7.

Mumu merebahkan diri di kasur tipis miliknya. Ia merasa lelah. Tapi bukan lelah secara fisik tapi lelah di difikirannya.

Ia kembali teringat perbincangannya dengan pak Wahab via telpon.

Pak Wahab memintanya melakukan sesuatu. Suatu permintaan yang tidak mudah ia lakukan.

Ia keberatan. Tapi pak Wahab mengancam. Jika Mumu tak mau maka Ia akan diberhentikan bekerja di perpustakaan ini.

Mumu jadi pusing.

Pak Wahab pasti sedang bermasalah dengan istrinya. Jika tidak, mengalah dia mencurigai istri sehingga menyuruh Mumu untuk memata-matainya.

Terkait benar atau tidak kecurigaan Pak Wahab itu, sebenarnya Mumu tak mau tahu. Ia tak mau ikut campur dalam persoalan rumah tangga mereka.

Tapi yang jadi masalahnya ia akan diberhentikan kerja di sini.

Apa yang harus ia lakukan?

Ia baru saja mulai menapak karir di kota Selatpanjang ini. Apakah karirnya harus terhenti di sini karena ego pribadi seorang atasan?

Mumu menghela nafas dengan berat.

Akhirnya ia mengambil keputusan. Walau pun sulit mau tak mau ia akan mengundurkan diri besok. Dari pada ia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani. Ia tak mau!

Setelah menetapkan keputusan, akhirnya Mumu tertidur dengan nyenyak.

Sekitar jam 03.10 wib dini hari Mumu terbangun. Seperti ada suara orang berjalan di luar.

Mumu bangun. Dengan mengendap-endap Mumu membuka pintu dan melongok ke luar dengan hati-hati.

Tampak bayangan hitam yang sedang berusaha membuka kunci stang motornya dengan paksa.

Mumu terkesiap!

Gawat, ini pencurian.

Mumu bergegas keluar.

"Buk...!!!"

Suara keras telah membentur kepala bagian belakang Mumu. Ia oleng dan tersungkur di tanah.

Kepalanya pusing. Pandangan menjadi gelap.

Belum sempat Mumu menyadari apa yang terjadi, kembali suara bak bik buk terdengar bersamaan dengan pukulan dan tendangan yang bersarang ditubuhnya. Rasa sakit tak kepalang menyengat di sekujur tubuhnya.

Ingatan Mumu menjadi samar. Tanpa sempat membela diri Mumu akhirnya pingsan dengan posisi meringkuk di tanah.

Setelah melihat Mumu tak bergerak lagi kedua orang yang memukul Mumu pun langsung pergi. Menghilang di kegelapan malam.

Anehnya mereka tidak mengambil apa-apa. Termasuk motor Mumu masih tetap ditempatnya seperti sedia kala.

Waktu merambat pelan tapi pasti. Cuaca semakin dingin. Tetesan embun membasahi tubuh Mumu yang masih meringkuk di tanah.

Tak lama kemudian tubuhnya mulai bergerak dengan perlahan.

Matanya terbuka. Ketika menyadari ia berbaring di tanah yang dingin, Mumu langsung bangun. Tapi ia langsung meringis.

Seluruh tubuhnya sakit semua. Tulangnya bagaikan remuk.

Dipaksakannya menyeret langkah dengan tertatih-tatih memasuki ruangan tempat tinggalnya.

Perlu perjuangan yang besar untuk ia bisa masuk ke dalam dan menutup pintu.

Mumu kembali tergeletak di lantai.

Rupanya tubuhnya memar kebiruan.

Kepalanya sakit seakan mau pecah.

Tapi Mumu tidak memiliki obat untuk mengobati atau sekadar penahan sakit bagi tubuhnya.

Mumu hanya bisa mendesis sambil memejamkan mata.

Seperempat jam kemudian Mumu memaksakan dirinya untuk duduk. Lalu ia mengambil posisi pernafasan yang biasa ia praktekkan.

