Sudah kuduga tidak satu pun elemen akan mengakuinya, batin Guru Fang merasa menang. Lalu membungkuk, menghela Shen Zhu berdiri dan memeganginya lagi. Lingkaran sihir di bawah kakinya melesat cepat ke langit tinggi, kemudian menghilang di balik pusaran awan.
Sejurus kemudian, mereka sudah kembali berada di aula singgasana ketua aliansi.
Para pemilik perguruan lain menatap kecewa ke arah mereka.
"Selanjutnya!" instruksi ketua aliansi.
Para tetua dalam formasi menggerak-gerakkan jemari dan telapak tangan mereka di depan dada, membentuk jurus-jurus khas seni beladiri spiritual. Lalu gambar di permukaan kaca transparan berubah perlahan-lahan, memunculkan sebuah tulou. Tulisan di atas pintu gerbangnya berbunyi: Perguruan Sastra Suci.
Perguruan Sastra Suci adalah perguruan beladiri spiritual aliran Tao.
Pemilik perguruan itu melangkah dengan tenang dan berwibawa. Sebagai guru besar perguruan beladiri spiritual yang menempuh kedamaian batin, ia tidak terusik oleh kecemasan seperti yang lain. Meski hati kecilnya sama keberatannya.
Pria paruh baya berkepala botak itu menuntun Shen Zhu kembali ke dalam lingkaran formasi gerbang teleportasi, dan sejurus kemudian mereka sudah mendarat di dalam sebuah ruangan yang menjadi tempat penyimpanan kitab keramat perguruan mereka.
Pria itu berhenti di tengah-tengah ruangan di depan tangga sebuah altar.
"Dengar, Nak!" Pria itu menginstruksikan. "Kau hanya perlu berdiri di tengah-tengah altar itu dan menunggu reaksi. Tidak perlu melakukan apa pun."
Shen Zhu melangkah naik ke lantai atas yang mirip dengan altar singgasana namun hanya dikelilingi rak buku. Di tengah-tengah altar itu ada gambar lingkaran cahaya putih berbentuk cakram seperti formasi sihir.
Dan ketika ia berhenti di tengah-tengah lingkaran itu, lingkaran cahaya itu berputar dan memancarkan cahaya ke seluruh ruangan.
Seluruh ruangan bergetar dan berkeretak. Jilid-jilid buku di sekelilingnya menyembul keluar dari tempatnya masing-masing.
Tapi tidak satu pun melesat keluar dan melayang ke arahnya seperti seharusnya.
Setiap tulisan pada jilid buku di sekeliling ruangan itu bersinar berwarna keemasan dan menyinari Shen Zhu. Huruf demi huruf melayang keluar dari semua kitab dan menerjang ke arah Shen Zhu.
Sekali lagi, anak laki-laki itu merasakan tubuhnya seperti terbakar. Semua huruf itu meresap ke dalam tubuhnya kata demi kata hingga miliaran kata. Lalu meledak dalam tubuhnya hingga tubuhnya menyala seperti bara api. Kemudian menguap meninggalkan asap tipis berwarna gelap di permukaan kulitnya seperti sisa pembakaran.
Semua buku kembali melesak ke tempatnya masing-masing tanpa satu pun menghampirinya.
Pemilik perguruan itu menggeleng dan membawa Shen Zhu kembali ke aula singgasana ketua melalui portal teleportasi.
Sampai sejauh ini, Shen Zhu masih belum mengerti apa yang dilakukan para pemilik perguruan itu. Tapi ia mengikuti setiap instruksi dengan patuh.
Semua tes dilaluinya tanpa satu pun benda pusaka yang memilihnya.
Bahkan benda pusaka tak menginginkannya? pikir semua orang.
Sisa perguruan sekte pedang, perguruan alkemis dan perguruan majus—peramal.
Para pemilik akademi itu mulai menegang, kecuali pemilik perguruan majus.
Sekarang giliran pemilik perguruan sekte pedang yang harus mengujinya.
Lingkaran sihir teleportasi mengendap turun di ruang bawah tanah perguruan itu.
Seluruh ruangan dipenuhi pedang. Sebagian ditata di tempat terbaik, sebagian bertumpuk-tumpuk di dalam peti. Sebagian lagi bergeletakan begitu saja sebagai barang rongsokan yang sudah rusak dan berkarat.
Pedang-pedang itu bergetar ketika mereka mendarat di lantai ruangan.
Beberapa pedang di tempat terbaik menyala dan melayang dari tempatnya masing-masing. Tapi lagi-lagi tidak satu pun mendekat pada Shen Zhu.
Pemilik perguruan sekte pedang itu tersenyum puas.
Tiba-tiba sebuah peti meledak hingga isinya berhamburan ke seluruh ruangan.
Pemilik perguruan itu membeku dengan ngeri.
Dasar peti itu menyala terang berwarna merah. Lalu sebilah pedang melayang keluar. Batu permata pada tangkainya menyala merah dan menyinari wajah Shen Zhu.
Pemilik perguruan itu mengerang dalam hatinya.
Pedang itu sudah berkarat dan patah di bagian ujungnya. Usianya mungkin sudah lebih dari ratusan tahun. Bisa jadi sudah ratusan ribu tahun.
Tapi pedang itu memilihnya.
Pedang itu melayang ke arah Shen Zhu dan mengendap turun di hadapannya.
"Dari sekian banyak pusaka, hanya pedang rusak yang memilihmu?" dengus pemilik perguruan sekte pedang itu bernada mencela. Dan aku sungguh sial, katanya dalam hati.
Shen Zhu membeku menatap permata merah darah yang menyala di penahanan batang bagian tengah pedang itu tanpa berkedip. Permata itu terlihat seperti iris mata berwarna merah.
Lalu tiba-tiba cahaya itu meledak di depan matanya dan membutakannya. Seluruh tempat di sekelilingnya hanya terlihat putih. Lalu mulai memburam perlahan-lahan.
Ketika penglihatannya pulih, Shen Zhu mendapati dirinya sudah berada di tempat lain lagi.
Di mana ini? pikirnya panik. Lalu mengedar pandang.
Pemilik perguruan yang mendampinginya menghilang di belakangnya. Begitu juga dengan koleksi pedang di seluruh ruangan.
Ruangan itu sekarang kosong dan gelap seperti gua.
Satu-satunya cahaya yang meneranginya berasal dari pedang yang menyala dengan lidah-lidah api berwarna merah yang tertancap di atas sebongkah batu di tengah-tengah kolam yang juga berwarna merah.
Shen Zhu berdiri di depan pedang itu di atas batu tadi.
Asap tipis berwarna gelap mengalir keluar dari celah batu di mana ujung pedang itu menancap, kemudian membumbung tinggi membentuk pusaran di atas pedang itu dan menciptakan sosok ilusi seorang pria misterius berjubah gelap dengan tudung kepala.
Sosok itu hanya terlihat hitam seperti bayangan, tapi bentuknya sangat spesifik. Kecuali wajahnya, semuanya terlihat jelas.
"Anak Muda…" sosok itu berbisik dengan suara yang bergemuruh. "Ambillah pedang ini dan akhiri ujianmu. Kau tak perlu diuji lagi. Mereka tak akan melihatnya."
Shen Zhu mendongak dan memicingkan matanya, menatap bagian yang seharusnya menjadi wajah namun hanya terlihat gelap.
"Aku akan memberkati takdirmu memimpin umat manusia menuju era baru," bisik sosok misterius itu lagi serupa bisikan angin. "Namun sebagaimana berkat selalu datang bersama kutukan, kau akan mengalami cobaan yang sangat panjang dan berliku-liku, menghadapi banyak tantangan dan melewati banyak rintangan. Apa kau takut?"
Shen Zhu menelan ludah dan tertunduk. Perkataan kakaknya terngiang dalam benaknya.
"Apa kau takut, Adik?"
Pertanyaan itu hampir selalu didengarnya setiap waktu hingga terasa seperti kutukan.
Tapi bagaimanapun kakaknya mencoba memancingnya, ia akan mati-matian berusaha menyembunyikan perasaannya.
Shen Zhu mengangkat wajahnya dan menatap tajam ke arah sosok itu dengan berani. Lalu menggeleng untuk menjawab pertanyaan sosok misterius itu.
"Baguslah!" sosok itu terkekeh. Suara tawanya terdengar kering dan jahat.
Tapi untuk pertama kalinya seumur hidup, Shen Zhu tidak merasa takut.
"Tak peduli apa yang akan menimpamu, kau harus menghadapinya dengan berani. Memiliki semangat ksatria dan tak pernah takut, bahkan mempersembahkan nyawamu. Apa kau takut?" Sosok itu mengulang pertanyaan yang sama.
Shen Zhu mengetatkan rahangnya penuh tekad dan menggeleng sekali lagi.
"Kau sudah memenangkan kepercayaanku," kata sosok itu lagi. Lalu kembali terkekeh dengan suara yang mendirikan bulu kuduk. "Pada akhirnya… yang ingin kuberitahukan adalah…" ia menggantung kalimatnya dan membiarkannya menguap begitu saja.
Lalu tiba-tiba seluruh tempat berguncang dan bergemuruh. Permukaan batu di mana pedang itu menancap seketika meledak menyemburkan asap gelap bercampur api dan serpihan bebatuan.
DUAAAAARRRR!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Ichi
wkwkwkwkwkwk,🤣🤣🤣
2023-06-11
0
Ichi
Omo 😱😱😱
2023-06-11
0
Ichi
isi benda pusaka di serap Ama SenJu 🤣🤣
2023-06-11
0