Pusaka Dewa Petaka

Pusaka Dewa Petaka

1

Sewaktu ayah mereka pulang membawa guci misterius ke kediaman keluarga Liu, Liu Shen Zhu berusaha untuk tidak terlihat takut. Ia tahu kakak perempuannya, Liu Xie Ma, pasti akan mengejeknya kalau tahu bagaimana sebenarnya perasaannya.

"Kelihatannya seperti guci abu kremasi yang disegel. Isinya pasti arwah penasaran dari zaman kegelapan," tutur Xie Ma dengan gaya dramatis. "Kau takut, Adik?" ejeknya.

Hanya karena umurnya sudah tiga belas tahun sementara adiknya baru berumur sepuluh tahun, ditambah wajah adiknya yang seperti perempuan, menurut Xie Ma, adiknya sejenis kucing penakut. Ia selalu mengageti Shen Zhu dan mencoba menakut-nakutinya.

Hanya itu pekerjaan Xie Ma. Menggoda dan mengatai Shen Zhu penakut.

Atau pengacau!

Ayah mereka adalah seorang pemburu harta karun dan ahli pusaka misterius. Pekerjaannya adalah mencari dan mengumpulkan barang-barang pusaka dari tempat-tempat paling misterius. Tidak termasuk mengumpulkan guci abu kremasi, sebenarnya.

Ini adalah pertama kalinya ayah mereka membawa pulang guci misterius yang sepintas memang terlihat seperti guci abu kremasi. Bentuknya seperti labu dan sudah retak di sana-sini. Seluruh bagian guci itu dipenuhi tulisan kuno, mungkin mantra segel—setidaknya itulah yang diyakini Shen Zhu.

Ayah mereka menyimpan guci itu di ruang bawah tanah dan mengingatkan supaya mereka tidak dekat-dekat dengan benda itu.

Tapi setelah ayah mereka pergi, Shen Zhu dan Xie Ma tetap berdiri di puncak tangga, memandang ke ruang bawah tanah.

"Aku tahu sesuatu tentang guci abu kremasi yang disegel," kata Xie Ma sambil memicingkan matanya. "Arwah mereka bisa keluar dan berkeliaran mencari mangsa."

"Aku tidak percaya!" sergah Shen Zhu.

"Tunggu sampai jiwamu direnggut, kau baru akan percaya," tukas Xie Ma bersikeras. "Abu kremasi yang disegel di dalam guci biasanya berisi arwah penasaran yang tidak puas atas kematiannya. Kalau sampai segelnya rusak, arwah di dalamnya akan keluar untuk mencuri jiwa orang-orang. Apa kau tidak takut?"

"Tidak," bantah Shen Zhu.

"Lalu kenapa kau tidak turun dan memeriksanya?" tantang Xie Ma.

"Apa kau tak dengar apa yang dikatakan Ayah? Jangan dekati benda itu!" bantah Shen Zhu.

"Ayah melarang kita dekat-dekat karena dia tahu kau seorang pengacau," sanggah Xie Ma.

"Aku bukan pengacau!" sergah Shen Zhu.

"Kalau begitu cobalah turun ke sana dan sentuh guci itu, sekali saja," tantang Xie Ma sekali lagi. "Aku berani taruhan kau akan menjatuhkan barang karena terlalu gugup."

"Baik!" Shen Zhu merasa tertantang. "Aku turun," katanya. Dan sebelum kata-kata itu selesai diucapkan, ia sudah menyesal.

Di bawah ternyata gelap gulita, sampai-sampai udaranya berbau gelap, seperti bau lumpur.

Guci itu di taruh di dalam peti harta karun di tengah ruangan bersama barang-barang temuan lainnya. Barang-barang lainnya sudah berdebu karena terlalu lama tersimpan di dalam peti, tutup petinya selalu terbuka dari waktu ke waktu. Hanya guci itu yang masih terlihat licin, begitu mengkilat hingga seperti bercahaya di dalam gelap.

Shen Zhu menuruni anak tangga perlahan-lahan. Selangkah demi selangkah didekatinya benda itu.

Satu-satunya yang dapat didengar oleh anak lelaki itu hanyalah detak jantungnya yang berdegup kencang.

Udara di sekitarnya terasa dingin dan lembap.

Shen Zhu menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya yang dingin satu sama lain, berusaha membangkitkan keberaniannya.

Kau bisa melakukannya, katanya pada diri sendiri. Tak ada yang perlu ditakuti.

Disentuhnya guci mengkilat itu—tanpa sengaja menjatuhkannya. Guci itu terguling di dalam peti. Tak sampai pecah, tapi tutupnya terlepas.

Sesaat jantung Shen Zhu berhenti berdetak. Sekarang Ayah benar-benar akan membunuhku, batinnya ngeri. Lalu berbalik dan lari terbirit-birit ke atas tanpa menengok ke belakang.

Kegelapan pekat tiba-tiba menyergap ruangan itu.

Pintu ruangan bawah tanah itu ternyata tertutup. Xie Ma telah menutupnya.

Shen Zhu terjebak!

Shen Zhu tak tahan lagi, jadi ia mulai berteriak. Tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Udara bercampur debu terhisap ke dalam mulutnya dan tertelan, membuatnya tersedak dan terbatuk-batuk. Dadanya terasa sesak hingga membuatnya lemas.

Ia jatuh berlutut di depan pintu itu sambil memukul-mukul pintu dengan kepalan tangannya. Kepalanya mulai merayang sementara kesadarannya timbul tenggelam. Kegelapan yang pekat itu terasa seperti keabadian. Seperti perhentian waktu yang membuatnya terjebak dalam ilusi yang membingungkan.

Shen Zhu tak yakin berapa lama kegelapan itu menguasainya, tapi ketika cahaya datang, ia mendapati dirinya tertelungkup di tempat terbuka di antara puing dan reruntuhan.

Dan satu-satunya cahaya yang meneranginya berasal dari kaki langit. Semburat jingga cahaya matahari pagi.

Apa yang terjadi? Shen Zhu tersentak dan menarik bangkit tubuhnya. Kenapa aku bisa berada di luar? Tatapannya yang panik menyapu sekeliling.

Tidak ada apa-apa di sana!

Tidak ada dinding.

Tidak ada pintu.

Tidak ada ruang bawah tanah yang gelap gulita.

Tidak ada rumah.

Hanya ada lapangan terbuka dengan puing-puing dan reruntuhan.

Di mana ini? Shen Zhu bertanya-tanya dalam hatinya.

Seluruh tempat di sekelilingnya porak-poranda.

Mayat-mayat bergelimpangan di sana-sini.

Shen Zhu memekik tertahan, tanpa sadar menahan napas.

Ayah dan ibunya terkapar tak jauh dari tempatnya. Sudah tak bernyawa.

"Ayah! Ibu!" Shen Zhu berteriak dan menghambur ke arah mereka, lalu jatuh berlutut dan menangis sejadi-jadinya.

Sejurus kemudian, suara berdebam dan berdebuk ribut sepatu tentara, menyeruak ke arah Shen Zhu, disusul suara teriakan seseorang. "Di sini ada yang masih hidup!"

Lalu semakin banyak suara-suara berdebam sepatu tentara yang mendekat.

"Iblis! Iblis!" Tiba-tiba seorang anak perempuan menjerit ketakutan. Suara itu berasal dari balik reruntuhan di belakang Shen Zhu.

Shen Zhu tersentak, ia mengenali suara itu. Serta-merta ia berbalik dan menghadap ke belakang. "Kakak!" pekiknya terkejut.

Sekelompok ksatria tahu-tahu sudah mengerumuni mereka.

Xie Ma meronta-ronta ketika seorang ksatria mencoba mendekatinya.

"Tidak apa-apa," bujuk ksatria itu dengan suara lembut. "Kau sudah aman sekarang."

Shen Zhu menghambur ke arah kakaknya, tapi kakaknya kembali menjerit-jerit seraya melejit menjauhinya. "Iblis!" jeritnya makin histeris. "Iblis!"

Salah satu ksatria menarik Shen Zhu menjauh dari kakaknya ketika ksatria lainnya membopong paksa tubuh Xie Ma untuk dievakuasi.

"Ayo," ajak ksatria lainnya. "Ikut kami."

Shen Zhu mengikuti mereka dengan patuh sementara jiwanya masih terguncang dan tidak berdaya. Matanya yang berkaca-kaca menatap nanar semua orang yang dikenalnya terkapar tanpa nyawa di antara reruntuhan rumah mereka masing-masing.

Sebagian dari dirinya ingin tetap tinggal untuk mengurus pemakaman orang tuanya. Tapi sebagian dirinya yang lain ingin lari atau sembunyi dan melupakan semuanya.

Pemandangan itu terlalu mengerikan untuk seorang anak sepuluh tahun. Tragedi itu tidak tertanggung oleh jiwanya. Menjadikan semuanya terasa seperti bukan dalam kenyataan. Membuat Shen Zhu hanya bergeming dengan ekspresi linglung.

Para ksatria itu membawa mereka ke Markas Besar Aliansi Ksatria Pemburu Iblis dan menghadapkannya pada para tetua dan ketua mereka.

Sejumlah pejabat dan para pemilik perguruan seni beladiri yang tergabung di bawah naungan aliansi itu dipanggil untuk membicarakan masalah ini.

Para ksatria itu membimbing Shen Zhu dan kakak perempuannya ke tengah ruangan di depan tangga singgasana ketua.

"Hanya mereka yang masih hidup," salah satu ksatria melaporkan sambil berlutut di depan tangga itu.

Para ksatria lainnya serentak ikut berlutut.

Shen Zhu akhirnya ikut berlutut, mencoba memeluk Xie Ma, tapi lagi-lagi gadis itu menjerit dan meronta-ronta tanpa seorang pun bisa menenangkannya.

Ketua aliansi akhirnya memanggil para ahli pengobatan dan memerintahkan supaya Xie Ma dibawa untuk dirawat.

"Kakak!" Shen Zhu mencoba merenggut kakaknya dari tangan semua orang.

"Tenanglah!" seorang ksatria memeluk Shen Zhu dari belakang dan menahannya. "Kami hanya ingin merawatnya. Kami berjanji kalian akan bersama lagi setelah ini. Ketua ingin bicara denganmu dulu," bisiknya dalam bujukan tegas yang membuat Shen Zhu langsung terdiam.

Terpopuler

Comments

Oe Din

Oe Din

Masuk ke dalam guci ...?

2024-06-14

0

Har Yanto

Har Yanto

crita ga karuan,,awal udh kocar kacir ga jelas,,mles baca karya sampah kyk gni

2024-04-03

0

Harman LokeST

Harman LokeST

kuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaattkkaaaannnnnnn teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss teekaaaaaaaaaaaaaaaayaaaaaddmuuuuu Shen Zu

2023-08-31

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!