Two Sky Poems

Two Sky Poems

Gadis dua belas tahun sedang menunggu

Di ruangan yang redup itu, kedua tangan Tong Mu bergetar karena takut. Wajahnya yang keriput di makan usia telah beberapa kali menoleh untuk melihat ke celah-celah pintu. Tiga lilin yang menerangi kamarnya berkedip-kedip sama seperti apa yang dia alami sekarang. Tiba-tiba, Satu lilin mati, membuatnya terkejut.

Tiba-tiba juga, suara ketukan terdengar dari jendela di dekatnya dan membuat Tong Mu terkejut. Ternyata, itu adalah kupu-kupu yang ingin masuk ke dalam. Kejadian itu menambah ketakutannya.

Kedua matanya terasa tidak berkedip selama beberapa detik ini. Suara-suara teriakan seorang gadis telah membuatnya tambah takut. Di tambah gadis itu pernah berteriak, “Ayah, orang-orang ini merobek-robek pakaianku! Di mana kau? Cepat datang!”

Tong Mu tidak berani bergerak dari kursi duduknya. Dia ingin mengalihkan perhatiannya dengan menulis, tapi dengan suara-suara yang terdengar, membuatnya sulit berkonsentrasi.

Burung hantu hinggap di luar dan bersuara merdu, langit berkedip dan suara menggelegar menyusul. Akhirnya butiran-butiran hujan turun. Tapi suara-suara ketakutan dan minta tolong itu terasa lebih keras di telinga Tong Mu.

Ketika waktu muda, seseorang wanita telah memperingatinya tentang ini.

“Apa yang kau lakukan saat ini akan menimpa putrimu!”

Tong Mu tidak peduli dengan ucapan itu dan melakukan berbagai kejahatan. Dia telah memperkosa belasan wanita, membunuh dan mencuri semua kekayaannya.

Ketika ada pengejaran, dia akan berlari dengan cerdas dan melakukan hal yang sama setiap harinya.

Pada suatu ketika, dia di tawarkan merasakan bagaimana tidur dengan seorang putri cantik jelita dari kekaisaran Su oleh seseorang. Dia mendatanginya dan menyanggupi apa yang ingin tunangan dari putri itu. Dan akan memberikannya imbalan di tambah berapa ikat koin emas.

Setelah mengetahui siapa yang menjadi targetnya, semangat Tong Mu memudar. Dia pernah mendengar, putri dari kekaisaran Su yang di maksud adalah wanita dengan wajah yang busuk. Tapi dia percaya dengan apa yang di katakan pemuda itu. Walaupun jika nanti tidak dapat merasakannya, setidaknya dia mendapatkan uang dari hal itu.

Rencana telah di buat. Seseorang telah memancing sang putri untuk mengunjungi rumah tua yang terbengkalai di hutan.

Ketika sang putri berpakaian ungu itu masuk, Tong Mu langsung menutup pintu dan menguncinya.

Tapi tidak seperti apa yang dia pikirkan, Sang putri tidak takut sama sekali dengannya, dan bahkan wajahnya sangat cantik, lebih cantik dari putri-putri yang lain pernah dia dengar. Sang putri menyapanya dengan wajah ramah dan berkata, “Aku telah mencarimu bertahun-tahun.”

“Mengapa mencariku?” Tong Mu bertanya bingung dan heran.

Sang putri tidak menjawab, dia mendekati Tong Mu dan melingkari kedua tangan di lehernya dengan manja. Kini, Tong Mu merasakan kelembutan tangan putih dan wajah yang sangat cantik itu. Kedua pipinya memerah karena malu.

Malam itu, mereka pun bercinta tanpa memandang entah mereka saling mencintai ataupun tidak. Tong Mu sangat gembira bisa merasakan bagaimana rasanya tidur dengan wanita cantik dan merasakan kehangatannya. Kejadian itu tidak pernah dia lupakan hingga tubuhnya semakin tua.

Sembilan bulan kemudian. Waktu itu hujan begitu deras jatuh di malam hari, Sang putri dengan pakaian merah muda membawa seorang bayi dan memegang sebuah payung. Dia mendatangi rumah Tong Mu dan mengetuk pintu beberapa kali.

Hujan yang turun sangat deras, membuat suara ketukan Sang putri terbenam, tapi untungnya sesaat kemudian Tong mu membuka pintu dan memandang siapa yang datang. Tong Mu memandang bingung dengan kehadiran Sang putri di rumahnya.

Sang putri tidak peduli dengan reaksi Tong Mu. “Anakmu, namanya Xuan Yi.” Sang putri lalu menyerahkan anak itu kepadanya, kemudian pergi dari sana. Dia juga mengatakan akan menjemputnya ketika anak itu berumur 12 tahun.

Tong Mu hanya bisa menerimanya.

Kini sudah 8 tahun telah berlalu. Xuan Yi tumbuh menjadi gadis cantik. Tapi sekarang, dia telah di telanjangi dan di perkosa sama seperti apa yang dia lakukan di masa lalu. Tong Mu sangat takut mati, dia lebih memilih diam dan membiarkan anaknya di bunuh dan di perkosa dengan keji.

Malam semakin larut dan akhirnya di luar menjadi bisu, bahkan hujan mulai reda.

