Kedatangan Mamah Mertua

Malam hari usai menikmati makan malam akhirnya Raka baru terlihat duduk termenung. Memastikan jika sang anak telah tidur, barulah ia duduk menyendiri di ruang tengah. Tentu dengan rumah yang tidak begitu besar untuk ia dan sang istri tempati. Berbeda jauh dengan rumah milik orangtua Lili. Tepat pada pukul sepuluh malam Lili berjalan dengan langkah pelan mendekati punggung sang suami yang tengah rapuh. Ia bisa merasakan keputusasaan dari Raka saat ini. Satu-satunya harapan pun tak lagi ada untuk ia membuka usaha.

Pelan lengan Lili memegang pundak sang suami yang duduk menunduk. Raka pun sontak menengadah menatap wajah sang istri. Lili tersenyum mengecup kening sang suami sembari membungkuk.

"Katakan padaku jika kau lelah, Raka. Aku tahu itu sangat melelahkan untukmu." ujar Lili lembut penuh pengertian.

Di awal ia sudah ingin melepaskan hubungan mereka demi Raka bisa hidup dengan tenang. Tak sedikit pun Lili memikirkan hidupnya yang akan tenang kembali seperti sebelumnya bersama kedua orangtuanya. Lili hanya memikirkan kerja keras sang suami pasti akan membuahkan hasil ketika sang ayah tak lagi ikut campur.

"Tidak. Selama ada istriku dan anakku di sini aku tidak akan pernah tahu apa itu lelah. Yang aku tahu hanya ingin kebahagiaan untuk mereka. Tetaplah bersamaku, Lili." Raka berdiri menyambut tubuh sang istri untuk ia peluk.

Keduanya memang begitu saling mencintai sejak pertama kali mengenal hingga menikah dan memiliki anak. Sayang di pertengahan jalan pernikahan justruu badai datang tanpa henti kala ayah dari Lili sangat tak suka dengan Raka dan meminta mereka untuk berpisah.

Berbagai cara Bram lakukan tanpa lelah untuk menghancurkan usaha sang menantu. Lili sendiri pun tidak tahu mengapa sang ayah berubah sedrastis itu. Dan kini Lili perlahan mulai tak bisa melihat penderitaan sang suami. Sebagai menantu yang tak bisa memberikan apa pun, ia merasa tidak tega jika harus mengorbankan peninggalan sang ayah mertua yang di berikan pada Raka justru habis tak bersisa.

"Tapi tempat usaha yang baru saja kau bangun bahkan beroperasi satu hari sudah hancur terbakar. Bagaimana kita ke depannya, Ka? Semua sudah habis." ujar Lili menangis.

Raka justru tersenyum melihat tingkah sang istri yang rapuh. Ia mengusap kedua sisi mata sang istri dan mengecup kelopak mata itu bergantian penuh sayang.

"Aku pasti bisa, Lili." sahut Raka yakin.

Malam yang syahdu pun berlalu dengan keduanya saling memadu kasih di atas ranjang sederhana. Lili menikmati setiap sentuhan sang suami yang membuatnya bergerak tak beraturan di atas ranjang. Pergulatan panas itu berlangsung tidak lama seperti biasa. Lili tahu jika Raka begitu lelah maka dari itu ia pun berinisiatif untuk lebih cepat mengakhiri semuanya.

Erangan panjang keduanya menjadi penutup malam syahdu yang kini semakin larut. Raka memandang bola mata indah sang istri sembari mengusap kepala berambut panjang itu. Keduanya saling tatap dan tersenyum sampai akhirnya mengeratkan pelukan mereka. Barulah Lili terlelap bersamaan dengan Raka.

Singkat cerita waktu malam pun berakhir menjadi pagi yang cerah. Jalanan yang semula renggang kini terlihat mulai padat dengan berbagai macam kendaraan yang berlalu lalang. Mentari pun terlihat semakin bergerak naik dan semakin cerah. Terik yang hangat seolah menjadi penambah energi tubuh yang baru saja bangun dari tempat peristirahatannya.

