Rasa Bersalah

Di perusahaan, Ayna menjalani hari pertamanya tanpa kendala apa pun. Bahkan, segalanya berjalan lancar dan aman terkendali sampai jam kantor berakhir.

Saat Ayna mulai menyibukkan diri dengan merapikan meja kerja, perhatiannya teralihkan pada layar handphone yang menyala dan menampilkan sebuah pesan tanpa nama pengirim.

Ayna mengerutkan keningnya, lalu meraih benda pipih itu untuk memeriksa pesan yang masuk.

[Pacarmu ada di Romance Golden Hotel, bersama seorang wanita]

Untuk sesaat, Ayna membeku setelah membaca pesan itu. Ingin rasanya dia menganggap itu hanyalah pesan dari orang asing yang kurang kerjaan hingga berbuat iseng padanya. Akan tetapi, dia juga sudah terlanjur menganggap serius pada pesan itu.

Terlebih, selama ini dia juga sudah memiliki banyak kecurigaan pada sang kekasih, Darren Nilsson.

Karena itu, Ayna memutuskan untuk pergi ke Romance Golden Hotel hanya untuk memastikan kebenaran dari pesan anonym yang dia terima.

Namun, belum Ayna pergi ke mana pun, ponselnya berdering dan dia segera menjawab panggilan telepon itu saat melihat nama ‘Ny. Waltons’ tertera di layar.

“Ya, Nyonya Waltons?”

“Ayna, kau sudah pulang dari kantor, kan?”

Dari lubang speaker, suara lembut seorang wanita menembus telinga Ayna .

Bahkan, hanya mendengar suaranya yang lembut mendayu-dayu saja, semua orang akan tahu bahwa wanita itu berasal dari kalangan bangsawan.

“Saya baru saja mau pulang, ada apa, Nyonya?” Suara Ayna terdengar sopan dan lembut seperti biasanya.

“Itu bagus,” sahut Nyonya Waltons terdengar bersemangat, lalu dia melanjutkan dengan tenang. “Ayna, pergilah ke Romance Golden Hotel dan temui seseorang untukku.”

Ayna mengerutkan keningnya, merasa perintah Nyonya Waltons dan pesan yang dia terima sedikit kebetulan. Jadi, dia bertanya dengan rasa ingin tahu. “Siapa yang harus saya temui di sana?”

“Tuan Austin Shinkar,” sahut Nyonya Waltons, singkat, padat dan jelas.

“Dia temanmu?” Alis Ayna semakin berkerut dalam, dia tidak pernah mendengar nama itu meski sudah mengikuti Nyonya Waltons selama bertahun-tahun.

Lagipula, cara wanita paruh baya itu menyebut nama ‘Tuan Austin Shinkar’ seolah-olah dia begitu menghormatinya.

Nyonya Waltons memutar bola matanya, tetapi memaklumkan ketidaktahuan Ayna . Wanita itu bukan hanya kurang update, tetapi juga terkesan tidak peduli dengan kehidupan orang-orang terpandang di Golden City.

“Tuan Austin Shinkar adalah pengusaha ternama di Golden City,” terang Nyonya Waltons secara singkat. “Dia memiliki keponakan yang sudah lama menduda dan aku berencana menemuinya untuk menjodohkan Viona dengan keponakannya itu.”

Ayna mengangguk mengerti, lalu bertanya, “Oh, jam berapa saya harus menemuinya dan apa yang harus saya katakan padanya?”

“Pergilah sekarang, kita akan bertemu di sana,” kata Nyonya Waltons. “Kau hanya perlu mengatakan beberapa hal baik tentang Viona untuk membuat Tuan Austin terkesan.”

“Baik, Nyonya, saya mengerti.”

***

Begitu tiba di Romance Golden Hotel, Ayna langsung mencari keberadaan Nyonya Waltons di restoran dan dia mendapati wanita paruh baya yang mengenakan baju biru lengkap dengan topi berwarna senada, sedang melambai ke arahnya.

Ayna berjalan mendekati Nyonya Waltons dan bertanya sebagai bentuk basa-basi. “Kau sudah lama menunggu, Nyonya?”

“Belum,” sahut Nyonya Waltons acuh tak acuh. “Duduklah.”

Kemudian, wanita yang terlihat begitu elegan dan anggun meski berada di usia senja, melambaikan tangannya dan memanggil waiters, sebelum akhirnya memesan minuman untuknya dan Ayna .

Setelah beberapa saat menyeruput minumannya sembari berbasa-basi dengan Ayna, tatapan Nyonya Waltons yang terus tertuju ke arah pintu, akhirnya menangkap sosok Austin Shinkar memasuki restoran dengan membawa keagungannya.

Nyonya Waltons langsung berdiri dan menghalangi jalan Austin Shinkar ketika pria agung itu melewati mejanya. “Halo, Tuan Austin, apa kabar? Kupikir, setelah pindah dari Golden City aku tidak akan bertemu denganmu lagi. Ternyata, takdir masih mempertemukan kita, bagaimana kalau kau duduk dan minum secangkir kopi bersama kami.”

Austin Shinkar mengerutkan keningnya, berusaha mengingat siapa wanita tua yang berdiri dan berbicara ramah padanya. Kemudian, dia berbalik menyapa, “Halo, Nyonya Waltons.”