Dengan wajah keriput dan kedua alis lika-liku, serta tubuh gemetaran, dia memberanikan diri untuk ke luar. Perlahan-lahan pintu terbuka. Dari cahaya remang-remang itu, darah segar menetes. Dia menjadi semakin takut. Kemudian berjalan keluar. Potongan kain-kain yang berasal dari pakaian anaknya berserakan di lantai dengan noda darah.

Tong Mu berjalan perlahan-lahan. Tubuhnya gemetaran, bibir bergerak, garis-garis wajah keriputnya menegang. Xuan Yi telah tergeletak dengan tubuh telanjang dan bermandikan darah. Tong Mu berteriak dan pergi dari sana.

Dan terdengar lagi teriakannya. Kali ini itu terdengar sangat memilukan dan menyakitkan.

...----------------...

...----------------...

Beberapa garis-garis putih dari awan terbentuk di langit. Awan-awan yang lebih rendah sudah beberapa kali melintas di depannya. Dengan pakaian merah muda, Xuan Yi duduk di undakan rumahnya sambil memandang orang-orang berjalan di bawah sinar terang matahari.

Dia telah melakukannya sejak pagi tadi. Orang-orang dengan ramah menyapanya, terutama beberapa wanita-wanita yang pernah dia ajak bekerja. Xuan Yi pernah bekerja sebagai buruh tani dan pedagang. Dia akan pergi sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam.

Sebagai seorang gadis berumur 12 tahun, itu adalah pekerjaan yang berat, tapi mau bagaimana lagi, dia tinggal sendiri. Ayahnya, Tong Mu telah meninggal karena gila, sementara ibunya, menurut kata ayahnya akan mendatanginya ketika Xuan Yi berumur 12 tahun, jadi sekarang waktunya.

Dengan keadaannya, orang-orang terlalu bersimpati dengannya, sehingga tertarik memberikan Xuan Yi sumbangan, Tidak hanya uang, bahkan kain-kain sebagai pakaian.

“Hanya ini yang bisa aku berikan,” lirih seorang wanita tua kepadanya.

“Tidak apa-apa, segala pemberian yang di dasari dengan hati yang tulus, tidak akan ternilai harganya, nenek. Kalian semua, terima kasih banyak atas bantuannya, aku tidak bisa berkata apa-apa yang bisa aku lontarkan kepada kalian sebagai rasa syukurku terhadap semua ini.”

Para penduduk senang dengannya, selain cantik, dia juga memiliki sikap yang anggun. Dengan sikap dan kerja kerasnya, Xuan Yi tidak terlalu bekerja keras seperti dahulu.

Ketika waktu menunjukkan sore hari, langit di penuhi awan-awan hitam, dan akhirnya hujan. Xuan Yi berdiri di depan rumah untuk menunggu orang itu. Sepanjang hari dia telah menunggunya.

Orang-orang sesekali terlihat berlari di depan rumah, Xuan Yi akan berteriak ketika itu, “Kakak tampan, kemarilah berteduh!”

Kadang kala, dia di dengarkan dan kadang kala juga tidak. Ketika ada yang mau berteduh di rumahnya, Xuan Yi akan sangat senang. Dia akan bertanya banyak hal kepadanya.

Ketika orang itu telah menjawab pertanyaan, dia akan berkata, “Sungguh, semua hal yang di katakan orang-orang sangat mengagumkan. Aku ingin memiliki hal seperti itu.”

Tidak ada hal mengagumkan seperti itu yang Xuan Yi miliki sepanjang hidupnya, kecuali dia telah membunuh ayahnya sendiri dengan sebuah kapak. Tidak ada yang tau tentang ini semua, kecuali dirinya sendiri. Ia mengatakan kepada orang-orang, bahwa ayahnya sudah gila dan membunuh dirinya sendiri dengan kapak.

Karena Xuan Yi terkenal akan kebaikan dan wajah cantiknya bagaikan putri kerajaan, orang-orang percaya begitu saja dengannya.

Germicik air hujan terdengar pilu di sore ini. Xuan Yi sangat bosan mendengarkannya. Dia pernah mendengar, suara percikan-percikan air adalah pesan tersembunyi yang di berikan langit. Tapi menurutnya, “itu bukan pesan, melainkan tanda untuk pergi tidur dan bermimpi nyenyak.”

Dari kejauhan, seseorang wanita datang dengan membawa payung. Wanita itu memakai gaun merah yang sangat mahal dan sandal mewah yang tidak pernah Xuan Yi lihat. Melihatnya, dia berteriak, “Nyonya! Cepatlah datang, air hujan akan membasahi pakaianmu yang mewah itu!”

Tapi wanita itu tidak mempedulikannya dan tetap berjalan pelan. Ketika mencapai depan rumah, dia menutup payungnya, dan terlihatlah wajah bidadari yang sangat mengagumkan itu. Xuan Yi kagum melihat kecantikannya. Dia menatap lama wanita itu, hingga dia di sadari. “Aku ingin masuk.”

“Ah, iya nyonya, di luar sangat dingin.”

Xuan Yi membuka pintu, kemudian berjalan ke masuk. Dia tidak menyadari wanita itu mengeluarkan pedang dari gaunnya dan mulai bersiap-siap melakukan hal aneh.

Terpopuler

Comments

Sena Fiana

Sena Fiana

😄😄😃

2023-09-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!