Ia mulai mengatur nafasnya dengan perlahan. Sulit untuk bisa konsentrasi karena dipengaruhi oleh rasa sakit di sekujur tubuh.

Tapi Mumu memaksakan dirinya.

Entah berapa lama waktu berlalu, akhirnya nafas Mumu mulai mengalir dengan teratur.

Pelan semakin pelan. Nafasnya membentuk ritme yang alami.

Setengah jam waktu berlalu tanpa terasa. Perlahan Mumu membuka matanya. Ia memeriksa tubuhnya sekali lagi. Noda biru sudah tidak ada lagi. Hilang tak berbekas. Sedangkan rasa sakit sudah jauh berkurang.

Sungguh metode pernafasan yang ajaib.

Mumu merasa kembali bertenaga. Oleh sebab itu ia langsung memencet titik-titik saraf sehingga rasa sakit yang ia alami sudah hilang sepenuhnya.

Sungguh suatu ilmu yang ajaib sekali. Mumu tak bisa berkata-kata saking senangnya ia atas karunia ilmu tersebut.

Mumu meregangkan tubuhnya. 'Uh, nikmatnya'.

Tiba-tiba Mumu teringat motornya. Jika hilang matilah ia dimarah sama pak Wahab.

Mumu cepat-cepat membuka pintu.

Di sana, diparkiran masih ada motornya.

Jadi ini bukanlah kasus pencurian!

'Mereka sengaja memancing aku keluar kamar dengan pura-pura ingin mencuri motor sedangkan kawannya menunggu di samping ruangan ini.' Mumu mengangguk-angguk seolah-olah sudah mengerti dengan jalan cerita.

Jika saja Mumu tidak bertindak implusif, maka trik mereka tidak akan terlaksana.

'Tapi siapa mereka? Pasti ada orang yang menyuruh mereka.'

Mumu menduga hanya Rani yang mungkin otak di balik kejadian ini. Tapi itu baru sebatas dugaan semata.

...****************...

Mirna sedang berjalan di taman belakang rumahnya. Mamanya memang suka memelihara berbagai jenis kembang dan pohon bonsai.

Selain halaman depan yang sudah dipenuhi dengan berbagai kembang, halaman belakang pun disulap menjadi sebuah taman kecil yang asri.

Mirna kemudian duduk di bangku taman. Tubuhnya sudah tidak lemah lagi. Raut wajahnya kembali memancarkan kecantikan alami. Pemuda mana pun yang melihatnya pasti dada mereka akan bergetar.

Mirna sedang merenungkan persoalan yang terjadi dalam rumah tangga papa dan mamanya.

Tadi malam mereka kembali bertengkar. Walaupun mamanya sudah berusaha untuk memaafkan papanya karena beristri lagi. Tapi terkadang sikap papanya semakin menjadi-jadi menurut Mirna.

Mirna kadang terfikir apa seperti inikah sikap laki-laki jika sudah punya kekuasaan dan kekayaan?

Mereka sering bertindak dan membuat keputusan sendiri pada hal ada pasangan yang bisa diajak berembuk.

Seperti punya masalah perseteruan tadi malam. Mamanya tanpa sengaja mengetahui sebagian besar gaji papanya ditransfer ke istri mudanya. Pada hal Mirna dan mamanya juga membutuhkan uang yang banyak. Malah untuk biaya kuliah Mirna nanti dibebankan ke mamanya dengan alasan papanya ingin fokus membiayai anak dari istri mudanya.

Jangankan mamanya, Mirna saja pasti terpancing emosinya.

Mirna pun heran kenapa sikap papanya berubah drastis begitu.

"Biip biiip," Handphonenya tiba-tiba bergetar membuyarkan lamunan Mirna. Sebuah pesan. Nomor baru.

"Mirna saya*g kemana saja kamu sudah lama tidak kelihatan? Aku kangen lho. Apa lagi..."

