Bukan Pernikahan Yang Salah

Bukan Pernikahan Yang Salah

Bab 1

"Hei, Sayang...mengapa sedih seperti ini? Suami pulang tidak ingin di sambut dengan senyuman atau minuman hangat?" Suara dari arah samping terdengar. Di mana sosok pria dengan wajah lelahnya menghampiri wanita yang duduk melamun di sofa sederhana itu. Rumah ia biarkan terbuka begitu saja.

Pelan manik mata sendu wanita yang bernama Lili Veronika bergerak menatap pria yang di sampingnya kini.

"Kamu sudah pulang, Sayang? Maaf aku tidak dengar. Aku menyambutmu dengan senyum saja yah? Uang belanja yang minggu lalu sudah habis. Aku tidak membeli gula." tutur Lili dengan pelan.

Sedih dan tak enak mengatakan yang sejujurnya pada sang suami. Tentu saja mendengar itu Raka mengerutkan kening heran. Ia sedih mendengar pernyataan sang istri. Lembut ia menggenggam tangan Lili dan menatapnya dalam.

"Mengapa tidak meminta padaku? Akan ku berikan, Sayang." ujar Raka.

Di depannya kini manik mata Lili menjatuhkan air mata sedih. Melihat kerja keras sang suami yang masih juga tak ada hasil sampai saat ini. Sudah berkali-kali Raka memulai usaha namun semuanya putus di tengah jalan.

"Aku minta maaf masih saja boros, Ka. Seharusnya aku bisa lebih hemat lagi." tutur Lili yang sedih. Pernikahan mereka belum begitu lama namun cobaan terus saja menghampiri mereka.

Bukan ujian dalam pernikahan mereka yang membuat Lili sangat sedih. Namun, dalang dari terjadinya masalah inilah yang membuat Lili sangat sedih. Ayahnya sendirilah yang selalu menggagalkan berbagai rencana sang suami. Pernikahan mereka yang memang sangat sulit mendapatkan restu dari sang ayah membuat Raka harus berjuang lebih keras lagi untuk menghidupi sang istri.

"Tidak ada yang perlu meminta maaf. Aku bekerja untuk mu dan Vindi anak kita. Itu adalah tugasku. Tugasmu adalah di rumah menjaga anak kita, Lili." Pelan Raka menarik tangan sang istri agar berdiri sejajar dengannya. Ia memeluk Lili begitu eratnya.

Lili menumpahkan tangis merasa sangat bersalah pada sang suami. Andai ia bisa melakukan suatu hal untuk semua ini tentu akan ia lakukan.

"Ini ada uang untuk kebutuhan rumah, dan yang ini adalah untukmu. Maaf aku belum bisa memberikan yang banyak. Secepatnya aku janji akan memberikan untukmu pribadi lebih banyak lagi." Air mata Lili menetes melihat satu juta uang di berikan sang suami.

Baginya ini adalah uang yang tidak begitu banyak yang hanya cukup untuk Lili buat ke salon dalam sekali. Tak pernah terbayangkan dalam pernikahan justru ia harus menggunakan uang itu untuk kebutuhan tiga orang.

"Tidak." sahut Lili menggelengkan kepalanya menolak ucapan sang suami. Lantas Raka mengerutkan kening bingung.

"Aku tidak butuh uang untuk diriku. Ambilah separuh untuk kebutuhanmu di luar. Separuh ini sudah cukup untuk di rumah. Aku akan usaha lebih hemat lagi." ujar Lili yang tak ingin membuat sang suami kesulitan dalam keadaan seperti ini.

Raka sangat butuh uang untuk memulai usahanya membuka bengkel otomotif. Maka dari itu ia harus lebih hemat lagi agar bisa membantu sang suami.

"Aku akan berikan lagi jika itu habis. Jangan takut." ujar Raka sembari mengecup kening sang istri.

Keduanya berjalan menuju kamar dimana sang buah hati mereka kini tengah terlelap dengan nyaman. Raka berjalan menatap Vindi. Bocah kecil yang sangat menggemaskan.

"Jangan patah semangat. Kami akan terus berada di sisimu untuk mendukung. Aku sangat mencintaimu, Raka." tutur Lili memeluk sang suami dari belakang.

Sore itu keduanya berkutat di dapur memasak bersama sembari bercanda tawa. Bagi Raka ia tak keberatan jika seharian sudah bekerja dan di rumah kembali membantu sang istri memasak. Baginya memasak bersama adalah hal yang menyenangkan. Lili tak hentinya di buat tertawa setiap kali Raka menggelitik pinggang wanita itu saat mencuci sesuatu di wastafel. Atau sekedar meniup ceruk leher sang istri. Raka memang begitu jahil pada Lili.

“Raka, geli! Hentikan. Aku kotor semua nanti.” keluh Lili namun hanya di sambut gelak tawa oleh pria itu.

Tak sadar jika dari luar rumah ada beberapa orang yang tengah mengintai keduanya. Hanya sekedar melihat pergerakan mereka yang semakin mesra saja. Menyiram bunga setelah usai memasak pun keduanya lakukan dengan anak kecil yang di letakkan di stroller.

Bahagia yang di rasakan Raka mau pun Lili mungkin akan musnah dalam hitungan waktu. Sampai pada waktunya makan malam tiba, ketiganya berada di meja makan. Lili memangku sang anak. Ia mendapat suapan dari sang suami.

“Ayo makan lagi.” pintah Raka namun Lili menggeleng.

“Sudah aku sudah kenyang rasanya. Entah kenapa perasaanku tidak enak sekali.” ujar Lili mencurahkan isi hatinya.

Raka menghela napas kasar. “Ada apa? Ingin ke toilet? Sini Vindi biar aku yang menggendongnya.” Lili menolak. Ia menjauhkan sang anak dari tangan Raka.

“Bukan itu, Ka. Aku hanya merasa gelisah saja. Bagaimana dengan usahamu yang baru buka itu? Pikiranku selalu kesana.” tutur Lili.

“Sayang tenanglah. Semuanya baik-baik saja. Ini bengkel ke empat kalinya aku buka. Meski yang sebelumnya hanya berjalan sebentar dan terpaksa tutup, tapi aku yakin kali ini pasti akan maju. Tuhan sudah memberikan aku tempat yang paling tepat. Ini tempat yang paling aman dan di awasi dua puluh empat jam. Meski biayanya jauh lebih besar sampai aku harus menjual peninggalan almarhum Papah, tapi tidak masalah. Ini usaha yang bagus Papah pasti akan mendukung juga,” Mendengar penuturan sang suami, Lili semakin sedih dan merasa bersalah.

Satu-satunya yang tersisa milik mertuanya harus Raka jual demi mewujudkan mimpinya menjadi pengusaha. Andai saja sang Ayah tidak sejahat itu menghancurkan semua usaha Raka, mungkin saat ini mereka sudah hidup enak meski tak sekaya keluarga Lili. Semua tentu harus di awali dengan yang kecil dulu.

Lili menatap Raka dengan penuh rasa sesal. Ia berulang kali menyalahkan dirinya yang masuk ke dalam kehidupan sang suami. Raka adalah pria baik-baik yang hanya mendapat penilaian negatif dari Ayah Lili.

“Maafkan aku, Raka. Aku minta maaf atas kekhilafan Ayah. Aku tidak tahu mengapa hati Ayah begitu keras untuk menghentikan ini semua. Dan sekarang peninggalan Ayah pun sudah habis terjual. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghentikan Ayah.” Lili memeluk tubuh sang suami.

Ingin sekali bisa meringankan beban sang suami dengan bekerja, namun anak mereka pun masih sangat kecil dan tak bisa di tinggal. Raka pun tak memberi ijin Lili kerja sebab ia yakin dirinya bisa menghidupi sang istri ke depannya jauh lebih baik lagi.

“Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Apalagi anak gadis cantik dan baik sepertimu. Aku memang pantas mendapat berbagai ujian untuk bisa mendapatkan gadis baik sepertimu, Lili. Aku rela melakukan apa saja untuk bisa bersamamu. Ini adalah ujian yang akan di lewati semua pria untuk mendapatkan wanita sepertimu.” Senyum di wajah Raka tak terlihat sama sekali jika ia sedih.

Baginya semua akan sangat mudah ia lewati selama ada Lili dan Vindi di sisinya.

Episodes
Episodes

Updated 58 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!