Dua orang wanita berbeda usia tampak duduk saling berpandangan. Lili dan wanita paruh baya yang sudah melahirkan Raka. Tatapannya masih terlihat begitu menyelidik. Lili menunduk tak tahu harus berkata apa saat ini. Sadar jika semua yang terjadi tentu karena ayahnya. Namun, bagaimana Lili harus memulai kata pada wanita di hadapannya saat ini. Ia yang membuat Raka kesulitan tentu tak akan nyaman di ketahui oleh sang mamah mertua.
"Maafkan Lili dan Ayah Lili, Mah. Lili tidak punya kuasa untuk menghentikan semua ini." Lili menunduk kembali setelah mengatakan hal itu pada sang mamah mertua.
Ia tak melihat jika saat ini wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya. "Bukan tak punya kuasa. Kamu punya, pilihan semua ada di kamu, Lili. Sampai kapan kamu akan tega melihat suamimu menjadi korban terus dari Ayahmu? Apa kamu tega? Bahkan saat ini peninggalan ayah mertuamu pun sudah tidak bersisa lagi karena Ayahmu, Li. Jika kamu tidak memikirkan suamimu, pikirkan peninggalan suamiku untuk Raka. Itu sudah sangat keterlaluan." Panjang lebar Murni mengatakan semua isi pikirannya yang hanya di tanggapi oleh Lili dengan kepala mengangguk kedua mata menahan air mata yang ingin jatuh.
Di sini Lili tak bisa membela diri sama sekali. Ia sadar akan kesalahannya yang tidak tegas memutuskan hubungan dengan sang suami. Namun, setelah semua yang ia dengar dari bibir sang mamah mertua, kini Lili sadar jika dirinya tak akan mungkin mempertahankan ini semua. Saat ini bukana hanya sang ayah yang tidak merestui mereka, melainkan sang mamah mertua pun juga sudah memperlihatkan tanda jika ia berharap Lili pisah dengan Raka.
Sebagai sesama wanita Lili paham apa yang di rasakan oleh Murni untuk anaknya, Raka. Saat ini status mereka sama menjadi seorang ibu dari satu orang anak. Setelah berkata demikian, keduanya tampak saling diam. Keadaan mendadak canggung dan hening.
Murni tak lagi bersuara sampai akhirnya ia memainkan sang cucu sejenak lalu pamit untuk pergi. Dan sejak kedatangan Murni lah Lili selalu menghabiskan waktu dengan melamun satu harian. Mengurus sang anak hanya seperlunya saja sampai akhirnya Lili mendengar ucapan salam dari luar rumah. Tentu itu adalah suara Raka.
"Sayang! Aku pulang!"
"Vindi, anak Papah mana nih?" Raka kembali berteriak setelahnya.
Lili berjalan cepat menggendong sang anak menyambut kepulangan sang suami. Terlihat di depan sana Raka yang berusaha tersenyum meski raut wajahnya tak semangat sama sekali. Lili sudah tahu jawabannya jika sang suami masih belum mendapatkan kerjaan.
Raka berjalan membersihkan tubuh di kamar dengan Lili yang menggendong sang anak di dapur. Ia masih mengerjakan segalanya meski wajahnya tak ada senyum sama sekali.
"Ada apa? Hem?" tanya Raka memeluk Lili dari belakang. Lantas wanita itu melepaskan tangan sang suami.
Sejak tadi Raka sama sekali tak mendengar ucapan sang istri satu kata pun.
"Li, ada apa?" tanya Raka tak tahan jika harus melihat wajah sang istri menekuk seperti itu.
"Aku ingin kita cerai, Ka. Aku mohon talak aku saat ini juga. Aku tidak ingin lagi kita bersama. Aku tidak tahan hidup seperti ini." Lili tampak menatap dalam kedua mata sang suami saat mengatakan itu. Ia bukan menginginkan perceraian ini namun hatinya terlalu sakit setelah mengingat pertemuannya dengan sang mamah mertua yang memang sudah tak bisa lagi ia ucapkan pembelaan apa pun tentang sang ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments