Menikahi Duda Misterius

Menikahi Duda Misterius

Kesalahan Pertama Dan Terakhir

Ckiitttt!!!

Sebuah Rolls-Royce berwarna hitam tiba-tiba berhenti mendadak, membuat kedua penumpang di dalamnya terkejut sehingga tubuh mereka sedikit terpental ke depan.

Beruntung, kejadian mengejutkan itu tidak mencederai orang di dalam maupun di luar mobil.

Adam Shinkar—pria tampan yang duduk di belakang dan memancarkan keagungan seperti Dewa Yunani dengan berbungkus setelan jas hitam, membuka kaca mata hitam yang membikai netra gelapnya.

Dia menatap Charles Warren—sang asisten yang mengemudikan mobil dan memiliki standar ketampanan satu tingkat di bawahnya dengan alis berkerut. “Ada apa?”

“Maaf, Tuan. Terjadi masalah pada mobil ini, saya juga kurang tahu apa penyebabnya,” terang Charles Warren dengan rasa bersalah.

Biasanya, dia akan memeriksa kelayakan mobil yang akan digunakan oleh sang atasan. Namun, hari itu dia tidak sempat melakukannya karena keterbatasan waktu.

Adam Shinkar menyipitkan matanya saat kembali bertanya, “Kau tidak memeriksanya dulu?”

“Tidak, Tuan. Saya bangun terlambat hari ini.” Charles Warren kembali menjelaskan, tetapi kini dengan kepala menunduk.

Sementara itu, alis Adam Shinkar semakin berkerut dalam saat menyadari adanya keanehan pada sikap Charles Warren yang biasanya selalu disiplin dan teliti dalam segala hal.

Bahkan, karena kedua hal itulah dia bisa berada di sisi Adam Shinkar yang begitu perfeksionis.

Namun, kenapa dia bisa melakukan kesalahan seperti terlambat bangun pagi hingga tidak mengerjakan pekerjaannya dengan baik?

Meski begitu, Adam Shinkar juga tidak punya waktu untuk memikirkan apa yang sudah mempengaruhi Charles Warren karena dia memiliki pertemuan penting di pagi hingga malam hari.

Kebetulan, Adam Shinkar melihat keberadaan Yishun MRT Station tidak jauh dari tempat mobil mewahnya berhenti hingga berpikir untuk menaiki kereta cepat untuk mengatasi masalah yang ada saat ini.

Tanpa menunda lebih banyak waktu, Adam Shinkar berbicara dengan acuh tak acuh. “Ya sudah, kau urus dulu mobil ini, aku akan naik MRT.”

Kata-kata Adam Shinkar membuat Charles Warren terkejut setengah mati, bahkan pria itu sampai membelalakkan bola matanya hingga hampir menggelinding keluar.

Adam Shinkar, seorang duda keren sarang duit yang menjadi pengusaha di usia muda hingga asetnya ada di mana-mana, menaiki MRT. Bukankah itu adalah hal yang mengejutkan?

Bahkan, jika tersebar berita bahwa Adam Shinkar menaiki kendaraan umum untuk pergi bekerja, Charles Warren yakin berita tersebut pastilah akan menjadi tranding topik. Mungkin, akan mengalahkan berita tentang artis papan atas yang menikahi sultan.

Tidak bisa menahan diri, Charles Warren bertanya dengan nada tak percaya. “Tuan, kau yakin akan naik MRT?”

Sikap Adam Shinkar masih tetap biasa saja seolah-olah ini bukanlah pertama kali baginya naik MRT, dia juga berbalik bertanya pada sang asisten. “Ya, kenapa? Apa ada yang salah dengan itu?”

“Tidak, tidak salah sama sekali,” jawab Charles Warren cepat, mana mungkin dia berani menyalahkan sang atasan. Kemudian, dia kembali bertanya, “Namun, apa tidak sebaiknya aku meminta Jack menjemputmu di sini dan mengantarkanmu ke perusahaan?”

“Tidak perlu,” sahut Adam Shinkar tanpa ragu, dia pun membuka pintu mobil tanpa menunggu persetujuan dari Charles Warren . “Akan sangat lama jika aku harus menunggu Jack.”

Setelah keluar dari mobil, Adam Shinkar tidak langsung menutup pintu, dia terlebih dahulu memberi peringatan kepada Charles Warren dengan tatapan tajam. “Pastikan ini akan menjadi kesalahan pertama dan terakhirmu! Aku tidak ingin hal seperti ini terulang lagi!”