Mirna gemetaran. Marah, malu dan dendam bercampur menjadi satu. Ini pasti nomor Andika si bang*at itu. Mirna cepat-cepat memblokir nomornya. Ini nomor barunya. Nomor yang lama sudah Mirna blokir dari sejak dulu.

'Dari mana dia tahu bahwa aku pulang ke Selatpanjang? Gawat ini. Seminggu lagi dia ingin datang ke sini. Apa yang harus aku lakukan?' Mirna panik.

Jika sudah berkaitan dengan Andika, kecerdasan Mirna mendadak beku.

Mungkin saking marah dan juga malu sehingga Mirna tak bisa berfikir jernih.

Suasana hati Mirna menjadi buruk. Pada hal dia baru saja mulai berusaha melupakan masalah dirinya. Tidak ada angin tidak ada hujan Andika kembali menghantuinya.

Tubuh Mirna mendadak lemas, tak bertenaga. Tanpa sadar dia mulai terisak.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

semakin menarik sih ceritanya,,,

2024-03-30

1

Eric ardy Yahya

Eric ardy Yahya

Si Andika kayaknya gak mau tanggung jawab tuh . dia maunya sama Mirna tapi gak mau pernikahan . laki-laki macam Andika ini enak buat dikasih salam olahraga oleh Tahanan nanti.

2024-02-27

1

Andalas 476

Andalas 476

kno juga harus panik..kan bisa ditekan utk bertanggung jawab.