Setelah menggali-gali ingatan yang sempat terkubur, akhirnya Austin Shinkar bisa mengingat bahwa Nyonya Waltons adalah salah satu bangsawan di Golden City. Akan tetapi, mereka tidak sedekat itu untuk bisa duduk bersama di meja yang sama dan saling berbasa-basi dengan menenggak segelas kopi.

Meski begitu, Austin Shinkar tetap bersikap ramah dan menolak ajakan Nyonya Waltons dengan sopan. “Terima kasih atas tawaranmu, Nyonya Waltons. Namun, maaf saya sudah memiliki janji dengan seseorang.”

Tidak ingin menyerah begitu saja, Nyonya Waltons justru semakin bersemangat menghalangi Austin Shinkar pergi dari hadapannya. “Apa kau ingin bertemu dengan keponakanmu, Tuan Austin? Kalau iya, itu kebetulan sekali. Aku sangat ingin bertemu dan memperkenalkannya pada putri sulungku, siapa tahu mereka berjodoh.”

Mendengar kata-kata Nyonya Waltons, Austin Shinkar sedikit tertarik. Dia memang sudah lama mencoba membujuk Adam, keponakannya yang keras kepala untuk mencari wanita lain dan menikah lagi.

Namun, Adam selalu saja menolak dengan berbagai alasan.

Austin menatap Ayna yang dia pikir adalah putri sulung Nyonya Waltons dengan tatapan menilai, sebelum akhirnya tersenyum.

Namun, belum Austin Shinkar mengatakan apa pun, dia mendengar suara rendah tak asing yang datang dari arah belakang.

“Paman, kenapa kau berdiri di sana?”

Austin Shinkar berbalik begitu mengenali suara Arthur, keponakannya. “Oh, kau sudah sampai? Aku sedang mengobrol dengan teman lama, Nyonya Waltons dan putrinya.”

Mendengar itu, Adam pun menoleh ke arah dua wanita yang disebut oleh sang paman, sebelum akhirnya tatapannya terkunci pada Ayna, wanita yang berhasil membuatnya naik darah saat di MRT.

Tidak menyadari ada bara api yang mengamuk di netra Adam, Austin justru berpikir bahwa sang keponakan sudah terpikat pada Ayna . Jadi, dia tersenyum dan berbisik. “Sapalah mereka.”

Tidak ingin merusak citra baik pamannya, Adam tetap menyapa, “Halo, Nyonya Waltons.”

Kemudian, dia beralih menatap Ayna dengan raut wajah yang terlihat sangat dingin, bahkan tatapannya tampak lebih tajam dari belati. “Halo, Nona Waltons.”

Di dalam hatinya, ingin sekali Adam mencekik-cekik wanita yang sudah memfitnahnya di tempat umum.

Terlebih, saat melihat tidak ada rasa bersalah yang terlintas di mata Ayna saat bertemu kembali dengannya.

Bahkan, Adam bisa melihat ada tatapan sinis di balik senyum sopan wanita itu.

“Bukan.” Ayna menggelengkan kepalanya. “Saya Ayna Maurice, bukan Nona Waltons,” imbuhnya.

Kemudian, Nyonya Waltons pun dengan cepat menimpali, “Dia bukan putriku, dia hanya staf.”

Detik berikutnya, wanita itu mencoba mengklarifikasi kata-katanya. “Bisa dibilang dia anak asuhku.”

Austin dan Adam tampak tidak peduli dengan identitas Ayna, mereka hanya mengangguk.

Setelah itu, Nyonya Waltons menatap Ayna dan berkata, “Coba perlihatkan foto Viona pada Tuan Muda Adam, dia ingin melihatnya.”

Adam yang tidak tahu apa-apa langsung menatap Austin dengan tatapan yang menuntut penjelasan, tetapi sang paman justru mengedikkan bahunya.

“Nyonya, itu tidak perlu,” kata Adam mencoba menolak, tetapi Nyonya Waltons justru sudah meletakkan ponsel di depan wajahnya sehingga dia tidak bisa mengelak.

Bahkan, Nyonya Waltons juga langsung membicarakan banyak hal baik tentang Viona yang ada di dalam foto seolah-olah sedang mempromosikan sang putri.

Tidak punya pilihan lain, akhirnya Austin dan Adam terpaksa mendengarkan semua yang dikatakan oleh Nyonya Waltons dengan tanpa minat.

Entah sudah berapa lama mendengarkan omong kosong Nyonya Waltons, akhirnya Adam memutar bola matanya saat merasa tidak tahan lagi dan segera menghentikan wanita itu. “Baiklah, Nyonya. Bisakah kita membicarakan tentang putrimu dan aku lain kali? Hari ini aku dan pamanku harus menemui klien penting.”

Mendengar itu, Nyonya Waltons langsung terbungkam untuk sesaat, lalu tersenyum dengan canggung. “Baiklah, Tuan Muda. Aku menunggu kabar baik darimu.”

Jika Austin atau pun Adam tidak segera memberikan kabar baik padanya, maka Nyonya Waltons akan menarik perhatian mereka dengan cara lain.

Intinya, dia sudah bertekad untuk melakukan apa pun agar bisa masuk ke dalam keluarga Shinkar.

Terutama, melalui putrinya!

Begitu saja, dia pun terpaksa berhenti berbicara dan membiarkan kedua orang terkemuka di Golden City pergi dari hadapannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!