Begitu saja, Adam Shinkar langsung menutup pintu dan menjauh dari mobil tanpa menunggu respon dari Charles Warren yang sudah berkeringat dingin.

Di sisi lain, seorang wanita yang memakai blouse pink dipadukan dengan blazer putih dan celana pendek dengan warna senada, tampak tergesa-gesa saat menuruni tangga eskalator.

Dia berusaha mengejar waktu demi mendapatkan MRT yang sebentar lagi akan berhenti di Yishun Station, sementara sebuah telepon genggam masih melekat di telinganya. “Hmmm, iya aku sudah di jalan, sebentar lagi sampai.”

Selain diburu waktu, Ayna Maurice juga didesak oleh Anya Green agar tidak terlambat datang bekerja di hari pertamanya.

Padahal, sang sahabat sudah berkali-kali memperingatinya.

Namun, dia justru terlambat hanya karena terbangun kesiangan setelah hampir sepanjang malam tidak tidur dan terlalu bersemangat memikirkan berbagai hal yang mungkin terjadi di hari pertamanya.

Bahkan, keterlambatannya bangun membuat Ayna Maurice tidak memiliki cukup waktu untuk membersihkan dirinya. Dia hanya bisa mencuci muka seadanya dan menggosok gigi, sebelum akhirnya mengenakan pakaian yang sudah dia sediakan sejak kemarin.

“Iya, Anya ...."

Entah apa yang dikatakan Anya Green di seberang telepon, Ayna Maurice menyahut dengan malas dan penuh penekanan.

"Sepuluh menit lagi aku sampai.”

Tanpa menunggu Anya Green mengeluarkan lebih banyak patah kata, Ayna Maurice langsung mengakhiri panggilan telepon yang membuat telinganya berdengung hingga menimbulkan denyut nyeri pada kepalanya.

"Cerewet sekali." Ayna Maurice kembali menggerutu sembari menyimpan benda pipih berlogo apel sumbing ke dalam saku blazer yang dia kenakan.

Pada saat bersamaan, MRT—kereta cepat yang ingin dia naiki untuk membawanya ke tempat tujuan, sudah tiba dan berhenti tepat di depannya.

Begitu memasuki MRT, Ayna Maurice mendapati kendaraan panjang itu sudah dipenuhi dengan penumpang.

Namun, Ayna Maurice tidak terkejut atau pun merasa heran karena hal itu biasa terjadi di Golden City.

Bagaimanapun, baik dari kalangan pelajar maupun pekerja yang hidup di Golden City akan memilih menaiki kendaraan umum seperti bus atau MRT.

Bukan tidak mampu membeli kendaraan pribadi, mereka hanya tidak ingin direpotkan dengan berbagai proses yang rumit untuk pengurusan berbagai jenis surat demi bisa mengemudi.

Ayna Maurice terpaksa berdiri saat mendapati tidak ada tempat duduk yang tersisa untuk menampungnya, dia bahkan terpaksa berdesakan dengan penumpang lainnya yang ikut berdiri.

Tanpa menghiraukan keberadaan sekelilingnya, Ayna Maurice mengeluarkan ponselnya untuk menghidupkan musik, lalu memasangkan earphone, sebelum akhirnya menyumbat telinganya dengan benda itu.

Kemudian, Ayna Maurice kembali menyimpan ponsel ke sakunya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya tetap berpegangan pada pegangan yang tersedia di sana. Akan tetapi, tiba-tiba dia merasakan bokoongnya disentuh oleh seseorang dengan sensuaal.

Ayna Maurice membelalakkan mata karena terkejut, lalu menggertakkan giginya sambil menatap sinis pada Adam Shinkar yang berdiri di sebelah kirinya.

Saat ini, ingin sekali rasanya Ayna Maurice memukul kepala Adam Shinkar yang memasang ekspresi tanpa dosa itu.

Padahal, pria ca bul sesungguhnya sedang berdiri disebelah kanan Ayna Maurice dan diam-diam mencium tangan yang dia gunakan untuk menyentuh bokoongnya.

Setelah beberapa saat, pria ca bul itu kembali menjalankan aksinya, bahkan dengan lebih sensual hingga membuat Ayna Maurice kembali mendelik sinis pada Adam Shinkar.

Ditatap sedemikian rupa, Adam Shinkar tentu saja merasa heran hingga membuat kedua alisnya sedikit berkerut. "Ada apa?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!