2023-07-31

1

lihat semua
Episodes
1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
18 18.
19 19.
20 20.
21 21.
22 22.
23 23.
24 24.
25 25.
26 26.
27 27.
28 28.
29 29.
30 Mengambil Alih Perusahaan
31 Rencana
32 Itu Kamu?
33 Tolong Obati Dia, Dik!
34 Jangan Abaikan Penyakit Itu!
35 Ternyata Tabibnya Sangat Muda
36 Musuh Ada Di mana-mana
37 Kewalahan
38 38.
39 39.
40 40.
41 41.
42 42.
43 43.
44 44.
45 45.
46 46.
47 47.
48 48.
49 49.
50 50.
51 51.
52 52.
53 53.
54 54.
55 55.
56 56.
57 57.
58 58.
59 59.
60 60.
61 61.
62 62.
63 63.
64 64.
65 65.
66 66.
67 67.
68 68.
69 69.
70 70.
71 71.
72 72.
73 73.
74 74.
75 75.
76 76.
77 77.
78 78.
79 79.
80 80.
81 81.
82 82.
83 83.
84 84.
85 85.
86 86.
87 87. Jelatik
88 88. Mencapai Batas
89 Itu Dia
90 Mimpi Seperti Nyata
91 Pertemuan
92 Penolakan
93 Keputusan
94 Menanggung Resiko
95 Energi Tidak Berbentuk dan Tidak Berwarna
96 Serangan
97 Masalah
98 Taruhan
99 Hadiah
100 ICU
101 Menilai Buku dari Sampul
102 Meninggal Dunia
103 Secercah Harapan
104 Tanpa Pamrih
105 Hadiah Tak Terduga
106 Hati yang Gundah-gulana
107 Kanker Otak Stadium Akhir
108 Hati yang Berbunga-bunga
109 Penyelidikan
110 Rindu
111 Kehidupan Buk Senah
112 Buah dari Kebaikan
113 Bisakah Kita Bertemu?
114 Makan Bersama
115 Tawaran Kuliah Kedokteran
116 Menolak Tawaran
117 Apa kah Ini Yang Namanya Rindu
118 'Hadiah' Untukmu
119 Cinta Yang Mulai Bersemi
120 Khodam
121 Mutasi
122 Mencari Informasi
123 Pengobatan Keliling
124 Selama Kamu Mau
125 Souvenir
126 Jangan Putuskan Komunikasi
127 Cincin Ruang
128 Pulang Kampung
129 Berubah
130 Gosip
131 Pernikahan
132 Makhluk Hitam
133 Mulai Mengobati
134 Pengobatan Kedua
135 Bernazar
136 Handphone
137 Pertemuan
138 Memulai Pengembaraan
139 70 Meter Persegi
140 Ujian Tertulis
141 Ujiannya Tidak Fair
142 Persiapan Ujian Wawancara
143 Bahasa Inggris itu Aneh
144 Wawancara
145 Mengunjungi Pasien
146 Pedang Kayu
147 Ginjal Kronis
148 Diteror
149 Terlambat
150 Andika
151 Naik Pesawat
152 Masuk Universitas
153 Pertunangan
154 Wulan...?!
155 Sindikat
156 Curhat
157 Makhluk Apa Lagi?
158 Ke RSUD
159 Shofia Yang Malang
160 Hari yang Sibuk
161 Pertemuan
162 Ke RSUD Lagi
163 Ngukur Baju Pengantin
164 Mama Wulan
165 Aku Ingin Bertemu Untuk Terakhir Kali
166 Perpisahan
167 'Orang Pintar'
168 Kromosom
169 Seberkas Cahaya
170 Psikiatri
171 Tujuh Batang Jarum
172 Bertemu dengan Mirna
173 Berdiskusi
174 Mengobati Wulan
175 Ungkapan Perasaan
176 Tertidur Lelap
177 Imelda
178 Pertemuan di Cafe Elit
179 S1 Kedokteran
180 Persiapan Pernikahan Wulan
181 Janji Emak
182 Mengikuti dr. Revi Pratama
183 Papa Imelda
184 Ariani Utari
185 Geng Motor
186 Populer
187 Konsultasi
188 Seminggu Lagi
189 Persiapan Ujian Kompetensi
190 Ujian Kompetensi dimulai
191 Mbah Kung Sakit
192 Permintaan Mbah Kung
193 Ijab Qabul
194 Poli Akupuntur
195 Spesialis Akupuntur Medik
196 Aku Tak Mau dimadu
197 Masalah
198 Mimpi Buruk
199 Bertemu Wulan
200 Keinginan Wulan
201 Kesurupan
202 250 Meter Persegi
203 Pertemuan Tanpa Disengaja
204 Mirna yang Pendiam
205 Keinginan Belum Terpenuhi
206 Dihina
207 Hari yang Sibuk
208 Konspirasi
209 Ada Orang yang Tidak Senang dengan Pernikahan Kita
210 Pertemuan Di Tempat Biasa
211 Berkunjung ke Rumah Wulan
212 Sebuah Keluarga Yang...
213 Pernikahan Bersyarat
214 Marah
215 Penyesalan
216 Pertolongan
217 Paranormal
218 Madu
219 Diserang
220 Melayani Pasien
221 Tidak Waras
222 Jakarta
223 Mengobati Halimah
224 Mirna dan Imelda
225 Menemui Jalan Buntu
226 Tiba di Pekan Baru
227 Cari dan Undang Dia
228 Di Rumah Pak Anggara
229 Identitas Yang Lain
230 Kangen
231 Sang Penolong Misterius Itu Ternyata Dia
232 Kakek Tua Sakit
233 Terpaksa Pulang
234 Di Aula RSUD
235 Bisakah Anda Diam Sebentar?
236 Pasien Tidak Sadar
237 Persalinan
238 Penderitaan Wulan
239 Pria Bertopeng
240 Eric Yang Malang
241 Menikah lah
242 Direktur Yang Kocak
243 Berkelahi
244 Permana Group
245 Diagnosa
246 Memulai Pengobatan
247 Pulang ke Jogja
248 Jika Siap Menjadi Miskin
249 Diagnosanya Sama Persis
250 Permintaan Imelda
251 Hanya Batu Kerikil Biasa
252 Nekad
253 Intel
254 Menghilang
255 Menyelidiki Sendiri
256 Sebuah Pertolongan dari Sang Menantu
257 Pergi Tanpa Pamit
258 Penyakit Non Medis
259 Bertemu Lewat Mimpi
260 Desa Kauman
261 Pulang Kampung
262 Teleportasi
263 Halusinasi?
264 Rencana Resign
265 Rumah Angker
266 Kehidupan di Bengkalis
267 Makhluk Tinggi Besar
268 Serangan lagi
269 Panggilan dari Jogja
270 Mengobati Putri Pak Suprapto
271 Setahun Berlalu
272 Sungguh Malang Nasibmu, Kawan
273 Bertemu Erna
274 Sebagai Kenangan
Episodes

