Diri
282 Luka yang Sangat Parah
283 Pertolongan Tepat Waktu
284 Saling Mengalah
285 Ayam Cemani
286 Sudah Tidak Sejalan
287 Tersambar Petir
288 Malu untuk Bertemu
289 Terluka
290 Sudah Tiba di Penghujung Jalan
291 Meninggal dengan Tenang
292 Normal Kembali
293 Memerlukan Sosok Seorang Ibu
294 Mengobati Purnama
295 Harus Lebih Berani
296 Apakah Masih Ada Rasa
297 Pertemuan
298 Tidak Nampak Bukan Berarti Tidak Ada
299 Fendi Tato
300 Bahtera Mahligai
301 Pengumuman
Episodes

Updated 301 Episodes

1
1.
2
2.
3
3.
4
4.
5
5.
6
6.
7
7.
8
8.
9
9.
10
10.
11
11.
12
12.
13
13.
14
14.
15
15.
16
16.
17
17.
18
18.
19
19.
20
20.
21
21.
22
22.
23
23.
24
24.
25
25.
26
26.
27
27.
28
28.
29
29.
30
Mengambil Alih Perusahaan
31
Rencana
32
Itu Kamu?
33
Tolong Obati Dia, Dik!
34
Jangan Abaikan Penyakit Itu!
35
Ternyata Tabibnya Sangat Muda
36
Musuh Ada Di mana-mana
37
Kewalahan
38
38.
39
39.
40
40.
41
41.
42
42.
43
43.
44
44.
45
45.
46
46.
47
47.
48
48.
49
49.
50
50.
51
51.
52
52.
53
53.
54
54.
55
55.
56
56.
57
57.
58
58.
59
59.
60
60.
61
61.
62
62.
63
63.
64
64.
65
65.
66
66.
67
67.
68
68.
69
69.
70
70.
71
71.
72
72.
73
73.
74
74.
75
75.
76
76.
77
77.
78
78.
79
79.
80
80.
81
81.
82
82.
83
83.
84
84.
85
85.
86
86.
87
87. Jelatik
88
88. Mencapai Batas
89
Itu Dia
90
Mimpi Seperti Nyata
91
Pertemuan
92
Penolakan
93
Keputusan
94
Menanggung Resiko
95
Energi Tidak Berbentuk dan Tidak Berwarna
96
Serangan
97
Masalah
98
Taruhan
99
Hadiah
100
ICU
101
Menilai Buku dari Sampul
102
Meninggal Dunia
103
Secercah Harapan
104
Tanpa Pamrih
105
Hadiah Tak Terduga
106
Hati yang Gundah-gulana
107
Kanker Otak Stadium Akhir
108
Hati yang Berbunga-bunga
109
Penyelidikan
110
Rindu
111
Kehidupan Buk Senah
112
Buah dari Kebaikan
113
Bisakah Kita Bertemu?
114
Makan Bersama
115
Tawaran Kuliah Kedokteran
116
Menolak Tawaran
117
Apa kah Ini Yang Namanya Rindu
118
'Hadiah' Untukmu
119
Cinta Yang Mulai Bersemi
120
Khodam
121
Mutasi
122
Mencari Informasi
123
Pengobatan Keliling
124
Selama Kamu Mau
125
Souvenir
126
Jangan Putuskan Komunikasi
127
Cincin Ruang
128
Pulang Kampung
129
Berubah
130
Gosip
131
Pernikahan
132
Makhluk Hitam
133
Mulai Mengobati
134
Pengobatan Kedua
135
Bernazar
136
Handphone
137
Pertemuan
138
Memulai Pengembaraan
139
70 Meter Persegi
140
Ujian Tertulis
141
Ujiannya Tidak Fair
142
Persiapan Ujian Wawancara
143
Bahasa Inggris itu Aneh
144
Wawancara
145
Mengunjungi Pasien
146
Pedang Kayu
147
Ginjal Kronis
148
Diteror
149
Terlambat
150
Andika
151
Naik Pesawat
152
Masuk Universitas
153
Pertunangan
154
Wulan...?!
155
Sindikat
156
Curhat
157
Makhluk Apa Lagi?
158
Ke RSUD
159
Shofia Yang Malang
160
Hari yang Sibuk
161
Pertemuan
162
Ke RSUD Lagi
163
Ngukur Baju Pengantin
164
Mama Wulan
165
Aku Ingin Bertemu Untuk Terakhir Kali
166
Perpisahan
167
'Orang Pintar'
168
Kromosom
169
Seberkas Cahaya
170
Psikiatri
171
Tujuh Batang Jarum
172
Bertemu dengan Mirna
173
Berdiskusi
174
Mengobati Wulan
175
Ungkapan Perasaan
176
Tertidur Lelap
177
Imelda
178
Pertemuan di Cafe Elit
179
S1 Kedokteran
180
Persiapan Pernikahan Wulan
181
Janji Emak
182
Mengikuti dr. Revi Pratama
183
Papa Imelda
184
Ariani Utari
185
Geng Motor
186
Populer
187
Konsultasi
188
Seminggu Lagi
189
Persiapan Ujian Kompetensi
190
Ujian Kompetensi dimulai
191
Mbah Kung Sakit
192
Permintaan Mbah Kung
193
Ijab Qabul
194
Poli Akupuntur
195
Spesialis Akupuntur Medik
196
Aku Tak Mau dimadu
197
Masalah
198
Mimpi Buruk
199
Bertemu Wulan
200
Keinginan Wulan
201
Kesurupan
202
250 Meter Persegi
203
Pertemuan Tanpa Disengaja
204
Mirna yang Pendiam
205
Keinginan Belum Terpenuhi
206
Dihina
207
Hari yang Sibuk
208
Konspirasi
209
Ada Orang yang Tidak Senang dengan Pernikahan Kita
210
Pertemuan Di Tempat Biasa
211
Berkunjung ke Rumah Wulan
212
Sebuah Keluarga Yang...
213
Pernikahan Bersyarat
214
Marah
215
Penyesalan
216
Pertolongan
217
Paranormal
218
Madu
219
Diserang
220
Melayani Pasien
221
Tidak Waras
222
Jakarta
223
Mengobati Halimah
224
Mirna dan Imelda
225
Menemui Jalan Buntu
226
Tiba di Pekan Baru
227
Cari dan Undang Dia
228
Di Rumah Pak Anggara
229
Identitas Yang Lain
230
Kangen
231
Sang Penolong Misterius Itu Ternyata Dia
232
Kakek Tua Sakit
233
Terpaksa Pulang
234
Di Aula RSUD
235
Bisakah Anda Diam Sebentar?
236
Pasien Tidak Sadar
237
Persalinan
238
Penderitaan Wulan
239
Pria Bertopeng
240
Eric Yang Malang
241
Menikah lah
242
Direktur Yang Kocak
243
Berkelahi
244
Permana Group
245
Diagnosa
246
Memulai Pengobatan
247
Pulang ke Jogja
248
Jika Siap Menjadi Miskin
249
Diagnosanya Sama Persis
250
Permintaan Imelda
251
Hanya Batu Kerikil Biasa
252
Nekad
253
Intel
254
Menghilang
255
Menyelidiki Sendiri
256
Sebuah Pertolongan dari Sang Menantu
257
Pergi Tanpa Pamit
258
Penyakit Non Medis
259
Bertemu Lewat Mimpi
260
Desa Kauman
261
Pulang Kampung
262
Teleportasi
263
Halusinasi?
264
Rencana Resign
265
Rumah Angker
266
Kehidupan di Bengkalis
267
Makhluk Tinggi Besar
268
Serangan lagi
269
Panggilan dari Jogja
270
Mengobati Putri Pak Suprapto
271
Setahun Berlalu
272
Sungguh Malang Nasibmu, Kawan
273
Bertemu Erna
274
Sebagai Kenangan
275
Skandal
276
Ego?
277
Mengadu
278
Marah
279
Ikut Mencari Korban Bencana
280
Keberuntungan?
281
Melarikan Diri
282
Luka yang Sangat Parah
283
Pertolongan Tepat Waktu
284
Saling Mengalah
285
Ayam Cemani
286
Sudah Tidak Sejalan
287
Tersambar Petir
288
Malu untuk Bertemu
289
Terluka
290
Sudah Tiba di Penghujung Jalan
291
Meninggal dengan Tenang
292
Normal Kembali
293
Memerlukan Sosok Seorang Ibu
294
Mengobati Purnama
295
Harus Lebih Berani
296
Apakah Masih Ada Rasa
297
Pertemuan
298
Tidak Nampak Bukan Berarti Tidak Ada
299
Fendi Tato
300
Bahtera Mahligai
301
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!