Pagi yang cerah menjadi semangat baru bagi Raka dan juga Lili. Sepasang suami istri itu saling tersenyum bercanda dengan anak mereka yang masih kecil sekali. Tampak Raka sudah rapi dengan pakaian formal. Pagi ini ia berniat untuk mencari kerja lebih dulu. Setidaknya ada penyambung hidup mereka untuk sehari-hari.

"Sayang, aku pergi dulu. Vindi jangan di tinggal yah? Gendong aja kemana pun nanti aku pulang kita gantian jaga. Aku harus cari kerja dulu hari ini." ujar Raka memberikan sang anak pada Lili.

Senyuman hangat Lili berikan untuk suaminya. "Iya, Ka. Semangat yah aku di rumah juga bantu doa buat kerjaan kamu hari ini semoga dapat. Aku nggak akan capek kok jaga anak kita." tutur Lili.

Keduanya segera berpisah dengan Raka yang mengendarai motor miliknya meninggalkan pelataran rumah sederhana itu. Harapannya saat ini hanya pengalaman dan juga ijazah. Tak ada lagi hal yang bisa Raka usahakan untuk sang istri dan anak.

Dari hari pertama mencari kerja Raka belum juga mendapat pekerjaan, Lili yang setia menyambut kepulangan sang suami hingga kembali mengantar kepergian sang suami di pagi hari pun tak patah semangat memberi dukungan pada Raka. Ia berharap dengan suaminya bekerja pada orang kehidupan mereka akan sedikit lebih aman dari kata ancaman sang ayah. Nyatanya Lili salah besar. Semua sudah berjalan dua minggu lamanya Raka melamar kerja hingga kini ia tak kunjung mendapat kerjaan.

"Kasihan Papah kamu, Vin. Pasti Papah Raka lelah sekali hari ini. Di luar panasnya begitu terik semoga hari ini ada dapat kerjaan yah? Kita doakan Papah Raka yah, Sayang." ujar Lili berbicara pada sang anak sembari duduk di teras rumahnya yang sejuk.

Di luar sana mentari memang sangat terik namun sekitar depan rumah Lili terlihat banyak pepohonan buah yang tumbuh seolah memberikan kesejukan tersendiri untuk keduanya.

"Assalamualaikum..." Lili terkejut tak sengaja mendengar suara yang berasal dari depan rumahnya. Sebab tak ada suara kendaraan apa pun yang terlihat sampai akhirnya ia mengetahui jika yang datang adalah sang ibu mertua.

Lili berdiri segera menyambut kedatangan ibu mertuanya. "Mamah? Walaikum salam, Mah. Ayo masuk, Mah." Lili mendekat dan mencium punggung tangan sang mamah mertua.

Ia begitu hormat pada wanita paruh baya itu meski mereka jarang sekali bertemu dan berbicara. Murni memang bukan tipe ibu mertua yang banyak bicara dan terlalu banyak ikut campur pada sang menantu. Dan hari ini ia datang seorang diri tanpa di antar siapa pun tentu menjadi suatu hal yang sangat langka bagi Lili. Sadar dengan pernikahan mereka yang sedang di terpa badai, mungkin ini adalah salah satu penyebab sang mamah mertua datang.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Murni menatap sang menantu usai Lili mencium punggung tangannya. Mereka kini duduk di ruang tengah dengan sang anak yang tenang dii gendongan Murni.

Ia mengambil alih tubuh sang cucu saat ini. Lili tersenyum kecil menatap sang mamah mertua. Canggung tentu saja Lili rasakan. Tak menyangka jika sang mamah mertua datang di saat Raka tak di rumah.

"Alhamdulillah baik, Mah. Mamah bagai-" Belum saja sempat Lili bertanya balik, Murni sudah lebih dulu memotong ucapannya.

"Pernikahan kalian bagaimana?" Pertanyaan yang terasa biasa namun Lili bisa merasakan aura tak enak dari wajah sang mamah mertua.

Episodes
Episodes

Updated 58 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!