Updated 274 Episodes

1
1.
2
2.
3
3.
4
4.
5
5.
6
6.
7
7.
8
8.
9
9.
10
10.
11
11.
12
12.
13
13.
14
14.
15
15.
16
16.
17
17.
18
18.
19
19.
20
20.
21
21.
22
22.
23
23.
24
24.
25
25.
26
26.
27
27.
28
28.
29
29.
30
Mengambil Alih Perusahaan
31
Rencana
32
Itu Kamu?
33
Tolong Obati Dia, Dik!
34
Jangan Abaikan Penyakit Itu!
35
Ternyata Tabibnya Sangat Muda
36
Musuh Ada Di mana-mana
37
Kewalahan
38
38.
39
39.
40
40.
41
41.
42
42.
43
43.
44
44.
45
45.
46
46.
47
47.
48
48.
49
49.
50
50.
51
51.
52
52.
53
53.
54
54.
55
55.
56
56.
57
57.
58
58.
59
59.
60
60.
61
61.
62
62.
63
63.
64
64.
65
65.
66
66.
67
67.
68
68.
69
69.
70
70.
71
71.
72
72.
73
73.
74
74.
75
75.
76
76.
77
77.
78
78.
79
79.
80
80.
81
81.
82
82.
83
83.
84
84.
85
85.
86
86.
87
87. Jelatik
88
88. Mencapai Batas
89
Itu Dia
90
Mimpi Seperti Nyata
91
Pertemuan
92
Penolakan
93
Keputusan
94
Menanggung Resiko
95
Energi Tidak Berbentuk dan Tidak Berwarna
96
Serangan
97
Masalah
98
Taruhan
99
Hadiah
100
ICU
101
Menilai Buku dari Sampul
102
Meninggal Dunia
103
Secercah Harapan
104
Tanpa Pamrih
105
Hadiah Tak Terduga
106
Hati yang Gundah-gulana
107
Kanker Otak Stadium Akhir
108
Hati yang Berbunga-bunga
109
Penyelidikan
110
Rindu
111
Kehidupan Buk Senah
112
Buah dari Kebaikan
113
Bisakah Kita Bertemu?
114
Makan Bersama
115
Tawaran Kuliah Kedokteran
116
Menolak Tawaran
117
Apa kah Ini Yang Namanya Rindu
118
'Hadiah' Untukmu
119
Cinta Yang Mulai Bersemi
120
Khodam
121
Mutasi
122
Mencari Informasi
123
Pengobatan Keliling
124
Selama Kamu Mau
125
Souvenir
126
Jangan Putuskan Komunikasi
127
Cincin Ruang
128
Pulang Kampung
129
Berubah
130
Gosip
131
Pernikahan
132
Makhluk Hitam
133
Mulai Mengobati
134
Pengobatan Kedua
135
Bernazar
136
Handphone
137
Pertemuan
138
Memulai Pengembaraan
139
70 Meter Persegi
140
Ujian Tertulis
141
Ujiannya Tidak Fair
142
Persiapan Ujian Wawancara
143
Bahasa Inggris itu Aneh
144
Wawancara
145
Mengunjungi Pasien
146
Pedang Kayu
147
Ginjal Kronis
148
Diteror
149
Terlambat
150
Andika
151
Naik Pesawat
152
Masuk Universitas
153
Pertunangan
154
Wulan...?!
155
Sindikat
156
Curhat
157
Makhluk Apa Lagi?
158
Ke RSUD
159
Shofia Yang Malang
160
Hari yang Sibuk
161
Pertemuan
162
Ke RSUD Lagi
163
Ngukur Baju Pengantin
164
Mama Wulan
165
Aku Ingin Bertemu Untuk Terakhir Kali
166
Perpisahan
167
'Orang Pintar'
168
Kromosom
169
Seberkas Cahaya
170
Psikiatri
171
Tujuh Batang Jarum
172
Bertemu dengan Mirna
173
Berdiskusi
174
Mengobati Wulan
175
Ungkapan Perasaan
176
Tertidur Lelap
177
Imelda
178
Pertemuan di Cafe Elit
179
S1 Kedokteran
180
Persiapan Pernikahan Wulan
181
Janji Emak
182
Mengikuti dr. Revi Pratama
183
Papa Imelda
184
Ariani Utari
185
Geng Motor
186
Populer
187
Konsultasi
188
Seminggu Lagi
189
Persiapan Ujian Kompetensi
190
Ujian Kompetensi dimulai
191
Mbah Kung Sakit
192
Permintaan Mbah Kung
193
Ijab Qabul
194
Poli Akupuntur
195
Spesialis Akupuntur Medik
196
Aku Tak Mau dimadu
197
Masalah
198
Mimpi Buruk
199
Bertemu Wulan
200
Keinginan Wulan
201
Kesurupan
202
250 Meter Persegi
203
Pertemuan Tanpa Disengaja
204
Mirna yang Pendiam
205
Keinginan Belum Terpenuhi
206
Dihina
207
Hari yang Sibuk
208
Konspirasi
209
Ada Orang yang Tidak Senang dengan Pernikahan Kita
210
Pertemuan Di Tempat Biasa
211
Berkunjung ke Rumah Wulan
212
Sebuah Keluarga Yang...
213
Pernikahan Bersyarat
214
Marah
215
Penyesalan
216
Pertolongan
217
Paranormal
218
Madu
219
Diserang
220
Melayani Pasien
221
Tidak Waras
222
Jakarta
223
Mengobati Halimah
224
Mirna dan Imelda
225
Menemui Jalan Buntu
226
Tiba di Pekan Baru
227
Cari dan Undang Dia
228
Di Rumah Pak Anggara
229
Identitas Yang Lain
230
Kangen
231
Sang Penolong Misterius Itu Ternyata Dia
232
Kakek Tua Sakit
233
Terpaksa Pulang
234
Di Aula RSUD
235
Bisakah Anda Diam Sebentar?
236
Pasien Tidak Sadar
237
Persalinan
238
Penderitaan Wulan
239
Pria Bertopeng
240
Eric Yang Malang
241
Menikah lah
242
Direktur Yang Kocak
243
Berkelahi
244
Permana Group
245
Diagnosa
246
Memulai Pengobatan
247
Pulang ke Jogja
248
Jika Siap Menjadi Miskin
249
Diagnosanya Sama Persis
250
Permintaan Imelda
251
Hanya Batu Kerikil Biasa
252
Nekad
253
Intel
254
Menghilang
255
Menyelidiki Sendiri
256
Sebuah Pertolongan dari Sang Menantu
257
Pergi Tanpa Pamit
258
Penyakit Non Medis
259
Bertemu Lewat Mimpi
260
Desa Kauman
261
Pulang Kampung
262
Teleportasi
263
Halusinasi?
264
Rencana Resign
265
Rumah Angker
266
Kehidupan di Bengkalis
267
Makhluk Tinggi Besar
268
Serangan lagi
269
Panggilan dari Jogja
270
Mengobati Putri Pak Suprapto
271
Setahun Berlalu
272
Sungguh Malang Nasibmu, Kawan
273
Bertemu Erna
274
Sebagai Kenangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!